Jaminan Rasulullah SAW
Setelah mendapat jaminan Rasulullah SAW, Ikrimah akhirnya memeluk Islam. Ia menjadi seorang muslim yang patuh pada Rasulullah dan syahid dalam perang Yarmuk
Abu Isha As-Ayabi’i meriwayatkan bahwa setelah Rasulullah SAW berhasil menaklukkan kota Makkah, Ikrimah berkata,”Aku tidak akan tinggal di tempat ini!”
Dia lalu pergi berlayar dan memerintahkan supaya isterinya membantu mengemasi barang-barang yang akan dibawa serta. Melihat gelagat suaminya itu hendak pergi, lalu sang isteri berkata,”Hendak kemana kamu wahai pemimpin pemuda Quraisy? Apakah kamu akan pergi kesuatu tempat yang tidak kamu ketahui?”
Ikrimah kemudian melangkahkan kakinya tanpa sedikitpun memperhatikan perkataan isterinya. Maka isteri Ikrimah bergegas menemui Rasulullah SAW.
Ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat lainnya telah berhasil menaklukkan kota Makkah. Ia kemudian berkata,”Ya Rasulullah, sesungguhnya Ikrimah telah melarikan diri ke negeri Yaman karena ia takut kalau-kalau baginda akan membunuhnya. Justeru itu aku memohon kepadamu supaya engkau berkenan menjamin keselamatannya.”
“Dia akan berada dalam keadaan aman,” jawab Rasulullah SAW.
Mendengar jaminan Rasulullah SAW itu, lalu isteri Ikrimah memohon diri dan pergi untuk mencari suaminya.
Sementara itu Ikrimah telah sampai ke pelabuhan dan siap menaiki kapal. Melihat salah satu penumpangnya berwajah muram, pengemudi kapal itu berkata pada Ikrimah,”Wahai Ikrimah, ikhlaskanlah saja!”
“Apakah yang harus aku ikhlaskan?” Ikrimah balik bertanya.
“Ikhlaskanlah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan akuilah bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah!” kata pengemudi kapal itu.
“Tidak, justeru aku melarikan diri karena ucapan itu,” jawab Ikrimah.
Selepas itu datanglah isterinya dan berkata,”Wahai Ikrimah putera bapa saudaraku! Aku datang menemuimu membawa pesan dari orang yang paling utama. Dari manusia yang paling mulia dan manusia yang paling baik. Aku memohon supaya engkau jangan menghancurkan dirimu sendiri. Aku telah memohonkan jaminan keselamatan untukmu kepada Rasulullah SAW.”
“Benarkah apa yang telah engkau lakukan itu?” tanya Ikrimah memastikan jaminan Rasul SAW itu.
“Benar, aku telah berbicara dengan baginda dan baginda pun akan memberikan jaminan keselamatan atas dirimu,”jawab istrinya.
Mendengar berita gembira dari isterinya itu pada malam harinya Ikrimah bermaksud untuk melakukan persetubuhan dengan isterinya. Akan tetapi isterinya menolaknya sambil berkata,”Engkau orang kafir, sedangkan aku orang Muslim.”
“Penolakan kamu itu adalah satu masalah besar bagiku,” kata Ikrimah.
Malam itu Ikrimah tidak jadi berhubungan suami isteri. Beberapa hari kemudian mereka pulang kembali ke Mekkah. Begitu mendengar berita Ikrimah dan isteri kembali ke Mekkah, Rasulullah SAW segera menemuinya. Karena rasa kegembiraan yang tidak terkira itu membuat Rasulullah SAW sampai lupa memakai serbannya.
Setelah bertemu dengan Ikrimah, beliau pun duduk. Ketika itu Ikrimah berserta dengan isterinya berada di hadapan Rasulullah SAW. Ikrimah langsung membuka perbincangan,”Sesungguhnya aku bersaksi bahawa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah utusan Allah.”
Mendengar ucapan Ikrimah itu, Rasulullah SAW sangat gembira, wajahnya bertambah cerah.
”Wahai Rasulullah, ajarkanlah sesuatu yang baik yang harus aku ucapkan,” kata Ikrimah.
”Ucapkanlah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya,”jawab Rasulullah SAW.
“Selepas itu apa lagi?” tanya Ikrimah.
“Ucapkanlah sekali lagi, aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahawa sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya,”jawab Rasulullah SAW.
Ikrimah pun kemudian mengucapkan apa yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Selepas itu beliau bersabda,”Jika sekiranya pada hari ini kamu meminta kepadaku sesuatu sebagaimana yang telah aku berikan kepada orang lain, niscaya aku akan mengabulkannya.”
“Aku memohon kepadamu ya Rasulullah. Supaya engkau berkenan memohonkan ampunan untukku kepada Allah SWT, atas setiap permusuhan yang pernah aku lakukan terhadap dirimu. Setiap perjalanan yang aku lalui untuk menyerangmu, setiap yang aku gunakan untuk melawanmu dan setiap perkataan kotor yang aku katakan di hadapan atau di belakangmu,” pinta Ikrimah.
Mendengar permintaan Ikrimah, Rasulullah SAW lalu berdoa,”Ya Allah, ampunilah dosanya atas setiap permusuhan yang pernah dilakukannya untuk bermusuhan denganku. Setiap langkah perjalanan yang dilaluinya untuk menyerangku yang tujuannya untuk memadamkan cahaya-Mu dan ampunilah dosanya atas segala sesuatu yang pernah dilakukannya baik secara langsung denganku mau pun tidak.”
Mendengar doa yang dipanjatkan Rasulullah SAW itu, hati Ikrimah menjadi gembira. Seketika itu juga ia berkata,”Ya Rasulullah! Aku bersumpah demi Allah, aku tidak akan membiarkan satu dinar pun biaya yang pernah aku gunakan untuk melawan agama Allah, melainkan akan aku ganti berlipat ganda demi membela agama-Nya. Begitu juga setiap perjuangan yang dahulu aku lakukan untuk melawan agama Allah, akan aku ganti dengan perjuangan yang berlipat ganda demi membela agama-Nya. Aku akan ikut berperang dan berjuang sampai ke titisan darah yang terakhir.”
Janji Ikrimah kemudian dibuktikan ketika terjadi Perang Yarmuk. Ia ikut serta berperang sebagai pasukan perang yang berjalan kaki. Pada waktu itu Khalid bin Walid memperingatkan,”Jangan kamu lakukan hal itu, karena bahaya yang akan menimpamu adalah lebih besar!”
“Wahai Khalid! Kamu dahulu pernah ikut berperang bersama Rasalullah SAW. Maka biarkan aku lakukan!” jawab Ikrimah.
Ikrimah tetap meneruskan niatnya itu, hingga akhirnya ia gugur di medan perang. Waktu Ikrimah gugur, ternyata di tubuhnya terdapat lebih kurang tujuh puluh luka bekas tikaman pedang, tombak dan anak panah.
Abdullah bin Mas’ud pula berkata,“Di antara orang-orang yang termasuk dalam barisan Perang Yarmuk adalah Haris bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amar. Di saat-saat kematian mereka, ada seorang sahabat yang memberinya air minum, akan tetapi mereka menolaknya. Setiap kali air itu akan diberikan kepada salah seorang dari mereka yang bertiga orang itu, maka masing-masing mereka berkata, ‘Berikan saja air itu kepada sahabat di sebelahku.’ Demikianlah keadaan mereka seterusnya, sehingga akhirnya mereka bertiga menghembuskan nafas yang terakhir dalam keadaan belum sempat meminum air itu.”
AST
Rekonsiliasi Nasional
Saat ini yang kita perlukan Pasca Keputusan Mahkamah Konstitusi adalah rekonsiliasi. Rekonsiliasi adalah perbuatan memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula sebagai perbuatan untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang ada.
Dalam kaca mata Agama Islam, hubungan itu adalah berselempangkan tali silaturahmi (shilah ar-rahim dibentuk dari kata shilah dan ar-rahim. Kata shilah berasal dari washala-yashilu-wasl(an)wa shilat(an), artinya adalah hubungan. Adapun ar-rahim atau ar-rahm, jamaknya arhâm, yakni rahim atau kerabat. Asalnya dari ar-rahmah (kasih sayang); ia digunakan untuk menyebut rahim atau kerabat karena orang-orang saling berkasih sayang, karena hubungan rahim atau kekerabatan itu. Di dalam al-Quran, kata al-arhâm terdapat dalam tujuh ayat, semuanya bermakna rahim atau kerabat.
Dengan demikian, secara bahasa shilah ar-rahim (silaturahmi) artinya adalah hubungan kekerabatan. Banyak nash syariat yang memuat kata atau yang berkaitan dengan shilah ar-rahim. Maknanya bersesuaian dengan makna bahasanya, yaitu hubungan kekerabatan. Syariat memerintahkan agar kita senantiasa menyambung dan menjaga hubungan kerabat (shilah ar-rahim). Sebaliknya, syariat melarang untuk memutuskan silaturahim.
Abu Ayub al-Anshari menuturkan, “Pernah ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi saw., “Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku perbuatan yang akan memasukkan aku ke dalam surga.” Lalu Rasulullah saw. Menjawab,” Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahmi. (HR al-Bukhari).
Hadist ini, meskipun menggunakan redaksi berita, maknanya adalah perintah. Pemberitahuan bahwa perbuatan itu akan mengantarkan pelakunya masuk surga, merupakan qarînah jâzim (indikasi yang tegas). Oleh karena itu, menyambung dan menjaga shilaturahmi hukumnya wajib, dan memutuskannya adalah haram. Rasul saw. pernah bersabda, ”Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan kekerabatan (ar-rahim).” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu, Qadhi Iyadh menyimpulkan, “Tidak ada perbedaan pendapat bahwa shilah ar-rahim dalam keseluruhannya adalah wajib dan memutuskannya merupakan kemaksiatan yang besar.
Untuk memenuhi ketentuan hukum tersebut, kita harus mengetahui batasan mengenai siapa saja kerabat yang hubungan dengannya wajib dijalin, dan aktivitas apa yang harus dilakukan untuk menjalin silaturahmi itu?
Dengan menganalisis makna ar-rahim atau al-arham yang terdapat dalam nash, dan pendapat para ulama tentangnya, bisa ditentukan batasan kerabat tersebut. Kata ar-rahim dan al-arhâm yang terdapat di dalam nash-nash yang ada bersifat umum, mencakup setiap orang yang termasuk arhâm (kerabat). Ketika menjelaskan makna al-arhâm pada ayat pertama surat an-Nisa’, Imam al-Qurthubi berkata, “Ar-rahim adalah isim (sebutan) untuk seluruh kerabat dan tidak ada perbedaan antara mahram dan selain mahram.”
Ibn Hajar al-‘Ashqalani dan al-Mubarakfuri mengatakan, “Ar-Rahim mencakup setiap kerabat. Mereka adalah orang yang antara dia dan yang lain memiliki keterkaitan nasab, baik mewarisi ataupun tidak, baik mahram ataupun selain mahram.”
Allah Swt. memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada kerabat (QS an-Nisa’4: 36); memberi kepada kerabat (QS an-Nahl 16: 90); memberikan hak kepada kerabat (QS ar-Rum 30: 38); meski dalam hal itu sebagian mereka lebih diutamakan dari sebagian yang lain (QS al-Anfal 8: 75 dan al-Ahzab 33: 6). Rasul saw. pernah bersabda:Tangan yang memberi itu di atas (lebih utama) dan mulailah dari orang yang menjadi tanggungan (keluarga)-mu, ibumu, bapakmu, saudara perempuanmu, saudara laki-lakimu, orang yang lebih dekat denganmu, orang yang lebih dekat denganmu (HR al-Hakim, al-Baihaqi, dan Ibn Hibban). Semua itu adalah bagian dari aktivitas silaturahmi. Dari gambaran seperti itu, para ulama manarik pengertian silaturahmi.
Rekonsiliasi menekankan makna perjalanan hidup manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT, yang paling taqwa disisi Allah adalah siapa saja yang bekerja dengan ikhlas tidak membedakan jabatan dalam pekerjaan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 yang artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Salah satu cara bertakwa kepada Allah adalah dengan menjaga tali silaturahmi, mengutip sabda Rasululloh, Kebajikan yang cepat pahalanya ada dua yaitu, berbakti kepada apa saja karena Allah dan orang yang rajin silaturahim. Dan ada dua yang siksanya cepat, pertama orang yang berbuat kekejian dan kedua orang yang memutus tali silaturrahim (HR.Ibnu Majjah).
Di saat masih bulan Syawal ini, dimensi taqwa dengan tiga dimensi pemahaman. Pertama, dimensi individu. Kita harus memiliki integritas moral yang tinggi seperti jujur dan amanah karena keduanya adalah pengantar ke surga. Selain itu, harus adil yaitu menempatkan sesuatu pada porsinya karena keadilan dekat dengan ketaqwaan serta memegang amanah. Tidak disebut iman apabila ia ingkar dan tidak islam seseorang itu jika tidak menepati janji.
Kedua, dimensi sosial. Sebagai muslim, kita wajib tebarkan salam dimanapun kita berada, saling memberi makan untuk bangun sistem ekonomi yang Islami, serta membangun komunikasi dengan sesama manusia, karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia yang lain (khoirunnaas anfa’uhum linnaas), ini sangat berkaitan dengan hunungan antar manusia (hablumminannas).
Ketiga, dimensi kealaman, Makmurkan dunia dengan cara menjaga keseimbangan lingkungan, (hablumnimal’alamin). (***)