Aletha 17

1580 Kata
Seharian seluruh siswa-siswi berkeliling museum, melihat-lihat koleksi bersejarah di museum tersebut dan menyimpulkan apa yang telah mereka lihat dan teliti dalam suatu bentuk tulisan di buku. Semua siswa-siswi tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing, termasuk Aletha dan Mita yang tengah asik berbincang-bincang membahas senjata bersejarah yang sedang mereka teliti. "Oh iya Leth, Lo tidur di kamar mana kemarin?" tanya Mita sambil menatap Aletha. Pertanyaan dari Mita lantas membuat Aletha terdiam dan menghentikan kegiatan menulisnya lalu menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Tidak mungkin ia memberitahukan kepada Mira jika ia sekamar dengan Darren dan Aldino, bisa-bisa Mita akan kaget dan berpikir macam-macam nantinya. Aletha terkekeh pelan. "Oh itu gue di kamar yang ada di Deket kamar Bu Rini." "Oh gitu, sama siapa-siapa aja?" tanya Mita lagi hingga membuat Aletha menghela nafas pelan melihat sikap kekepoan gadis itu. "Nggak tahu sama siapa, gue nggak kenal." Mita hanya mengangguk-angguk kepalanya lalu mengusap bahu Aletha merasa kasihan kepada Aletha karena Aletha pasti sangat tidak nyaman berada di kamar orang yang tidak dikenalnya. "Sorry ya Leth, karena gue Lo jadi sekamar sama orang yang nggak Lo kenal. Nanti Lo tidur di kamar gue aja, kita bisa berbagi tempat tidur nanti, ok?" Aletha mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum berbinar, menyetujui ucapan Mita dengan cepat. Dari pada dirinya berada di satu ruangan dengan Darren dan Aldino, lebih baik ia tidur sempit-sempitan dengan Mita nanti malam. "Eh beli minum yuk, gue haus banget nih dari tadi," ucap Mita sambil menutup bukunya. "Oh ya udah kita ngambil minum yang udah di sediain Bu Rini aja yuk, gue juga udah haus," balas Aletha sambil membenarkan letak kacamatanya. Aletha dan Mita berjalan mencari keberadaan panitia yang biasanya menyediakan minuman untuk para siswa-siswi. Aletha dan Mita berjalan keluar museum dan tidak lama mereka menemukan beberapa panitia yang sedang sibuk membagikan minuman serta cemilan untuk para siswa-siswi yang juga sedang istirahat dari kegiatan mereka. Aletha mendengus ketika melihat di antara panitia itu terdapat Aldino yang sedang santainya duduk di kursi plastik sambil memainkan gitarnya. Aletha berdecih sinis, di dalam hati ia mengumpat Aldino, cowok judes itu sedang mencari perhatian siswi-siswi yang sedang mengambil minuman mereka. "Leth, gue ngambil minuman dulu ya, Lo tunggu di sini aja," ucap Mita yang langsung diangguki Aletha. Aletha berdiri di tempatnya sambil memeluk buku laporannya, ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Darren yang sedari tadi tidak terlihat oleh matanya. Aletha memicingkan matanya menatap Bu Rini dan beberapa guru lainnya yang sedang berbincang kepada Darren yang sedang duduk di kursi dengan keadaan lemas, Bu Rini juga tampak menepuk-nepuk pelan bahu Darren. "Ada apa ini? Apa Darren lagi sakit? Dia kok lemes banget," gumam Aletha pelan sambil mengigit bibir bawahnya. Merasa sangat penasaran, Aletha berjalan mendekati Darren dan juga Bu Rini. Aletha terdiam telak, benar saja dugaannya, wajah Darren sudah memucat dengan tubuh yang tidak lagi kokoh seperti biasanya, cowok itu sedang sakit. Dengan keadaan lemasnya, Darren mendongak menatap kehadiran Aletha dengan samar-samar. "Eh Aletha, bagaimana kamu sudah selesai membuat hasil laporan penelitian kamu?" tanya Bu Rini sambil menatap Aletha yang masih saja menatap Darren. "Sudah Bu, emm Bu, Darren