Aletha 15

1451 Kata
Setelah sampai di tempat tujuan, Aldino langsung saja memerintahkan kepada siswa-siswi untuk segera beristirahat di penginapan yang sudah di siapkan oleh pihak sekolah. Karena perjalanan yang lumayan panjang dan mereka tiba pada malam hari, akhirnya Bu Rini memerintahkan Aldino untuk mengajak siswa-siswi untuk beristirahat dan besok pagi mereka akan melakukan aktivitas pertama mereka selama study tour berlangsung. Aletha baru saja turun dari bus setelah ia menunggu teman-temannya turun terlebih dahulu dari bus. Tiba-tiba ponselnya berdering, Aletha langsung mengambil ponselnya dari saku celana lalu mengangkat telepon dari Zio. "Hallo kak? Ada apa?" tanya Aletha sambil memperbaiki letak kacamatanya. "Hallo Leth, udah sampai?" "Baru aja sampai kak, ini mau istirahat di penginapan dulu." "Oh syukur deh, jangan lupa makan ya Letha." Aletha menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Iya kak, kak Zio juga jangan lupa makan ya." "Iya Aletha, ya udah gue tutup dulu ya, bye." Aletha tersenyum kecil sambil memasukkan ponselnya ke saku setelah Zio memutuskan sambungan teleponnya. "Astaga!" Aletha tersentak kaget ketika melihat Aldino tengah bersandar di sisi bus sambil menatapnya dengan tatapan horornya. Aletha menghela nafas pelan sambil mengusap dadanya, cowok itu selalu saja mengagetkannya. "Ikut gue ke dapur, bagiin makan malam untuk anak-anak," ucap Aldino dingin sambil berlalu begitu saja meninggalkan Aletha yang masih mengatur deru nafasnya. Lama-lama berada di dekat Aldino, bisa saja membuat Aletha terkena penyakit jantung! Aletha mendengus pelan, padahal ia cukup lelah untuk saat ini namun Aldino sudah memerintahkannya untuk membagikan makan malam untuk anak-anak lainnya yang sudah berada di kamar mereka masing-masing. "Woi cepet! Malah bengong Lo di situ!" bentak Aldino yang membuat Aletha lagi-lagi menggeram kesal. "Iya, iya!" Aletha berlari kecil mengikuti Aldino dari belakang, mereka berjalan menuju dapur dan mengambil plastik besar yang berisi kotak makanan yang sudah di persiapkan oleh staf penginapan. Karena terlalu berat dan banyak, kotak makan itu di taruh Aldino di keranjang dorong agar lebih mudah dibawa ke kamar siswa-siswi. Aldino mendorong keranjangnya sedangkan Aletha bertugas untuk memberikan empat kotak makanan di setiap kamar karena masing-masing kamar diisi oleh empat orang. "Al, kok cuma gue aja sih yang Lo suruh-suruh, panitia konsumsi kemana emang?" ucap Aletha sambil membatu Aldino mendorong keranjangnya. Aldino menatap Aletha sebentar lalu mengedikkan bahunya tanda tidak tahu. "Paling udah istirahat di kamar mereka masing-masing." "Kok Lo nggak marah ke mereka, kan mereka nggak ngejalanin tugas mereka sesuai instruksi Lo," cetus Aletha merasa dirinya tidak adil karena ia juga lelah dan butuh istirahat namun ia dipaksa untuk melaksanakan tugas yang seharusnya tidak di urus nya. "Lo nggak ikhlas ngebantuin gue?" sinis Aldino sambil menghentikan langkahnya, menatap Aletha dengan tatapan dinginnya yang membuat Aletha langsung menghela nafas pelan dan langsung mendorong keranjangnya ke depan kamar agar ia bisa cepat menyelesaikan tugasnya dan segera beristirahat, ia tidak mau berdebat lagi dengan Aldino karena itu akan semakin menguras energinya saja. Setelah semua kotak makan sudah dibagikan kepada siswa-siswi, Aletha langsung berjalan menuju toilet, ia meletakkan kacamatanya lalu membasuh wajahnya di wastafel. Aletha mengambil tisu dari tasnya dan melap wajahnya yang basah setelah itu Aletha memperhatikan wajahnya di kaca lalu menghela nafas pelan. Ia sangat lelah dan ingin cepat-cepat beristirahat, Aletha langsung berjalan keluar toilet dan segera berjalan menuju kamarnya. Ketika Aletha telah sampai di kamarnya, ia mengetuk pintu kamar itu dengan pelan dan Mita membukakan pintu kamarnya. "Hey Leth, kok Lo lama banget sih?" "Gue baru aja selesai bagiin makanan tadi, gue mau istirahat, capek banget gue." "Eh Leth, kamar ini udah pas empat orang, si Rini tadi ngisi kamar ini karena gue pikir Lo pindah kamar." Aletha terdiam telak dan menghela nafas pelan, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ok deh Mit, gue cari kamar yang masih bisa ditumpangin dulu." "Iya Leth, sorry ya sebelumnya." "Iya nggak papa," ucap Aletha sambil tersenyum tipis ke arah Mita sebelum gadis itu menutup kembali pintu kamarnya. Tiba-tiba salah seorang staf penginapan lewat dan Aletha langsung mendekati staf pria itu ingin menanyakan apa masih ada kamar yang kosong. "Eh maaf pak, apa masih ada kamar yang kosong di sini, soalnya kamar lainnya udah penuh." "Nggak ada dek, semuanya sudah pas," ucap pria itu yang langsung membuat Aletha menghela nafas pelan. "Ya udah deh pak, makasih," balas Aletha dengan nada pelan. "Iya dek, sama-sama," ucap staf penginapan itu dan berlalu pergi meninggalkan Aletha. Aletha langsung berjongkok di lantai sambil menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya, ia harus banyak-banyak sabar menghadapi situasi buruknya saat ini. Aletha kemudian berdiri sambil mengubah posisi tas yang disandangnya, ia berjalan keluar penginapan dan duduk di salah satu kursi panjang yang berada di teras penginapan. Aletha melepaskan tasnya dan merenggangkan kedua tangannya yang sudah kaku lalu Aletha terdiam sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi menatap kosong ke arah langit-langit dinding. "Pantasan gue nggak dapat kamar, kan gue belum bayar uang study tour, yang kemarin kan dibayar orang yang ngaku-ngaku udah bayarin uang study tour gue," gumamnya pelan sambil terkekeh pelan, menertawakan dirinya sendiri. "Aletha," panggil seseorang yang membuat Aletha langsung menoleh dan terkesiap ketika melihat Darren lah yang memanggil namanya. "E-eh iya Dar, ada apa?" tanya Aletha gugup sambil merapikan poninya yang sedikit berantakan. "Lo ngapain di sini?" tanya Darren sambil melirik tas milik Aletha. "Nggak ngapa-ngapain, cuma duduk-duduk aja," ucap Aletha sambil tersenyum cengengesan. Tiba-tiba Darren duduk di sebelah Aletha yang sontak membuat Aletha langsung menggeser menjauh kan diri dari Darren karena ia gugup jika berada di dekat sang pujaan hati. Aletha diam-diam menatap wajah Darren yang memucat, entahlah saat Darren hendak membantunya menyusun koper ke bagasi dan sampai saat ini wajah Darren selalu pucat. Aletha jadi merasa khawatir, apa mungkin Darren sedang sakit? "Hm Dar, Lo lagi sakit ya?" tanya Aletha pelan sambil menatap Darren, cowok itu langsung menatap Aletha hingga tatapan mereka bertemu namun Aletha langsung membuang tatapannya ke arah lain karena ia gugup. "Muka Lo pucat banget soalnya," ucap Aletha sambil memainkan jari-jarinya. "Muka gue emang kayak gini sejak dulu, bukan karena gue sakit." Aletha hanya mengangguk-angguk kepalanya pelan, ia baru tahu jika wajah Darren berwarna pucat padahal ia sering memperhatikan cowok itu, bisa-bisanya Aletha tidak mengetahui hal itu. "Kenapa tas Lo masih ada di sini?" tanya Darren yang membuat Aletha terdiam membeku tidak tahu harus menjawab apa. "Emm, sebenarnya semua kamar cewek udah pada penuh, tadi gue juga udah nanya ke staf penginapan katanya nggak ada kamar yang kosong. Jadi gue nggak tahu harus kemana." Darren menatap Aletha sambil menghela nafas pelan, ia merasa kasihan kepada gadis itu, pasti Aletha sangat kelelahan karena sedari tadi Aldino sudah menyuruh-nyuruh Aletha layaknya b***k. Darren tidak sengaja melihat Aletha berbicara tadi dengan salah satu staf penginapan sehabis Darren kembali dari toilet. Ia mendengarkan percakapan Aletha dan staf itu dan ia merasa prihatin ketika melihat Aletha berjongkok di lantai dengan keadaan pasrah. Darren menghela nafas panjang, dilihatnya Aletha yang sedang mengurut pelan kaki nya, mungkin gadis itu merasa sangat pegal. Tidak tega, akhirnya Darren mengambil tas Aletha dan menarik tangan gadis itu untuk ikut bersamanya. Aletha yang tidak tahu apa-apa lantas terkaget melihat Darren yang tiba-tiba menyeretnya tanpa kata. "Eh Dar, ada apa nih?" Ucapan Aletha tidak di gubris, Darren masih menggenggam tangan Aletha untuk ikut dengannya, mereka berhenti di salah satu kamar dan Darren mengetuk pintu kamar dengan pelan hingga seseorang membukakannya, ternyata itu adalah kamar Bu Rini dan beberapa guru lainnya. "Ada apa Darren? Aletha?" tanya Bu Rini sambil memperhatikan Darren dan Aletha secara bergantian. "Kamar perempuan sudah penuh semua Bu, Aletha nggak kebagian kamar karena sibuk nganterin makanan. Jadi saya berniat untuk berbagi kamar dengan Aletha, karena kamar saya hanya di sini oleh dua orang, Aldino dan saya," ucap Darren dengan santainya hingga membuat Bu Rini terdiam dan membuat Aletha sangat kaget dibuat cowok itu. "Oh begitu, ok baiklah, ibuk mengizinkannya, ibuk percaya kepada kamu Darren. Kasihan juga Aletha sudah terlihat sangat lelah, kalian bisa beristirahat sekarang," ucap Bu Rini sambil tersenyum yang dibalas anggukan pelan oleh Darren. Darren masih menggenggam tangan Aletha untuk ikut ke kamar nya, ia membukakan pintu untuk Aletha agar gadis itu masuk terlebih dulu. Dengan ragu dan gugup, Aletha langsung memasuki kamar Darren dan tersentak kaget sambil menutup kedua matanya dengan tangan. "AAAA!" jerit Aletha kencang. "SIALAN, LO NGAPAIN DI KAMAR GUE?!" Darren yang masih berada di luar kamar lantas segera masuk dan melihat Aldino sedang bertelanjang d**a dengan handuk yang melilit di punggungnya, lalu ia menatap Aletha yang menutup mata. Darren menghela nafas pelan dan membawa Aletha untuk keluar lagi dari kamar namun sebelum itu Darren berkata kepada Aldino. "Cepat pakai baju Lo, sialan," umpat Darren kepada Aldino, lalu ia menggenggam tangan Aletha keluar dari kamar. *** Hallo. Share cerita ini ke teman-teman kalian ya dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN