Aku tidak terlalu mengenal Ika secara personal, hanya mampu menyesap aroma tubuhnya yang semerbak. Hatiku bertanya-tanya, benarkah penderitaan dia sama sepertiku. "Bang, Ika bangga bisa dekat dengan abang." Ika melepaskan pelukan, tangan kirinya membelai wajahku yang masih belum sepenuhnya menyadari apa sesungguhnya yang sedang terjadi di antara kami. "Iya, abang juga senang bisa bantu ika walau hanya sekedar tenaga." Aku menjawab dengan suara yang mendadak parau pelan-pelan kulepaskan pelukan. Beberapa saat kemudian, Ika kembali memelukku dengan kepala yang tetap tersandar di d**a. Jantungku berdegup menggelRadit terpancing debaran jantung wanita cantik yang sudah berdandan sangat rapi. Pelukan Ika semakin erat dan hangat membuatku semakin gelagapan dan tak karuan. Darah mudaku mendid