Suasana makan siang berlangsung sangat canggung. Aku duduk sebelah Ilyas, sedangkan Mas Nino di sebrangku sebelahan Ilyasaa. Kali ini aku masak sederhana saja, kangkung belacan, tempe tahu dan ayam goreng, tak lupa sambal terasi. Hanya Yasa yang makan dengan lahap. Beberapa kali bahkan, dia minta disuapi ayahnya. Sementara aku, Ilyas dan Mas Nino makan dalam diam. Ilyas hanya mengambil sedikit sekali nasi dan lauk, tak seperti biasanya. Beberapa kali kulihat Mas Nino menatap sendu ke arah Ilyas. Beberapa kali pula, Mas Nino menghela nafas. Untunglah Yasa berhasil mengalihkan sedikit kesedihan Mas Nino dengan kemanjaannya. Sedangkan Ilyas tampak sangat cuek, seakan tak peduli ada ayahnya di hadapannya. "Umi gak ikut makan, Ran?" Tanya Mas Nino padaku. "Kata umi nanti saja, kita disuruh m