kenapa?" tanya Aletha sambil menatap Bu Rini yang menghela nafas pelan. "Darren sedang tidak enak badan, Letha," ucap Bu Rini sambil mengusap pelan bahu Darren, cowok itu sedang memejamkan matanya yang membuat Aletha merasa sangat kasihan melihat keadaan Darren saat ini. "Oh iya, Kamu sudah selesai kan membuat laporan? Bagaimana kalau kamu ikut pulang bersama Darren, kasihan Darren di kamar sendiri, lagipula kamu teman sekamar Darren kan, Aletha?" ucap Bu Rini yang membuat Aletha tersentak kaget mendengarnya. "Iya Bu, tap--." "Ibu butuh bantuan kamu Aletha, Ibu tidak bisa meninggalkan anak-anak yang lainnya di sini tanpa pengawasan, kamu tolong bantu Ibu buat jaga Darren di penginapan ya?" Bu Rini menggenggam tangan Aletha dengan wajah memohonnya yang tidak bisa ditolak oleh Aletha, ia kemudian mengangguk pelan menyetujui ucapan sang guru. "Ya sudah Ibu panggilkan taksi dulu, kamu jaga Darren di sini ya Letha." "Iya Bu." Aletha menatap kepergian Bu Rini lalu menatap Darren yang menghela nafasnya berat sambil memegangi kepalanya. Tak tega Aletha mengambil minum yang berada di dekat Darren lalu memberikan minuman itu kepada Darren. "Minum dulu Dar," ucap Aletha sambil membuka tutup botolnya dan memberikannya kepada Darren. "Makasih Leth," ucap Darren pelan sambil meneguk minuman nya. "Sabar ya Dar, Bu Rini lagi manggil taksi, Lo masih bisa tahan kan?" Aletha menunduk menatap Darren yang lagi-lagi memejamkan mata. "Leth, bisa berdiri di sebelah gue?" ucap Darren yang lantas saja diangguki Aletha, ia berdiri di sebelah Darren dan Aletha langsung tersentak kaget ketika melihat Darren yang menyandarkan kepalanya pada lengan Aletha sambil memejamkan matanya. "Aduh, Dar? Lo kenapa nyadar gini, aduh, gue harus gimana lagi nih," gumam Aletha pelan sambil menahan belakang kepala Darren agar selalu berada di sandaran lengannya. "Mana Bu Rini lama banget lagi, bisa-bisa gue yang jatuh sakit kalau gini jadinya," umpatnya pelan ke arah lain, agar Darren tidak mendengar umpatannya. "Si Darren pucet aja masih tetap ganteng lagi, sialan." Diam-diam Darren masih bisa mendengar ucapan Aletha dan ia tersenyum kecil ketika mendengarnya, Darren menyamankan posisinya di lengan Aletha hingga membuat Aletha semakin gugup berada di dekat cowok itu. *** Aletha membopong tubuh Darren memasuki kamar dan membaringkan Darren dengan sangat hati-hati di tempat tidur. Sesaat Aletha menghela nafas pelan karena akhirnya ia bisa mengurus Darren dengan sangat baik. Aletha melepas sepatu Darren dan menyelimuti cowok itu dengan selimut. Aletha mengambil salah satu kursi dari meja dan duduk di sebelah tempat tidur Darren sambil menatap cowok itu yang sudah tertidur pulas dengan wajah pucatnya. Ia sama sekali tidak tega melihat Darren yang terbaring lemah seperti ini, mungkin Darren sangat kelelahan hingga membuat kesehatannya menurun. Aletha menghela nafas panjang sambil menatap ke sekeliling kamar, ia bingung hendak melakukan apa di sana seorang diri. Siswa-siswi lainnya juga masih lama kembali ke penginapan. Aletha kembali menatap wajah Darren, dilihatnya wajah Darren yang berkeringat, ia langsung melangkah menuju tempat tidur nya dan mengambil tisu dari dalam tasnya lalu melap wajah Darren dengan pelan sambil memandangi ciptaan Tuhan yang sangat indah itu. Diam-diam Aletha tersenyum malu karena baru kali ini ia bisa melihat wajah Darren dengan jarak sedekat ini padahal dulu ia hanya bisa menatap Darren dari kejauhan. Tiba-tiba Darren membuka matanya hingga membuat Aletha tersentak kaget hingga ia terjatuh ke lantai, Darren hendak membantu Aletha namun Aletha langsung bersuara, "Eh Dar, jangan bangun! Gue nggak papa kok," ucap Aletha sambil duduk di kursinya. Aletha mengigit bibir bawahnya sambil meremas-remas jari-jari tangannya, ia sudah ketahuan sudah menatap Darren dengan jarak yang cukup dekat. Aletha langsung merasa gugup, cowok itu pasti akan memerahinya karena sudah bertindak tidak wajar kepada cowok itu. "Sorry Darren, gue nggak punya maksud apa-apa, tadi gue cuma mau ngelapin keringat Lo, jadi gue--." "Bisa ambilin minum? Gue haus," ucap Darren pelan yang menyela ucapan Aletha. Aletha dengan sigap langsung mengambil air putih lalu menuntun Darren untuk meminumnya sedikit demi sedikit, lalu ia meletakkan gelasnya di meja dan Darren kembali dengan posisi tidurnya namun dengan tatapan yang tidak lepas dari Aletha hingga membuat Aletha semakin merasa gugup dan tertekan ketika Darren menatapnya intens. "L-lo udah baikan?" tanya Aletha gemetaran sambil melirik Darren lalu menunduk menatap jari-jarinya. "Iya, cuma masih lemas sedikit," balas Darren dengan tatapan yang masih saja di arahnya kepada Aletha. "Ya udah Lo istirahat aja lagi, kalau ada apa-apa bilang aja ke gue." "Makasih ya udah nemenin gue, Leth," ucap Darren yang membuat Aletha langsung menatap cowok itu dan mengangguk pelan. *** Mita mengernyit keheranan menatap ke sekeliling nya mencari keberadaan Aletha sedari tadi, namun ia tidak berhasil menemukan gadis itu. Dimana Aletha? tidak mungkin gadis itu tersesat. Mita sudah bolak-balik dari Museum dan toilet cewek, namun ia tidak kunjung menemukan Aletha. Akhirnya Mita memutuskan untuk bertanya kepada salah satu panitia yang membagikan minuman karena mungkin saja panitia sedang menyuruh Aletha untuk mengurus keperluan sesuatu. "Eh Lo ada lihat Aletha nggak? Dari tadi gue nggak lihat dia, padahal tadi gue nyuruh dia buat nungguin gue di Deket pintu masuk," ucap Mita dengan nada panik yang membuat Aldino yang juga sedang berada di sana langsung terdiam mendengarnya. "Dari tadi juga gue nggak ngelihat Aletha, coba chat aja kali aja dia ngebalas," ucap Siti, panitia konsumsi. "Udah gue chat tapi belum di bales." Aldino langsung saja berdiri dari duduknya dan berlari kecil memasuki museum dan mencari Aletha kemana-mana sambil menghubungi nomor gadis itu namun tidak diangkat sama sekali membuat Aldino menggeram kesal. "Kemana sih tuh cewek, buat orang repot aja!" cetus nya kesal sambil berlari keluar museum dan menemui Bu Rini yang sedang berbincang dengan guru-guru. "Bu, Aletha hilang, saya sudah mencari dia kemana-mana tapi nggak ada," ucap Aldino yang membuat Bu Rini terkekeh pelan mendengarnya dan Aldino hanya mengernyit kebingungan melihat respon Bu Rini. "Aletha nggak hilang Aldino, Ibu yang nyuruh Aletha buat jagain Darren di penginapan karena Darren lagi sakit." Aldino terdiam, bagaimana bisa Bu Rini menyuruh Aletha untuk berduaan bersama Darren di penginapan, Aldino mendengus keras. "Kenapa Ibu nyuruh Aletha? kenapa nggak saya aja Bu?" "Karena keadaannya tadi mendesak Al, lagi pula kamu harus tetap berada di sini untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan kita," ucap Bu Rini lalu menepuk pelan bahu Aldino dan kembali melanjutkan perbincangan nya dengan guru-guru. Aldino berdecak kesal, ia mengumpat di dalam hati sambil berjalan meninggalkan guru-guru yang sedang merumpi itu. **** Hallo, share cerita ini ke teman-teman kalian ya dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN