Aletha 7

1847 Kata
"Leth, lihat ini namanya Zen. Pacar baru gue, dia anak SMK, suka nge-band, suka nge-dj, suka--." "Pergi ke club?" sela Aletha yang dibalas cengiran dari Alasya. "Gue kenal dia di club beberapa bulan yang lalu, dia yang selamatin gue dari cowok berengsek yang ngambil kesempatan pas gue lagi mabuk." Aletha mendengarkan cerita membosankan Alasya dengan ogah-ogahan, sesekali ia menahan kuap sambil menyandarkan tubuhnya pada boneka berukuran besar milik Alasya. Hari ini adalah hari sabtu, sekolah libur dan Aletha sedang tidak bekerja karena jadwalnya pengisian barang secara besar-besaran. Aletha memutuskan untuk menginap sampai hari minggu di rumah Alasya karena ia tidak tahu harus melakukan apa jika berdiam diri saja di kost-an. "Zen suka makan, dia juga suka minum--." "Alkohol?" "Hm sedikit. Zen orangnya ganteng, baik dan--.' "Tipe lo banget?" "Ih dari tadi lo kok bener semua sih nyela ucapan gue." "IQ gue tinggi," kekeh Aletha yang langsung dihadiahi timpukan boneka di wajahnya. "Tante Riza sama Om Reno kemana dari tadi kok nggak kelihatan?" tanya Aletha. Alasya mendengus kesal. "Biasa lagi sibuk sama urusan masing-masing, Mama di butik, Papa lagi ngantor, gitu aja terus sampai zaman purba ada lagi." "Mereka kerja juga buat lo, hargai La," cetus Aletha. Alasya memutar bola matanya malas. "Iya-iya." "Oh iya, hari ini Zen ulang tahun, gue mau lo temenin gue ke acaranya, lo mau kan?" Aletha menggeleng dengan cepat. "Nggak kalo acaranya diadain di club." Alasya terkekeh pelan. "Leth, iya kali gue bawa lo ke club, bisa-bisa lo abis diejekin karena penampilan lo yang lugu. Acaranya di kafe kok, lo tenang aja." Alasya menatap jam dinding lalu menjentikkan jarinya. "Udah sore, mending sekarang kita ke butik Mama, yuk!" *** Di sepanjang perjalanan menuju butik Riza, Aletha sibuk memikirkan kejadian beberapa hari yang lalu saat ia tidak sengaja melihat Ardi bersama istri barunya. Sudah sangat lama ia tidak bertemu dengan Ardi, terakhir kali ketika Ardi datang ke rumah untuk mengemasi barang-barangnya dan meninggalkannya seorang diri, saat umurnya dua belas tahun. Ardi benar-benar jahat, pergi meninggalkannya dengan teganya. Jika bukan karena Riza dan Reno yang mengajaknya untuk tinggal bersama mereka, mungkin saat ini Aletha tinggal di panti asuhan atau bahkan hidup melarat di jalanan. Saat Aletha duduk di sekolah menengah atas, ia memutuskan untuk tinggal sendiri dan menyewa kost-an sederhana yang masih bisa ia bayar walau terkadang terlambat. Bukan apa-apa, hanya saja Aletha tidak ingin merepotkan Riza dan Reno walau mereka tidak merasa direpotkan sama sekali. Dan saat itu pula ia dipertemukan dengan Zio, cowok baik hati yang mau berteman dengannya. Aletha bahkan sudah menganggap Zio sebagai Kakaknya sendiri karena cowok itu selalu ada di sampingnya dan selalu perhatian kepadanya. "Leth, lo kenapa sih? Dari tadi diem aja, lagi ada masalah?" tanya Alasya dengan tatapan yang fokus mengemudi. "Gue lagi sariawan." Alasya tertawa pelan. Sesampainya di butik Riza, keduanya langsung di sambut hangat oleh Riza dan beberapa pegawai butik. Aletha sempat terpaku ketika melihat luas dan megahnya butik Riza, banyak gaun-gaun indah yang dipamerkan di setiap sudut ruangan yang tentunya harganya selangit. "Ma, Alasya mau pakai dress terbaru tahun ini, sekalian Alasya mau di dandan juga," ucap Alasya sambil memainkan kuku barunya yang kemarin baru saja ia bawa ke spa. "La, gaun itu udah---." "Pokoknya Alasya mau gaun itu untuk acara ulang tahun Zio malem ini!" sela Alasya dengan memaksa, membuat Riza mau tidak mau mengangguk menuruti keinginan sang putri. "Ya udah kamu temuin Mbak Siska, dia yang bakal dandanin kamu." Tanpa menjawab ucapan Riza, Alasya langsung melengos mencari Siska, salah satu pegawai Mama nya. Dan tinggallah Aletha dan Riza, Aletha tengah asik cuci mata menatap beberapa gaun indah yang sangat menarik perhatiannya sedangkan Riza menatapnya sambil tersenyum. "Leth, kamu mau di dandan juga?" "Eh, nggak tante. Letha cuma nemenin Alasya doang." "Udah ayo," ucap Riza seraya menarik tangannya. Riza sibuk memilih gaun yang cocok untuk dikenakan Aletha, wanita paruh baya yang masih terlihat masih muda itu mengambil salah satu gaun berwarna peach kemudian mencocokkannya di tubuh Aletha. "Kamu suka nggak?" Aletha hanya mengangguk sambil tersenyum. Di butik itu tidak hanya menjual gaun-gaun yang indah, di sana juga ada banyak sepatu, tas serta aksesoris yang tentunya sangat mahal harganya. Setelah memilih gaun dan high heels untuk Aletha, Riza langsung membawanya ke ruang ganti dan ruang rias. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Riza merubah Aletha, kini Aletha sudah menjadi wanita yang anggun dengan rambut yang dibiarkan terurai yang dihiasi beberapa penjepit rambut yang cantik, gaun yang sangat cocok di tubuhnya serta high heels berwarna putih yang sangat dominan dengan warna gaun serta kulitnya. Aletha benar-benar sangat cantik di mata Riza sampai Riza berdecak kagum melihatnya. "Astaga Letha kamu cantik banget, coba buka mata kamu sekarang." Perlahan Aletha membuka matanya karena sedari tadi ketika ia di make up-in Riza, matanya selalu terpejam dan tidak berani menatap pantulan wajahnya di cermin. Aletha sudah membuka matanya seutuhnya, ia mengerjap beberapa kali tidak menyangka jika dirinya yang berpenampilan cupu kini sudah menjadi Aletha yang berpenampilan sama seperti Alasya. Ia mengambil kacamatanya, namun langsung ditahan oleh Riza. "Tante nggak ngizinin kamu pakai kacamata, lagipula mata kamu sehat-sehat aja. Mata indah kamu jadi tertutupi karena kacamata itu, Letha." "Tapi tante--." Riza membelai rambut Aletha sambil tersenyum. "Percaya sama tante, nggak bakalan ada seorang pun yang bakal ngejek kamu." Aletha hanya menghela nafas pasrah, berharap yang dikatakan Riza benar-benar terjadi nanti. *** Suara dentuman musik yang keras langsung menyambut kedatangan Alasya dan Aletha. Acara ulang tahunnya memang diadakan di kafe, tapi tetap saja auranya seperti di club malam. Alasya dan Aletha berjalan memasuki kafe, beberapa orang yang sudah datang menatap ke arah Alasya dan Aletha dengan decakan kagum, mungkin karena penampilan keduanya yang anggun dan cantik malam ini. Aletha menunduk dalam, ia merasa gugup karena menjadi pusat perhatian saat ini. Aletha selalu ada di samping Alasya karena yang ia kenal di sana cuma Alasya seorang. Ketika Alasya menemui Zen yang sedang berbincang dengan teman-temannya, Aletha juga mengikutinya. Mata Aletha terbelalak, dari empat cowok yang sedang berbicara dengan Zen, ada satu orang yang sangat Aletha kenali. Aldino. Aletha mendengus, mengapa dunia sesempit ini sampai ia harus dipertemukan dengan cowok arogan itu lagi. "Happy birthday, sayang," ucap Alasya seraya memeluk tubuh Zen. "Thanks," ucap Zen seraya membalas pelukan Alasya dan mengecup singkat kepala Alasya. Sungguh itu adalah pemandangan romantis yang baru pertama kali Aletha lihat secara langsung sebelumnya. Aletha mengigit bibir bawahnya ketika teman-teman Zen menatapnya sambil tersenyum, ia gugup, apa mereka akan mengejek penampilamnya? Apalagi ada Aldino di sana. "Sya, ini temen lo?" tanya salah satu cowok bernama Rico sambil menatap Aletha. "Iya, cantik kan?" ucap Alasya seraya menyenggol lengan Aletha. "Banget, lo nggak pernah cerita sebelumnya kalo lo punya temen mirip princes Bella," sahut Dion sambil terkekeh pelan. "Hai, Leth!" seru Zen sambil tersenyum ramah. Aletha membalas senyum Zen dengan kaku begitu pula dengan sapaan teman-teman Zen, namun tidak dengan Aldino. "Nama lo Letha?" tanya cowok berkumis tipis. "Iya." "Wah nama kita sama, lo Letha, gue Leon, sama-sama L. Nanti kita dansa bareng ya?" ucap Leon seraya mengedipkan sebelah matanya. "Nama dia Aletha, bukan Letha," komentar Aldino dengan wajah datarnya. Aletha menatap Aldino yang juga tengah menatapnya, sedari ia sadar jika Aldino menatapnya. Aletha tidak munafik, malam ini Aldino sangat tampan dengan setelan kemja putihnya, namun sayangnya wajah arogan cowok itu merusakkan semuanya. Mereka duduk di kursi yang di tengah-tengahnya terdapat meja bundar. Mereka berbincang-bincang sambil tertawa pelan, namun tidak dengan Aletha. Ia merasa asing di sana walau sedari tadi ia diajak bicara oleh Rico dan Leon. Aletha menatap jam di layar ponselnya, sudah pukul delapan malam tetapi acaranya belum juga di mulai karena Zen masih menunggu kehadiran teman dekatnya yang belum juga datang. Tiba-tiba Zen berdiri dari duduknya sambil tersenyum menatap seorang cowok yang baru saja datang. Aletha tertegun, ternyata orang yang sedari tadi Zen tunggu adalah Darren. Acaranya pun dimulai, di atas panggung sudah terdapat Alasya dan Zen yang sedang meniup kue dan melakukan hal romantis yang membuat beberapa orang terpekik iri melihatnya. Namun tidak dengan Aletha dan Aldino, mereka hanya menonton saja tanpa berniat untuk naik ke atas panggung seperti yang dilakukan Rico, Leon dan Dion. Sedari tadi Aldino menatapnya, Aletha lagi-lagi menyadarinya dan berpura-pura tidak tahu dan memilih untuk menghabiskan jusnya. Diam-diam Aletha melirik Aldino, ia tertegun karena cowok itu malah terang-terangan menatapnya. Aletha merasa gugup karena terus diperhatikan cowok arogan itu. "Lo kenapa sih?!" ucap Aletha kesal. "Lo jelek." Aletha mendengus. "Biarin! Mau gue jelek atau cantik, bukan urusan lo! Lagi pula lo juga jelek, jangan ngatain orang deh!" Aldino berdecih lalu tersenyum miring. "Lo liat cewek-cewek di sana?" tunjuk Aldino ke arah cewek-cewek yang sedang mencuri pandang ke arahnya. Lantas Aletha melihatnya sambil memutar bola mata malas. "Mereka suka ke gue, lah lo? Cewek kampungan kayak lo nggak ada yang suka." Aletha mendengus lalu membuang tatapannya, membiarkan Aldino terus membeo di sampingnya. Aletha mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Darren yang hilang dari pengawasannya matanya. Seketika Aletha tersenyum karena berhasil menemukan Darren, cowok itu sedang berbicara dengan Rico, Dion dan Leon di atas panggung. Tanpa Aletha duga, Darren membalas tatapannya, buru-buru Aletha membuang tatapannya dan menyembunyikan wajahnya. Aletha mengendus bau tubuh seseorang, ia mengulum senyum. Wangi. Aletha mendongak dan terbelalak ketika melihat wajah Aldino tengah menyerbunya dengan alis yang terangkat sebelah menyiratkan kebingungan. Posisi Aletha sekarang adalah menyembunyikan wajahnya di d**a Aldino. Memalukan! Aletha menarik tubuhnya dan berdeham pelan, jantungnya hampir saja mau keluar ketika menatap mata hitam legam cowok itu. "M-maaf, gue refleks," ucap Aletha gugup, ia memainkan jari tangannya gelisah. "Dasar modus, kalo mau dipeluk bilang!" Aletha membelalakkan matanya. Apa yang Aldino katakan? Aletha ingin dipeluk? Yang benar saja! Aletha berdecih, dasar cowok sinting! "Oke, acara selanjutnya adalah berdansa. Jadi gue harap teman-teman semuanya udah punya pasangan masing-masing ya," ujar seorang cowok dari atas panggung yang menjadi mc. Zen dan Alasya langsung mengambil barisan di tengah-tengah, mereka mulai berdansa ketika lantunan lagu romantis dihidupkan dan disusul oleh pasangan yang lainnya. Aletha hanya menatap malas ke arah pasangan-pasangan yang mulai berdansa di hadapannya, ia berharap semoga acara ulang tahun Zen segera berakhir. Aletha menopang dagu, ia mendengar derap langkah kaki, mengalihkan suara lantunan lagu yang masih mengalun. Tiba-tiba dua tangan terulur kepadanya, Aletha mengernyit kebingungan. "Lo dansa sama gue," ucap dua orang cowok kompak. Aletha tertegun, ia menatap Aldino dan Darren secara bergantian lalu menatap uluran tangan dari kedua cowok itu. Darren menatapnya dengan senyum tipis, senyum yang baru pertama kali Aletha lihat seumur hidupnya bertemu dengan cowok itu. Hingga membuatnya memgulum senyum malu-malu, membalas senyum tipis Darren. Aldino malah menatapnya datar, membuat Aletha mendengus melihatnya. "Gue nggak bisa dansa." "Gue bisa ajarin lo," ucap Aldino cepat. "Ayo, Leth," ucap Darren seraya mendekatkan uluran tangannya ke arah Aletha. Aletha mengigit bibir bawahnya, gelisah. Sebenarnya ada apa dengan Aldino dan Darren? Mengapa kedua cowok itu bersikap aneh kepadanya? Sangat jauh berbeda dengan sikap mereka ketika di sekolah. Aletha jadi bingung dan juga gugup diperebutkan oleh ke duanya. *** Share cerita ini ke teman-teman kalian ya dan jangan lupa untuk tap Love:)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN