Jam delapan malam aku dan Erik sudah memasuki kawasan tempat resepsi. Jalan menuju lokasi cukup ramai, walau tdak terlalu macet seperti saat di kampung neneknya Ika. Mungkin karena tidak ada artis Ibu Kota yang tersohor. Panggung dangdutnya pun tidak sebesar dulu. Lokasi hiburan pun hanya seperempat lapangan sepak bola. Dua lapangan volley yang pinggirannya ditanami bambu hias dan aneka pepohonan. Tak perlu meminta panduan dari Mama Elma, aku yang dibonceng bisa memberikan petunjuk arah pada Erik, untuk langsung menuju Villa, tempat Mama Elma menunggu. Menurut info dari Mama Elma, di villa sudah ada Tante Irna, asisten tata rias yang selalu setia menemaninya. Sang Tante ditemani Yudis. Siswa kelas 3 STM yang sudah setahun jadi cemcemannya. Lebih tepatnya setahun setelah suaminya jadi