Aletha 10

1120 Kata
Tidak seperti biasanya hari ini siswa-siswi SMA Nusa Bangsa di pulangkan lebih awal di karenakan dewan guru yang akan mengadakan rapat dadakan yang dipimpin oleh Kepala Sekolah. Sudah lebih dari sepuluh menit berlalu, sekolah sudah tampak sepi, nyaris suasana saat itu sunyi, bahkan pedagang di kantin juga telah pulang. Namun tidak dengan Aletha, ia masih santai duduk di bangku yang menghadap lapangan basket. Duduk memejamkan mata, sesekali menghela nafas berat, ia sedang berpikir keras tentang biaya studi tour nya mengingat tak lama lagi pembayarannya akan segera berakhir. Sejujurnya Aletha ingin sekali tidak ikut, namun mengingat studi tour kali ini merupakan nilai praktek Sejarahnya Aletha tidak bisa menolak untuk tidak ikut serta. Sepertinya ia harus mencari pekerjaan tambahan, karena bekerja di supermarket saja tidak akan cukup untuk melunasi uang studi tour nya. Aletha mengeluarkan ponsel dari saku roknya lalu menghubungi nomor Arni. "To the poin, supermarket lagi rame banget nihi," ucap Arni dengan nada ketus. Aletha mendesah pelan, sepertinya Arni masih kesal kepadanya. "Gue izin untuk hari ini, tolong sampaikan ke Mas Bayu." "Loh? Kok mendadak? Lo kan tau hari ini lagi banyak--" Aletha langsung memutus sambungan telponnya, menyandang tas ranselnya dan berlalu pergi meninggalkan lapangan sekolah. Sambil melangkah, ia menghubungi Alasya. "Halo Sya? Lo di mana? Gue pengen bicara." *** Alasya menatap Aletha dari atas sampai bawah, yang ditatap langsung menarik kursi dan duduk lalu menghela nafas pelan. Tidak Aletha sangka Alasya akan datang secepat ini, ia berpikir cewek tengik itu akan membuatnya menunggu sangat lama makanya ia membuang waktunya di jalanan bersama motor kesayangannya. "Lo kok masih pake seragam sekolah? Lo dari mana aja?" "Dari sekolah." "Jangan bilang Lo belajar sendirian di perpus? Astaga! Lo bener-bener gila Leth, heran gue." Aletha menatap Alasya mengabaikan ucapan Alasya barusan. "Gue butuh kerja tambahan, Lo bisa bantu gue?" Alasya mengerutkan keningnya sedetik kemudian ia memicing ke arah Aletha. "Buat bayar uang studi tour?" Aletha mendesah pelan seraya mengangguk kecil lalu menyeruput minuman dingin yang sedari tadi sudah dipesan Alasya. Alasya mengetuk jari-jarinya di meja sambil terus menatap Aletha, dari ekspresi cewek itu bisa di bilang Alasya sedang berpikir keras mencarikan pekerjaan untuk Aletha. Tanpa dipikir pun Aletha sebenarnya sudah tahu jika temannya itu pasti sudah menemukan pekerjaan yang tepat untuknya, hanya saja Alasya sepertinya memperlambat waktu untuk mengatakannya. "Hm, masih dengan tawaran yang sama, nyokap temen gue punya kafe yang terkenal dan lagi butuh pekerja wanita di bagian kasir. Gue mau Lo dia sana, tempatnya nyaman dan rata-rata pengunjungnya adalah remaja, gimana?" Mau tak mau Aletha mengiyakan tawaran Alasya, menurutnya tidak pekerjaan itu tidak terlalu melelahkan, ia hanya melakukan hal yang sama seperti di supermarket. Lagipula, gajinya lumayan untuk mencicil uang studi tour Sejarahnya nanti. *** Ketika Aletha tiba di kost-an, hari sudah petang karena ia dan Alasya baru saja mengunjungi kafe tempat barunya bekerja. Aletha sudah memutuskan akan bekerja di kafe mulai hari kamis sampai minggu sedangkan hari Senin sampai Rabu ia akan bekerja di supermarket. Untungnya pemilik kafe itu menyetujui permintaan Aletha, membuatnya merasa lega dan sangat bersyukur. Dan besok ia harus mengobrol tentang hari kerjanya dengan Mas Bayu, pemilik supermarket tempat ia bekerja selama ini. Setelah mandi dan beristirahat sejenak, Aletha mengenakan jaketnya lalu berjalan keluar kost-an, ia akan membeli makanan untuk mengisi perutnya yang sedari tadi berbunyi. "Leth." Aletha memutar badan dan tersenyum ke arah Zio sambil melambaikan tangannya. Dari penampilan Zio, sepertinya mahasiswa itu baru saja pulang dari kampus, tas yang disampirkan di bahu Zio dibawa dengan malas serta raut wajah lesu Zio, tampaknya cowok bertubuh jangkung itu kelelahan. "Mau ke mana?" tanya Zio. Keduanya berjalan beriringan dan tak lupa Zio melepas jaket yang dikenakannya dan memasangkannya di tubuh Aletha karena melihat Aletha yang hanya mengenakan piyama tidur berlengan pendek. Zio menggeleng kecil sambil berdecak pelan, hari sudah malam tetapi Aletha masih saya berkeliaran di jalanan dengan mengenakan baju lengan pendek yang bisa saja membuatnya kedinginan. "Nyari makan, laper," jawab Aletha sambil memasukkan tangannya di saku jaket Zio. Aletha menemukan benda kecil di saku jaket Zio dan langsung mengeluarkannya dan ternyata adalah jepit rambut berwarna biru. Aletha langsung mengernyit sambil menatap Zio. "Oh itu buat Lo, tadi gue beli karena gue ke inget Lo." Aletha tertawa pelan sambil menatap Zio yang tengah menahan senyumnya. Aletha mengambil tangan Zio dan memberikan lagi jepit rambut itu ke Zio yang membuat cowok itu langsung mengernyit kebingungan. "Kenapa? Lo nggak suka ya?" Aletha menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. "Pakein dong biar romantis," ucapnya sambil terkekeh pelan. Langkah kaki Zio terhenti dan cowok itu berdiri di hadapan Aletha sambil tersenyum, Zio memperbaiki rambut Aletha ke belakang telinga dan memasangkan jepit rambutnya lalu merangkul Aletha dengan gemas. "Udah ayo, gue laper." "Kak Zio deg-degan ya?" ucap Aletha sambil tertawa. "Dih pede," balas Zio sambil mengacak gemas rambut Aletha. Aletha terkekeh pelan sambil menatap wajah Zio yang juga sedang terkekeh kecil. "Kak Zio belum makan?" Zio menatap Aletha sebentar lalu tersenyum kecil, tentu saja ia sudah makan saat hendak pulang tadi, namun ia akan makan lagi agar ia bisa menemani Aletha makan malam. Zio tidak tega melihat Aletha sering makan sendirian tanpa ada teman yang menemani. "Udah sih, tapi perut gue tiba-tiba laper pas lihat Lo yang kelaperan," kekeh Zio yang langsung dibalas pukulan kecil di lengan Zio. Aletha dan Zio makan di salah satu warung bakso yang berada di pinggir jalan, mereka menunggu pesanan datang sambil berbincang-bincang hangat, seperti biasanya Zio akan menanyakan aktivitas Aletha hari ini dan selalu memberikan semangat kepada Aletha. "Kak, gue udah dapat kerja tambahan, mulai hari Kamis sampai Minggu gue bakal kerja di salah satu cafe teman Alasya." "Leth, apa Lo nggak ngerasa capek kerja terus? kalau ada hal mendesak Lo bisa kasih tahu gue, tapi jangan maksain diri kayak gini, Lo juga butuh istirahat," ucap Zio yang membuat Aletha langsung tertawa pelan. "Kak Zio santai aja, gue udah biasa kok kerja kayak gini, sibuk adalah passion gue kak, Lo tau sendiri kan," kekeh Aletha yang membuat Zio terdiam telak melihat gadis SMA itu sangat tegar menjalani hidupnya. Di saat siswi-siswi SMA lainnya sedang asik menikmati masa muda mereka dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan di luar sana, Aletha malah sibuk mencari nafkah dan mengesampingkan urusan lainnya. Zio menatap lekat Aletha yang sedang memakan baksonya dengan lahap, gadis itu sukses membuat hatinya tersentuh dengan setiap kali melihat Aletha ceria setiap harinya, seakan-akan ingin menunjukkan jika gadis itu baik-baik saja, padahal yang dilihat Zio dari wajah Aletha adalah raut wajah lelah dan pasrahnya. "Kak? Hey kak, makan baksonya ntar dingin nggak enak lagi loh." "Eh iya," ucapan Aletha membuyarkan lamunan Zio dan ia menikmati baksonya bersama Aletha sambil sesekali mereka berbagi cerita. *** Hallo, share cerita ini ke teman-teman kalian ya dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN