Aletha 12

2183 Kata
Aletha telah sampai di kafe tempat ia akan bekerja, setelah memarkirkan motornya diparkiran, Aletha langsung berjalan menuju pintu belakang Kafe dan di sana ia sudah disambut oleh beberapa pegawai lainnya dengan ramah. Salah satu gadis seusianya yang dikenal Aletha bernama Seli, gadis itu memberikan celemek hitam untuk dikenakannya lalu memberitahu Aletha agar ia mulai mengantarkan menu makanan kepada pengunjung dan segera mengantarkan makanan dan minuman pesanan pengunjung kafe. Hari pertama Aletha berkerja di kafe bernama Darcaf itu membuat Aletha merasa tertantang karena banyaknya pengunjung yang datang, rata-rata adalah mahasiswa dan juga anak SMA seusianya yang sedang nongkrong dan juga berkumpul dengan teman-teman ada pula yang tampak sedang melakukan rapat di sana. Aletha sibuk mengantarkan makanan dan juga minuman di salah satu meja, ia bolak-balik ke dapur dan juga ke meja pelanggan sampai-sampai ia mengabaikan dering ponsel yang sedari tadi bergetar di saku celemek yang dikenakannya. Aletha melap dan membersihkan bekas makanan dan minuman di salah satu meja yang baru saja ditinggalkan oleh pengunjung. Ia membawa piring serta gelas yang kotor ke dapur lalu beristirahat sejenak di kursi dapur sambil menyeka keringat di pelipisnya dengan tisu. "Hey Aletha, Lo baik-baik aja?" ucap Seli sambil menarik salah satu kursi dan duduk di sebelah Aletha. Aletha hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya pelan. "Gue baik-baik aja Sel, cuma agak capek sedikit," keluh Aletha diiringi tawa ringannya. Seli tersenyum menatap Aletha. "Gue tahu pasti capek banget ya ngelayanin pengunjung, Lo harus bolak-balik ngantarin makanan minuman ke meja, terus harus bersihin meja-meja yang kotor." Aletha tertawa pelan sambil mengangguk membenarkan ucapan Seli. "Gue juga sama kewalahan ngadapin pengunjung yang datang, banyak banget soalnya. Gue harus masakan makanan, kadang gue sampai bingung mau masak pesanan yang mana dulu, saking banyaknya pengunjung di hari pertama gue kerja di sini. But, ini menyenangkan menurut gue." "Lo udah lama kerja di sini?" tanya Aletha sambil merubah posisi duduknya agar lebih nyaman. "Hm baru dari tiga bulan yang lalu sih, Leth. Yang paling lama kerja di sini tuh kak Datan, dia udah kerja sejak kafe ini buka untuk pertama kalinya," ucap Seli sambil memperhatikan sang barista kafe yang sedang membuatkan kopi di tempatnya. Aletha juga ikut memperhatikan Datan dan seketika cowok yang sedang ditatapnya itu juga ikut menatapnya hingga membuat Aletha tersentak dan mengalihkan tatapannya, Datan terkekeh pelan melihat Aletha yang ketahuan tengah menatap dirinya. "Kak Datan itu mahasiswa fakultas ekonomi semester dua, kak Datan itu orangnya humoris banget, humble ke semua orang, dan nggak sedikit cewek-cewek datang buat lihat Kak Datan lagi buatin kopi di sini," ucap Seli antusias menceritakan sang barista kopi di kafe itu. "Oh gitu, kayaknya kamu udah kenal banget ya sama Kak Datan," kekeh Aletha yang dibalas gelengan kepala dan tawa malu-malu dari Seli. "Hey, lagi ngobrolin apaan nih, seru banget kayaknya, minum dulu nih," ucap Datan sambil membawakan dua cup kopi yang sengaja dibuatkannya untuk Aletha dan juga Seli yang langsung diterima kedua gadis itu dengan senyuman. "Terima kasih kak," ucap Aletha sambil meneguk sedikit kopinya yang dibalas anggukan kecil dan senyuman ramah dari Datan. "Sama-sama Aletha, Lo capek pasti ya layanin pengunjung yang banyak banget." "Hm lumayan lah kak." "Semoga betah ya kerja di sini, jangan segan-segan minta bantuan ke gue ataupun Seli," ucap Datan yang langsung di angguki paham oleh Aletha. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, waktunya kafe untuk tutup dan pengunjung pun sudah meninggalkan kafe setelah mereka membayar pesanan mereka di kasir. Aletha langsung saja membersihkan meja-meja dan merapikan kursi-kursi, membawa piring dan minuman ke dapur untuk segera di cuci. Diam-diam sedari tadi Datan memperhatikan Aletha tanpa di sadari Aletha. Aletha mencuci piring dan gelas yang kotor dengan cepat karena ia harus segera pulang dan menyelesaikan tugas sekolahnya yang belum selesai dan harus dikumpulkan besok pagi. Setelah semua pekerjaan telah selesai, Aletha langsung mengambil totebag nya dan berpamitan kepada Seli yang sedang membersihkan dapur. "Sel, semuanya udah beres nih, gue pulang duluan ya?" ucap Aletha yang diangguki pelan oleh Seli. "Hati-hati ya Leth." "Iya, Lo juga ya." "Sip." Aletha langsung saja berjalan menuju motornya dan menaikinya, namun saat Aletha hendak menghidupkan mesin motornya, ia melihat Datan sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum kecil. Aletha mengernyit keheranan, mengapa Datan menatapnya seperti itu. "Mau pulang ya Leth?" "Iya nih kak, udah malem, mau ngerjain tugas juga." "Oh gitu, ya udah hati-hati ya di jalan, oh iya nih buat Lo," ucap Datan sambil memberikan minuman dingin kepada Aletha. "Makasih ya kak, tadi kak Datan udah ngasih kopi ke gue dan sekarang minuman, gue jadi ngerasa nggak enak." "Hahaha nggak papa lah Leth." "Ya udah kalau gitu gue pulang duluan kak," ucap Aletha sambil memasukkan botol minumannya ke dalam tasnya dan mengendarai motornya meninggalkan kafe. *** "Letha!" Aletha mendongak menatap Alasya yang berdiri di ambang pintu kelasnya dengan tangan yang dilipat di depan d**a. Teman-teman Aletha lantas salah fokus ketika melihat seragam Alasya yang begitu ketat hingga menampilkan lekuk tubuhnya. Aletha mendengus kemudian berjalan mendekati Alasya yang masih menunggunya. "Kenapa, Sya?" "Temenin gue makan yuk, gue laper," ucap Alasya seraya menarik tangan Aletha. Mau tidak mau Aletha mengikuti ajakan Alasya, ketika telah sampai di kantin beberapa kumpulan cewek yang jumlahnya sekitar tujuh orang dan tentunya berpakaian sama seperti Alasya, meneriaki nama Alasya, meminta Alasya agar ikut bergabung dengan mereka. Aletha menatap teman-teman Alasya dalam diam, melihat itu Alasya memutar bola matanya kesal lalu menarik paksa tangan Aletha agar mengikuti langkahnya mendekati meja teman-temannya. Mereka duduk di antara cewek-cewek yang memiliki warna lipstik yang beda-beda. Alasya sibuk berbicara dengan penjual bakso yang menghampirinya sedangkan Aletha menatap teman-teman Alasya yang juga tengah menatapnya dengan tatapan ilfeel khas mereka. "Heh, ngapain lo di sini?" ucap seorang cewek berambut pendek. "Jangan sok deket sama Alasya deh lo, Alasya mau temenan sama lo karena dia kasihan aja ngeliat lo yang nggak punya temen. Dasar kuper!" "Penampilan cupu lo itu ngebuat mata gue sakit tau nggak, sana lo!" "Mending lo sekarang mikirin nanti malem lo mau makan apa, balik ke kelas lo sana!" Ketujuh cewek itu menertawainya, namun Aletha hanya diam sambil menatap teman-teman Alasya yang menghujatnya tanpa henti, ia tidak merasa sakit hati atau pun marah karena Aletha sudah terbiasa. Alasya yang terganggu karena suara berisik teman-temannya lantas menghentikan percakapannya dengan Mbak Yuni, si penjual bakso. Mendengar teman-temannya menghujat dan mencibir Aletha membuatnya kesal setengah mati, apalagi melihat Aletha hanya diam saja, Alasya mengumpat keras. "Neng, jadi mesen bakso dua mangkuk, nggak pakai mie, nggak pakai sayuran sama nggak pakai kecap kan?" ucap Mbak Yuni yang diangguki Alasya. "Temen gue ada bisnis sedot wc terus lagi buka lowongan pekerjaan, kali aja lo tertarik dan mau join, lo bisa hubungin gue." Tawa teman-teman Alasya semakin besar, membuat Alasya menggeram kesal dan menggebrakkan meja dengan keras hingga membuat beberapa orang yang berada di kantin menatapnya. Alasya berdiri dari duduknya seraga melipat tangan di depan d**a lalu menatap teman-temannya dengan tatapan tajam khas miliknya. "Udah selesai ngehujat Aletha? Apa masih kurang? Mending lo semua pergi dari sini atau mau gue permaluin di club nanti malem?" Gelagapan, teman-teman Alasya langsung saja pergi dari sana secepat mungkin karena tidak mau bermasalah dengan Alasya, si ratu club malam tingkat remaja. Aletha menatap ke sekelilingnya, mereka jadi pusat perhatian saat ini. Dengan cepat ia menarik lengan Alasya agar cewek itu duduk kembali. "Gue kesel sama tu cabe-cabean, mengerusak selera makan gue aja," cetus Alasya. Aletha mendelik. "Apa bedanya sama lo yang suka ngehujat adik kelas?" "Yee k*****t! Itu mah beda kali," dengus Alasya. Tidak lama pesanan Alasya datang, dua mangkuk bakso telah berada di hadapan mereka. Alasya menyeruput kuah baksonya sambil menatap Aletha. "Gimana kerjaan lo? Lancar?" "Ya begitulah." Alasya menghela nafas pelan, menatap raut wajah Aletha yang sepertinya sangat kelelahan. Ia paham betul bagaimana perasaan Aletha saat ini dan Alasya tidak bisa membantu Aletha, ia hanya bisa menyemangati sahabatnya itu dikala Aletha merasa benar-benar sangat lelah dengan keadaannya saat ini. *** Bukan seperti hari biasanya, saat ini supermarket tempat Aletha bekerja sedang ramai pengunjung. Sebenernya ia merasa tidak enak hati meninggalkan Arni mengurus supermarket seorang diri, padahal ini adalah hari keduanya bekerja di kafe dan Aletha terpaksa mengambil cuti sehari hanya untuk membantu Arni. Antrian di kasir masing panjang, ia harus cepat menghitung semua harga belanjaan pembeli dan harus mengemasinya sendiri ke palstik. Karena Arni yang sedang sakit, ia jadi kewalahan menangani banyak pembeli, namun Aletha bisa mengatasinya dengan cepat dan tepat. Hingga malam hari datang Aletha masih berada di supermarket padahal jam sudah menunjukkan pukul 20.45 malam. Beberapa menit lagi supermarket akan tutup, dan ia akan segera pulang. Aletha mendesah pelan, ia teringat dengan tugas sekolahnya yang belum selesai dan harus ia kumpulkan besok pagi. Sepertinya ia harus begadang malam ini demi menyelesaikan tugas sekolahnya. Aletha melemaskan tangannya yang pegal, menghembuskan nafas pelan ketika melihat tinggal satu pembeli lagi yang harus ia layani. Dengan cepat Aletha menghitung belanjaan seorang wanita paruh baya itu lalu mengemasinya dan memberikannya dengan senyuman ramah. "Letha, ayo pulang!" ucap Rani, salah satu pegawai di supermarket yabg bertugas mengisi stok barang. "Iya." Aletha menyambar totebagnya dan plastik yang berisi mie instan dan beberapa biskuit kering yang diberikan bosnya untuk ia bawa pulang. Aletha melajukan motornya menuju kost-an, tidak membutuhkan waktu yang lama, ia telah sampai dengan selamat. Aletha membuka pintu dan segera masuk, kesunyian melandanya saat ini, kali ini benar-benar sepi karena ia hanya sendiri. Jika boleh memilih, Aletha lebih suka Alasya datang ke kost-annya dan mengacak seisi kost-annya seperti kapal pecah dari pada sepi seperti ini. Aletha melangkah gontai memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah itu ia membuat s**u vanila dan duduk lesehan di depan meja belajar kecilnya, mengerjakan tugas sekolahnya yang harus selesai malam ini juga. Kantuk melanda dirinya, Aletha benar-benar kelelahan dan ingin tidur saat ini juga, namun kewajibannya untuk menyelesaikan tugas sekolah belum selesai, membuatnya harus mengurungkan niatnya itu. *** Di sepanjang perjalanan menuju sekolah Aletha terus menguap, tidurnya semalam benar-benar singkat. Setelah memarkirkan motor di parkiran sekolah, Aletha bergegas menuju toilet untuk membasuh wajahnya di toilet walau ia tidak yakin kantuknya akan segera hilang. Aletha menghela nafas pelan menatap pantulan wajahnya di cermin toilet, untung saja mata pandanya tidak terlalu kelihatan, jika iya pasti Aletha akan jadi bulan-bulan oleh teman-temannya di kelas. "Eh, lo Aletha kan?" ucap Mita sambil menatapnya penuh selidik. "Lo kenapa?" "Lo kok... Can-." Menyadari ucapan Mita yang mulai ngawur, Aletha langsung memakai kacamatanya lalu menatap Mita lagi. "Kenapa, Mit?" "Lo..." "Lo udah selesai tugas kimia?" tanya Aletha cepat, menyela ucapan Mita. Mita mengangguk, masih menatap wajah Aletha intens. Aletha menggaruk pipinya yang tidak gatal, ia tidak suka ditatap aneh oleh Mita. "Hm, Let, lo dipanggil tuh sama Pak Ganif." "Oke, gue duluan ya," ucap Aletha sambil berlalu pergi. Aletha segera melangkahkan kakinya menuju ruangan kepala sekolah, ketika telah sampai di depan pintu ia berpapasan dengan dua orang cowok yang sepertinya juga hendak masuk ke ruangan kepala sekolah. "Eh cupu, lo mau masuk juga?" ucap salah satu diantaranya. Dia Aldino, salah satu cowok terpopuler di SMA Nusa Bangsa dan sedang menyandang status siswa berprestasi di bidang kimia. Aldino menatapnya tidak suka sedangkan cowok di sebelahnya menatapnya tanpa ekspresi namun sukses membuat jantung Aletha berdetak lebih kencang. "Lo dipanggil Pak Ganif karena telat bayar uang spp, kan?" tanya Aldino dengan nada mengejek. "Gue dapet beasiswa," cetus Aletha. Aldino tersenyum miring. "Terus lo bangga gitu?" Aletha mendengus, meladeni ucapan Aldino memamg tidak ada ujungnya. Aletha mengetuk pintu ruangan dan langsung masuk, mengabaikan cibiran dari mulut Aldino mengenai penampilannya yang kampungan. Ternyata mereka bertiga telah ditunggu oleh Pak Ganif, ketiganya duduk di kursi yang telah di sediakan. Aletha mendengus kesal, lagi-lagi Aldino membuatnya jengkel karena cowok itu menjauhkan jarak kursinya dari kursi Aletha sambil mencibirnya pelan, namun masih bisa di dengar Aletha. "Karena kalian sudah hadir di sini, Bapak akan menyampaikan sesuatu kepada kalian." "Peluang kalian untuk masuk SNMPTN sudah di depan mata, sebelumnya kalian sudah mengukir prestasi diberbagai olimpiade yang kalian ikuti. Seperti yang Bapak katakan tempo hari, ini adalah olimpiade terakhir kalian dan jika kalian menang kalian akan masuk SNMPTN dengan lancar. Apa kalian bersedia mewakili sekolah ini untuk mengkuti olimpiade itu?" ucap Pak Ganif me jelaskan. Ketiganya mengangguk mantap. "Baiklah, Aldino akan mengikuti olimpiade kimia. Aletha Matematika sedangkan Darren Fisika. Benar?" "Iya, Pak!" "Kalian bisa belajar mulai dari sekarang, persiapkan semuanya dengan matang. Lakukan semua proses pembelajaran kalian dengan diawali doa, Saya yakin kalian pasti bisa." *** Aletha tersenyum di setiap langkahnya, tidak menyangka jika pihak sekolah masih mempercayainya untuk mengikuti olimpiade tingkat nasional tahun ini dan itu adalah suatu keberuntungan untuknya untuk masuk ke perguruan tinggi negri dengan mudah nantinya. Tatapannya jatuh kepada Darren yang berjalan sekitar beberapa meter di depannya, ia mengulum senyum karena bisa melihat cowok itu hari ini. Akhir-akhir ini Darren memang sangat sulit untuk di temukan. Cowok itu masih sama seperti dulu, masih cuek dan datar, bahkan bersama Aldino sendiri yang notabene nya adalah teman dekat Darren. Namun tetap saja Aletha masih menganggumi sosok Darren, apa adanya. *** Hallo, share cerita ini ke teman-teman kalian ya dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN