Makan malam tiba, kembali hanya heboh dengan cerita Yasa. Dia bangga cerita tentang prestasinya dan kakaknya di sekolah. Mereka sering mewakili sekolah ikut berbagai macam lomba dan sering menang. Dipamerkannya piala-piala yang aku susun rapi di lemari hias. Mas Nino tampak antusias mendengar cerita Yasa, bahkan tampak sekali dia bangga. Berkali-kali dia mengelus kepala Yasa dan mencium pucuk kepala Yasa. Setiap kali itu pula, dia selalu menoleh ke arah Ilyas, yang hanya dihadiahi tatapan kebencian. Sikap Ilyas ke Mas Nino tak berubah. Tiba-tiba, "Ran, maaf bolehkah aku menginap di sini? Aku tak pesan hotel, aku mendadak berangkat setelah Banyu memberitahu alamat kalian. Aku bisa tidur di sofa itu." Kata Mas Nino sambil menunjuk ke arah sofa di ruang tamu. Aku terhenyak. Lupa, jarak dari