Aletha 13

1343 Kata
Aletha berjalan menuju ruang guru, ia akan membayar uang study tour nya kepada guru sejarahnya, Bu Rini. Ia baru saja mendapatkan gaji pertamanya setelah beberapa Minggu Aletha bekerja di kafe Darcaf. Setelah menabung dan menghemat pengeluaran akhirnya uangnya terkumpul untuk membayar uang study tournya yang dibilang tidak sedikit. Dengan langkah pasti Aletha berjalan memasuki ruang guru dan ia langsung menemui Bu Rini, namun langkahnya seketika melambat ketika ia melihat Aldino sedang berbincang-bincang membahas sesuatu kepada Aldino, dan itu membuat Aletha menjadi malas karena ia harus bertemu dengan cowok ketus seperti Aldino. "Selamat siang buk Rini," sapa Aletha ramah yang langsung di balas Bu Rini dengan senyuman, mengalihkan tatapannya dari Aldino ke Aletha. "Selamat siang juga Aletha, ada apa Leth?" ucap Bu Rini. "Hadeh, si cupu lagi caper," ucap Aldino pelan namun masih bisa di dengar Aletha, ia hanya mengabaikan Aldino dan langsung memberikan amplop berisi uang study tournya kepada buk Rini. Bukannya menerima amplop yang diberikan Aletha, Buk Rini malah menatap Aletha dengan alis yang terangkat lalu guru sejarahnya itu mengambil buku nya dan memeriksa sesuatu di sana. "Aletha yang study tour kamu sudah lunas dibayar tempo hari, kenapa kamu ingin membayarnya lagi?" ucap Bu Rini kebingungan, namun Aletha lebih kebingungan ketika mendengar hal itu. "Loh siapa yang bayar buk? Seingat saya ini baru kali pertama saya bayar uangnya," ucap Aletha sambil menatap amplopnya. "Kemarin ada salah atau siswi yang menitipkan uang study tour kepada ibuk, dan katanya itu adalah uang study tour kamu, ibuk lupa siapa yang ngasih kemarin, pokoknya kamu sudah bayar Aletha, kamu tidak perlu membayar lagi." Aletha terdiam seribu bahasa, mencerna ucapan Bu Rini yang sukses membuatnya berpikir keras. Siapa yang membayar uang study tour nya? "Oh iya, ibuk juga menunjuk Aldino sebagai pemimpin acara study tour kita nanti, dan kebetulan kamu ada di sini, jadi ibuk juga ingin menunjuk kamu sebagai asisten Aldino. Kalian akan menuntun dan mengarahkan acara bersama-sama, saling membantu dan menjaga ketertiban saat study tour berlangsung," ucap Bu Rini sambil menatap Aletha dan Aldino secara bergantian. Aletha melongo mendengar itu, apa kata Bu Rini? Asisten Aldino? Yang benar saja! "Maaf buk, bukan saya menolak tapi sepertinya saya tidak bisa menjadi bagian dari panitia acara study tour ini," ucap Aletha dengan sesopan mungkin. "Kenapa sih Lo, kalau udah di tunjuk ya udah laksanain, ribet banget jadi cewek," cetus Aldino yang membuat Aletha menggeram kesal melihat sikap Aldino. Aletha keluar dari ruangan guru dengan pikiran yang tidak tenang, pertama ia memikirkan siapa yang telah membayar uang study tournya dan yang kedua ia juga harus menjauh dari Aldino, cowok dengan ucapan sampahnya itu benar-benar membuat Aletha darah tinggi setiap kali ia berada di dekat cowok itu. *** Setelah membeli minuman dingin dari kantin, Aletha duduk di salah satu bangku panjang di koridor sambil menatap layar ponselnya, ia mengernyitkan keningnya melihat daftar panggilan tidak terjawab dari Zio yang memenuhi ponselnya. Ia baru saja membuka ponselnya setelah sekian lama Aletha tidak menyentuh ponselnya itu. Aletha kebingungan kenapa Zio menelponnya berkali-kali, mungkin ada sesuatu hal yang penting yang ingin di sampaikan cowok itu kepadanya mengingat sudah berhari-hari ia dan Zio tidak bertemu karena Aletha yang sibuk bekerja. Aletha kemudian menghubungi nomor Zio sambil menyeruput es jeruknya, namun Zio tidak mengangkatnya, Aletha mengedikkan bahu mungkin saja cowok itu sedang ada kelas saat ini dan Aletha tidak mau mengganggu Zio dengan menelpon cowok itu berkali-kali. Aletha menghirup udara lalu menghela nafasnya pelan, ia belum mengetahui orang yang sudah membayar uang study tournya dan setiap kali memikirkan hal itu sungguh membuat Aletha sangat kesal. Tidak sengaja tatapan Aletha jatuh kepada sosok Darren yang sedang bermain game di ponselnya, cowok itu sedang duduk di bangku panjang yang berada di seberang koridor bersama teman-teman, melihat ada Aldino di sana membuat Aletha memutar bola mata malas, pasalnya ia tidak suka dengan sikap dan perilaku Aldino terhadapnya, sangat menyebalkan. Aletha mengambil pulpen dan secarik kertas kecil yang selalu ia simpan di saku roknya, ia tersenyum menatap Darren dan mulai menggambar sosok cowok yang disukainya itu di kertas kecil miliknya sambil sesekali melihat Darren dari kejauhan. Aletha terkekeh geli, ternyata salah satu siswa berprestasi di sekolah itu juga hobi bermain game sama seperti siswa-siswa lainnya. Ketika Aletha fokus menatap Darren dan menuangkannya dalam sebuah lukisan di kertas membuat Aldino yang berada di sebelah Darren tidak sengaja menatap Aletha dan mengernyit melihat Aletha yang senyam-senyum sendirian di seberangnya, Aldino lalu menatap sesuatu yang membuat Aletha tersenyum dan ternyata Aletha tersenyum ke arah Darren yang berada di sampingnya. Aldino berdecih sinis menatap Aletha yang dengan terang-terangan nya menatap Darren yang sedang fokus bermain game. "Dar, udahan yok, bosen gue," ucap Aldino yang membuat fokus Darren buyar dan langsung menatap Aldino dengan sebelah alis yang terangkat. "Tumben banget, biasanya di gas terus," kekeh Darren sambil menyudahi permainannya dan memasukkan ponselnya ke saku celananya. Aldino masih saja menatap Aletha yang sedang asik memandangi Darren sambil sesekali menyorat-nyoret kertas di tangannya. Sedang apa cewek itu? Pikir Aldino keheranan melihat Aletha. "Dar, Lo nggak sadar tadi Lo diperhatiin si cupu?" tanya Aldino sambil menepuk bahu Darren. Darren mengernyit kebingungan dengan ucapan Aldino. "Si cupu? Maksud Lo?" tanya Darren tidak paham. Aldino menghela nafas pelan lalu menunjuk Aletha yang sedang asik dengan kegiatannya di seberang sana. "Noh dari tadi si Aletha ngelihatin Lo sambil senyum-senyum kayak orang gila," cetus Aldino sambil tersenyum miring yang membuat Darren lantas melihat ke arah yang ditunjuk Aldino dan benar saja ia melihat Aletha sedang asik melukisnya dari kejauhan. Tanpa sadar Darren mengulum senyum lalu terkekeh pelan melihat tingkah Aletha yang selalu saja melukis dirinya seperti tidak ada objek lain selain dirinya saja. Melihat Darren yang tersenyum membuat Aldino megernyit bingung dan langsung memeluk bahu Darren pelan. "Dar, Lo kenapa?" "Nggak papa," kekeh Darren sambil beranjak dari duduknya dan meninggalkan Aldino. "Eh Dar, Lo mau kemana?" ucap Aldino sedikit berteriak namun diabaikan oleh Darren. Senyum Aletha seketika menghilang ketika ia tidak melihat Darren di sebelah Aldino, ia mendengus kecewa karena gambaran nya belum selesai dan bahkan tinggal sedikit lagi dan ia tidak bisa lagi menyelesaikannya. Aletha menyeruput es jeruknya sambil menatap hasil gambarannya yang setengah jadi. Seseorang menepuk bahunya dan Aletha langsung mendongak ke samping dan tersentak kaget ketika melihat Darren entah sejak kapan sudah berada di sebelahnya. Aletha lantas saja menjauh dari Darren sambil memaksimalkan debaran jantungnya yang belum teratur. "Sorry, gue nggak ada maksud buat ngagetin Lo," ucap Darren sambil menatap Aletha yang menegang di tempatnya. "N-nggak papa, cuma kaget dikit doang." "Boleh lihat kertas itu?" tanya Darren sambil menatap kertas kecil yang sedang dipegang Aletha. Gadis itu lantas saja merasa panik karena Darren pasti sudah mengetahui jika ia sedang melukis cowok itu untuk yang kedua kalinya. Aletha mengumpat di dalam hati, harusnya ia berusaha agar tidak ketahuan dan sekarang ia malah ketahuan lagi. Darren mengambil secarik kertas itu lalu menatap hasil lukisan Aletha yang membuat Aletha menjadi merasa bersalah karena sudah melukis Darren tanpa permisi. "Sorry ya, gue nggak sengaja, lain kali nggak bakal gue ulangain-_" "Bagus, gue suka," ucap Darren yang menyela ucapan Aletha yang membuat Aletha terdiam seru bahasa dibuat Darren. Untuk pertama kalinya cowok tak tersentuh itu memujinya dan juga tersenyum walau tipis kepadanya, namun sukses membuat Aletha berdebar sambil melongo di tempatnya. "Gue simpan ya," ucap Darren sambil memasukkan kertas itu ke saku celananya dan berlalu pergi meninggalkan Aletha yang masih terdiam di tempatnya. Ketika Darren benar-benar tidak terlihat lagi oleh matanya barulah Aletha bisa bernafas dengan baik dan memperbaiki letak kacamatanya dengan deru nafas yang tidak teratur. "Astaga demi apa Darren senyum ke gue?!" ucap Aletha sambil menyeruput es jeruknya dan Aletha pun tidak bisa berhenti tersenyum sambil memegangi dadanya ketika Darren sudah menghiasi pikirannya. Di seberang sana, Aldino menatap Aletha sambil sesekali berdecih sinis, ia merasa gadis itu benar-benar sudah gila, ingin sekali ia melemparkan sepatunya ke wajah Aletha ketika melihat gadis itu tidak berhenti senyum sedari tadi, bahkan ketika Aletha pergi meninggalkan koridor sekalipun gadis itu tidak berhenti tersenyum. Membuatnya kesal saja. *** Hallo, share cerita ini ke teman-teman kalian ya dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN