PART 15

2464 Kata
Sah menjadi suami dari gadis yang dicintainya selama ini merupakan salah satu dari impian tertinggi dalam hidup Rafa. Sekarang ia telah mendapatkan hal itu. Gadis di pelukannya ini, adalah istrinya. “Sayang,” bisik Rafa sembari mengelus pipi putih Sasa begitu lembut. Namun tak ada jawaban dari gadis itu. Ia masih setia memejamkan mata. BRAK! BRAK! “WOY! MANTEN BARU! BANGUN KAGA LO?!” Rafa mendengus pelan saat mendengar teriakan dari luar kamarnya. Setelah akad nikah tadi, mereka memang langsung masuk ke kamar untuk bersih-bersih sekaligus istirahat. Saat matanya mengarah pada jam di dinding, rupanya hari sudah malam karena jarum jam menunjukkan pukul 18.56. Teriakan dari luar membuat Sasa terbangun dari tidurnya. Gadis itu mengerjapkan matanya dan menguap kecil. “Emmm, Rafa?” Rafa tersenyum kecil mendengar suara serak istrinya. “Masih ngantuk, hm?” Tanpa mengubah posisinya yang memeluk gadisnya dari belakang. “Em, gak terlalu. Sekaran jam berapa--” “WOY!! STOP DULU SKIDIPAPAPNYA RAPA! BURUAN SAMBUT TAMU!!” Sasa berbalik untuk menatap wajah Rafa. “Tamu? Emang ada resepsi?” “Kamu mau?” “Y-ya nggak juga. Kita jangan gegabah loh, Raf. Aku gak mau sampai ketahuan papa kamu, atau bahkan media. Kamu terkenal sebagai pengusaha muda dan udah tunangan. Gak mungkin kan tiba-tiba muncul berita kamunya malah nikah sama orang lain. Ntar aku disangka pelakor—eh aku udah jadi pelakor ya--” “Sayang!” Rafa menegur Sasa dengan tatapan lembutnya. “Kamu bukan pelakor. Pelakor kan buat yang ngerebut cowok orang. Sedangkan aku dari awal cuma milik kamu. Aku harus bilang kaya gitu berapa kali, sih?” Sasa mengulum bibir menahan senyum. Padahal tadi ia sempat merasa sedih. Gadis itu cepat-cepat memeluk Rafa dan memberikan kecupan di pipi suaminya. Cup! “Maaf, aku udah ngerusak mood kamu.” Rafa menghela nafas kasar. Mencoba menghalau perasaan kesal yang sempat hampir menguasainya. “Gapapa. Sekarang mandi, terus kita keluar. Temen-temen udah nunggu,” gumamnya datar. Sasa mandi lebih dulu, kemudian disusul Rafa setelahnya. Dan saat ini Sasa tengah menyiapkan pakaian untuk Rafa dengan pikiran yang berkelana kemana-mana. Ia tidak sadar jika Rafa keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Rafa tersenyum tipis. Laki-laki yang telah resmi menjadi seorang suami siang tadi itu, langsung mendekati sang istri. Memeluk pinggang gadis itu dari belakang, sedangkan wajahnya tenggelam ke cekukan leher istrinya. "Astaga!" kejut Sasa sedikit berjengit. "Mikirin apa?" tanya Rafa berbisik. Sasa mengelus d**a pelan. "E-enggak, kok. Kamu ngagetin, sih," kilahnya. Gadis cantik itu berbalik untuk menghadap Rafa, dan matanya sontak membulat melihat Rafa yang hanya mengenakan handuk. Wajahnya langsung memerah. "PAKE BAJU, IH!!" teriak Sasa dan berbalik membelakangi suaminya. Bayang-bayang malam pertama membuat Sasa gelisah. Sedangkan Rafa langsung menurut. Tidak mau membuat mood istrinya memburuk dan malah ia diusir tidur di luar saat malam pertama. Rafa tak tau menahu soal seperti ini. Hanya saja ia masih ingat jelas dulu Zergio pernah uring-uringan karena tidak diizinkan sekamar oleh istrinya karena menghancurkan mood sang istri. Saat itu Rafa jadi belajar jika ia harus menjaga mood gadisnya juga. Ternyata memang cukup dibutuhkan pengetahuan tersebut bagi para suami bucin sepertinya. Setelah selesai berpakaian, Rafa kembali memeluk Sasa. Kali ini ia berdiri di depan gadis itu, membuat Sasa refleks menundukkan pandangan karena masih merasa malu. Bukannya marah, Rafa justru tersenyum melihat tingkah Sasa. Gadis yang biasanya berwajah jutek dan datar itu sekarang malah terlihat gugup dan salah tingkah, seperti anak kecil. Coba katakan bagaimana Rafa bisa berpaling darinya? "Kamu cantik banget," bisik Rafa. Sasa semakin salah tingkah. "Mmm, ayo keluar. Temen-temen pasti nungguin," sahutnya cepat dengan wajah gugup serta semburat merah yang masih melekat. Rafa terkekeh tanpa suara. Ia beralih merangkul pinggang gadis itu dan membawanya keluar dari kamar, menuju tempat tujuan malam ini. Lagi-lagi Sasa dibuat tercengang melihat apa yang telah teman-temannya siapkan. "CACA!" teriak Riana heboh dengan tangan yang ia lambai-lambaikan. "Gak bisa diem emang," cibir Vela yang tak jauh dari posisinya. Tiba-tiba saja Zegran berlari menghampiri Rafa dan Sasa dengan tubuh gembulnya. Anak itu membawa dua buah bunga mawar yang ia colong dari vas bunga di atas meja, atas bantuan Zain. "Selamat datang Oom sama Ante." Sasa terkekeh gemas ketika Zegran menyerahkan bunga padanya kemudian menyerahkannya juga pada Rafa. "Makasih ponakanku sayang," ucap Sasa sembari menunduk dan memberikan kecupan di pipi anak itu. Sedangkan Rafa hanya mengelus kepala Zegran dengan senyum tipis di wajah. "Sok manis," cibir Fano melihat tingkah Zegran. "Oom ili aja," balas Zegran ketus dan beralih menghampiri sang ibu dan memeluknya dengan manja. Rafa dan sasa pun duduk di kursi yang teman-temannya siapkan. "Aah, gue masih gak percaya lo udah sold out," ucap Nanda tiba-tiba. Dengan mata yang berkaca-kaca. Bahkan Riana dan Alexa sudah ikutan mau mewek. "Apa, sih? Jangan nangis, lah," tegur Sasa dengan wajah datar. Ia hanya tidak mau ikut menangis juga. Claretta tertawa kecil. "Ternyata, kita semua udah ada pasangan masing-masing ya?" sahut wanita itu serius. "Semua? Dion...." Sasa mengedarkan pandangannya ke sekitar, namun tidak menemukan keberadaan orang kepercayaan Rafa. "Dia udah balik duluan," ucap Rafa seolah mengerti apa yang istrinya pikirkan. "Kena hukum dia, Sa. Dion harus ngurus perusahaan di Jakarta selagi Rafa sama lo liburan di sini," sahut Azka yang mulai makan. "Loh, kenapa?" "Suami lu tuh, katanya Dion ngelanggar. Harusnya dia ga boleh biarin lo dideketin cowok lain. Tapi Dion gagal ngelawan rencana kita para ciwi-ciwi, hehe." Sasa terdiam. Gadis itu melirik Rafa yang acuh tak acuh. Bahkan laki-laki itu mulai makan dengan tenang. Padahal Dion tidak sepenuhnya salah. Pria itu hanya korban kejahilan keempat teman Sasa saja yang ingin membuat Rafa cemburu. Kasian sekali Dion.... Sasa tidak bisa menahan senyum begitu melihat wajah Rafa. Jadi, Rafa sekarang benar-benar suaminya? Apa Sasa sudah berhasil mendapatkan laki-laki itu seutuhnya? Sasa tidak tau. Tapi sejak awal, Rafa hanya miliknya. Anggaplah Syela sebagai bumbu lain yang harus disingkirkan. "Makan, Sa." Lamunan Sasa langsung buyar saat Rafa berbicara dengan intonasi rendah serta tatapan intensnya pada Sasa. "Tatap-tatapannya bisa ntar, di kamar. Lebih juga gapapa," celetuk Fano tengil. "Live gak, nih?" sahut Bryan dengan tampang mesumnya. "Kayanya lo udah ngebet banget pengen nikah, ya?" ucap Sasa dengan wajah datar. Bryan berlagak sok ganteng dengan memperbaiki rambutnya. "Emang udah pengen," balasnya dengan alis naik turun. "Alexa gak ngasih Bry?" tanya Azka ikutan nimbrung. "Ga mau dia. Ngambek, gue abis godain bule tadi," jawab Bryan dengan wajah nelangsa. Sedangkan kekasihnya yang ia sindiri malah mengabaikan. Bahkan ia asik bergosip ria dengan Riana yang duduk di sampingnya. "Murahan sih, liat yang seksi dikit langsung on," cibir Vela dengan wajah datar. "Wah, sekate-kate aja mulut lo," sembur Bryan menunjuk-nunjuk wajah Vela. "Emang, kan? Liat bule aja langsung digodain. Ntar Alexa kepincut cowo lain, nyaho lu," balas Agra sembari merangkul pundak kekasihnya. Bryan berdecak. Ia beralih menatap Alexa dengan wajah sok menyedihkan. "Yang? Ga capek apa ngambek?" Alexa hanya melirik sinis, membuat Bryan mengelus d**a sabar. Sedangkan Fano sudah tertawa bahagia bersama Azka. Menertawai nasib Bryan. Keberisikan yang mereka lakukan perlahan buyar saat suara musik mengalun dengan indah. Di bagian ujung, tepatnya di depan meja mereka, ada panggung untuk paduan suara yang telah disewa Rafa. Tidak perlu menyanyi di depan sana untuk menciptakan hal-hal yang romantis. Rafa tidak pandai bernyanyi, yang ada ia menghancurkan moment dibandingkan membangun suasana romantis untuk Sasa. Tidak mungkin kan Rafa bernyanyi dengan wajah datar? Dan suara berbicara kaku. Bukannya menyanyi, ia malah hanya akan membaca dan mengucapkan lirik lagu dengan kaku seolah-olah tengah membaca buku. "Ayo dansa," ajak Riana duluan berdiri sambil menarik lengan Angga. Kedua pasangan yang sebentar lagi juga akan menikah itu membuka dansa malam ini. Disusul Vela dan Agra yang juga sepertinya tertarik. "Pengantin baru, sana!" suruh Fano pada Rafa dan Sasa yang hanya diam. Mereka semua memang sudah selesai makan. Jadi waktunya bersenang-senang, kata Fano sih gitu. Rafa tersenyum tipis. Tangannya beralih menggenggam tangan Sasa dan membawanya ke tengah-tengah, menyusul pasangan Angga dan Riana serta Agra dan Vela. Kemudian ia membawa tangan Sasa melingkar di lehernya. Meletakkan tangannya sendiri di pinggul gadis itu. Memeluk dan mendorong pinggul istrinya ke depan hingga tubuh depan mereka menempel tanpa jarak. "IH, SO SWEET!!!" teriak Alexa heboh. Mengabaikan Bryan yang mengajaknya berdansa juga. Sasa tidak begitu pandai berdansa, tapi Rafa menuntunnya hingga ia bisa. Mata mereka tidak pernah teralihkan ke mana-mana. Saling menyelam pada keindahan manik mata pasangan. Salah satu tangan Rafa terangkat dan mengelus pipi Sasa, membuat mata gadis itu terpejam menikmati. "Cantik," gumam Rafa begitu pelan. Cukup teredam oleh suara musik yang mengalun, tapi Sasa masih bisa mendengarnya meskipun agak samar. Gadis itu membawa tangan kirinya dan mengelus d**a Rafa yang tertutupi kemeja laki-laki itu. "I love you," bisik Sasa sedikit berjinjit. Rafa tersenyum. "I love you more, Sayang," balasnya berbisik di depan wajah Sasa setelah ia menundukkan kepalanya. Kening Rafa dan Sasa saling menempel. Sedangkan Alexa tak henti-henti mengambil gambar keduanya yang terlihat sangat intim. Terlebih saat Rafa semakin menunduk dengan kepala yang miring. Mata laki-laki itu terpejam begitu bibirnya telah menyentuh bibir Sasa tanpa penghalang. Cup! Fano berteriak heboh, sedangkan anak-anak mereka sudah dibawa Alina, Ghea, serta Claretta ke kamar hotel karena sudah waktunya tidur. Sebenarnya masih ada Zegran yang duduk anteng di pangkuan Zain. Anak itu menatap Rafa dan Sasa yang tengah berciuman. "Tutup mata, Egra!" suruh Zergio dengan wajah datar khasnya. Zegran menggeleng. "Jangan, Papi. Ini tuh pelajalan balu," jawab anak itu serius. "Fano anjing!" "Iya, Oom Fano emang aning!" *** "Mending lu berdua ke kamar sekarang!" desak Riana entah sudah yang ke berapa kalinya. Setelah berdansa bersama dan bergosip tentunya, kini hari sudah semakin larut. Mereka yang sudah memiliki anak pun sudah kembali ke kamar hotel masing-masing. Sedangkan yang belum menikah, mereka masih menetap di sana. Termasuk Rafa dan Sasa sebenarnya. "Buruan, Sa! Oh iya, hadiah kita-kita semoga lu suka," tambah Alexa dengan kerlingan centilnya. Sasa mengernyit. "Apa, sih?!" ketusnya jutek. Rafa yang sedari tadi digoda-goda pun, tetap berekspresi datar. Seolah orang-orang yang tengah mengejeknya itu tidak ada. Ia malah melirik Sasa yang tampak semakin cantik malam ini. Dengan sigap, ia berdiri dan membawa gadis itu agar mengikutinya. "Kita duluan," ucap Rafa pada teman-temannya yang langsung bersorak heboh. "SIAAAP!! PELAN-PELAN, RAF! SASA BARU PERTAMA KALI!" teriak Bryan heboh. "CACA JANGAN MAU KALAH!" tambah Riana. "KELUARKAN JURUSMU SAYANG! TUNGGANGI KUDA MU DENGAN BENAR!" teriak Azka pada Rafa. "CONGOR SETAN!!" Sasa sedikit terkekeh mendengar teriakan teman-temannya. Ia memeluk lengan Rafa dengan wajah riang, membuat Rafa ikut tersenyum kecil. "Happy?" tanya laki-laki itu setelah mereka sampai di depan pintu. Sasa mengangguk cepat. "Seneng banget." Ceklek! "Aku suka--" Ucapan Sasa terhenti saat matanya menangkap kondisi kamar yang akan ia tempati bersama Rafa. Dan lagi, ia baru sadar jika kamar ini bukan kamar yang mereka tempati saat istirahat setelah akad siang tadi. “Kita gak salah kamar, kan?” Rafa tetap tenang dengan wajah tanpa ekspresinya. “Aku mesen kamar lagi. Kan malam pertama,” gumam Rafa dengan watados-nya. Sasa sampai menahan nafas mendengar ucapan suaminya itu. Ia pun cepat-cepat melangkah semakin masuk ke dalam, tak lupa menyalakan lampu untuk melihat ranjang mereka. Ternyata kamar itu sudah dihias sedemikian rupa layaknya kamar pengantin baru yang siap malam pertama. "Ini...." Tubuh Sasa menegang saat Rafa tiba-tiba memeluknya dari belakang. Sedangkan bibir laki-laki itu menyentuh daun telinga Sasa. "Like it?" bisik Rafa sensual. "Siapa yang hias?" Bukannya menjawab, Sasa malah penasaran dan menanyakan hal itu. Rafa tidak kesal dengan respon Sasa. Ia malah terkekeh kecil sembari melepaskan pelukannya. Pria itu membalikkan tubuh Sasa agar menghadap padanya. Melihat wajah istrinya yang tampak menggemaskan planga-plongo tak mengerti apa-apa. Tangan Rafa bergerak menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Sasa. Kemudian semakin maju dan menundukkan kepalanya. Cup! Jantung Sasa berdetak begitu kencang saat bibir Rafa menyentuh keningnya. Pria itu mengecup kening Sasa dalam dan juga dengan durasi yang lama. Seolah memperlihatkan ketulusan dan penuh syukurnya karena telah berhasil memperistri Sasa. Sasa tersenyum, matanya terpejam dan tangannya melingkari pinggang Rafa. "Makasih," gumamnya dengan suara yang amat pelan. Tapi masih bisa didengar. Rafa segera menjauhkan wajahnya setelah cukup puas mencium kening gadis itu. Tangannya menangkup pipi Sasa dan ia melihat air mata menetes di pipi gadis itu. "Hey, jangan nangis," bisik Rafa pelan. Sasa tertawa kecil, tapi air mata gadis itu tak berhenti keluar. Matanya yang basah menatap mata Rafa yang selalu menatapnya dalam dan penuh cinta. "Makasih," ucap Sasa lagi mengulang. Rafa tersenyum. "Aku yang harusnya bilang gitu." Sasa menggeleng keras. Gadis itu beralih memeluk Rafa dan menenggelamkan wajahnya di d**a pria itu. "Makasih.... Hari ini adalah hari yang paling spesial bagi aku. Hari ini benar-benar buat aku bahagia, Raf," ucapnya tulus dengan mata terpejam. Rafa membalas pelukan Sasa tak kalah erat. "Ngeliat kamu di depan aku, sebagai istri. Itu udah jadi hadiah terbesar bagi aku juga, Sa." Sasa terkekeh. "Aku emang spesial," ucap gadis itu sembari menjauhkan wajahnya tanpa melepas pelukan, membuat Rafa menunduk untuk melihat Sasa yang mengerling padanya tapi mata gadis itu masih memerah dan basah. "Kamu gemesin. Bisa gak sih, kamu cuma milik aku? Gak usah kemana-mana, harus aku aja yang liat kamu. Aku gak rela orang lain ngeliat kamu," ucap Rafa panjang lebar. Tapi ituloh, wajahnya tetap datar tanpa ekspresi. Sontak Sasa tertawa pelan. Ia melepaskan pelukan mereka. Meskipun Rafa sempat menahan. Gadis itu beralih melihat sekeliling kamar. "Hmmm... Ini hadiah dari temen-temen?" tanya Sasa menunjuk beberapa box yang dihias cantik, berada di atas meja yang ada di kamar tersebut. "Mau buka sekarang?" tanya Rafa. Sasa mengangguk cepat. "Mau, mau!!" jawabnya riang. Sejujurnya, Rafa ingin sekali bilang besok saja. Tapi melihat bahagianya Sasa, membuat Rafa tidak tega. Jadilah laki-laki itu menuruti. Dengan beralih duduk di sofa, dan menarik tangan Sasa agar duduk di atas pangkuannya. "Rafa?" "Gini aja," gumam Rafa menenggelamkan wajahnya di pundak Sasa yang duduk menyamping. Sasa hanya menggedikkan bahunya acuh tak acuh, dan mulai membuka tiap box yang ada di atas meja. Sasa terkekeh pelan. Ia tidak tau siapa yang memberikan ini. Yang pasti dari salah satu temannya. Karena mereka membungkus hadiah di box yang bentuknya sama, dan tanpa nama. Setiap beralih membuka box-box selanjutnya, Sasa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat apa saja yang teman-temannya berikan. Yang penting couple. Sedangkan Rafa? Laki-laki itu malah asik mengecup pundak Sasa dengan mata terpejam. Ia lebih tertarik dengan aksinya ini dibandingkan melihat isi hadiah dari teman-temannya. Hingga tangan Sasa beralih untuk membuka box terakhir. Mulut gadis itu tak bisa ia tahan untuk tidak terbuka lebar. "Udah belum?" Tangan Sasa agak gemetar saat Rafa bertanya dengan nafas laki-laki itu yang menerpa lehernya. Sasa merasa bulu kuduknya meremang. Rafa mengangkat pandangannya karena tak kunjung mendapat jawaban dari Sasa. Matanya melirik wajah Sasa sebentar, sebelum beralih pada box terakhir yang baru Sasa buka. Tangan kiri Sasa yang memegang benda itu, sedangkan tangan kanannya memegang sebuah kertas yang di atasnya terdapat tulisan--ah sebuah note. ____ || DIPAKE DEPAN RAFA!! AUTO GIRANG DIA! KASI PONAKAN BANYAK-BANYAK! BUATNYA TUH BUTUH TENAGA || -FROM PBGS- ____ "Sayang?" Suara itu, terdengar serak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN