Gemrisik dedauanan yang tertiup angin serta cahaya rembulan dan suara binatang malam, menjadi instrumen pelengkap lolongan, lenguhan dan mendesah Tiara di tengah gutan angker. Dia sudah tak peduli lagi dengan segala cerita keangkeran hutan lindung ini.
Tangan kiriku makin kuat memegangi pinggang kanan Tiara yang tak mau diam bergoyang, sementara tangan kakakku makin kekar memegangi batang si Bangla yang kepalalya terus menyundul nyudul c******s Tiara.
Tiara menaikan pantatnya makin tinggi, sementara kepalanya tergeletak pasarah pada jok motor. "Maaaasukiiin saaaaayng ooooh, sekaraaang aaah Wildaaaan aaaah, aku gak tahaaaan sayaaaang." Tiara gelagapan tangan kanannya memukul mukul jok motoku dengan lemah.
Dengan satu tekanan keras, Bless! tanpa hambatan sedikit pun batangku yang besar dan panjang, menembus lobang vgina Tiara.
"Aaaaaah ssst uuuuuh oooooh Wildaaaaaaan... ooooh nikmaaaat, sayaaaaang sssst. Uuuuuuh " Jeritan manja Tiara tak terkendali. Kepala mendongak ke belakang, saat si Bangla tembus masuk dalam lobang vginanya.
Aku tersentak dan terdiam beberapa saat. Kenikmatan yang sangat luar biasa menyengatku sangat nikmat tak terkatakan.
"Oooh, ssssst nikmaaat banget vginamu Sayaaang ooooh sssssst sempiiit kaya perawan, ooooh ssssst.," Aku melenguh. Mataku tak sanggup terbuka. Kenikmatan jepitan dinding vgina Tiara yang kesat dan sempit terasa begitu mengigit dan super nikmat.
"Oooh, genjot, Saaayang. sssssststst aaaah Wildaaaaan genjot. sayaaaangku, oooh I love youuuuu, ooooh. Batangmu oooooh, banglamu nikmaaat banget sayaaang uuh...." Tiara menceracau tak keruan seraya memaju mundurkan pantatnya. Memberi kode agar Aku segera menggejotkan selangkanganku.
Aku pun segera menarik dan mendorong pantatku berulang ulang. Kedua tangaku memegangi pinggan Tiara dan menahannya.
"Owh... sayaaangku, terus sayang oooh, si banglaaaaa nikmaaat bangeeet oooooh, yeees, no oooh yeees aaah. Nikmaat bangeeet ini oooh yeeees." Tiara meracau menirukan pemain bokep yang sering ditontonnya.
Setelah beberapa puluh kali menggenjot dan keringat dari keduanya mulai membasahi tubuh. Aku menjatuhkan badannya memeluk punggung Tiara.
"Oooooooooooooooooh, Wildaaaan aaaaaah," Tiara meraung nikmat saat kedua tanganku meremas payudaranya yang montok, kenyal padat berisi.
"Oooh Tiara nikmat saaaayang uuuuh, oooh." Aku seperti hilang kesadaran, genjotanku makin kencang dan gencar. Tiara megap megap, sepertinya dia tak sanggup lagi mendesah saking nikmatnya merasakan sensasi clitorisnya yang tergesek kasar batang si bangla.
Menurut beberapa cewek yang pernah aku tiduri, salah satu kenikmatan dari b***************n yang besar, panjang dan keras itu bisa menusuk jauh ke dalam, sekaligus menggesek c******s hingga bisa lebih cepat membuat wanita o*****e berkali kali.
"Aaaah, uuuuuuh sssstttt Aku.... aaaaah, aku aaaah," Tiara terengah engah.
"Oooh aku ingin jadi istrimu, sayaaang...." Tiara tak henti hentinya menceracau, "Oooh I love youuuu ooooh, nikmaaaat sekali batangmu, Sayang. Uuuh aku gak mau kehilangan kamu sayaaang, oooh" Tiara seperti kerasukan roh halus, dia nyaris berteriak dalam ceracaunya.
Pantatnya bergoyang, kepala liar berputar ke segala arah, rambut acak-acakan, persis Trio Macan yang sedang edan.
Aku kian gencar dan agresif menggenjot selangkanganku, menusuk nusukan si bangla yang makin licin dan keras terjepit dinding vgina Tiara yang sangat sempit.
Kedua tanganku menahan pinggang dan p****t Tiara yang makin liar bergoyang. Aku tak ingin si bangla yang makin keras dan panas copot dari lobang ternikmat yang sedang kurasakan. "Oooh Ooooh Wildaaaaaan aaaah ssssst aaaaah uuuh. Genjooot terus, Saayaaaaang, uuuh." Tiara tak henti-hentinya merintih dan melenguh. Aku tak menduga Tiara bisa seliar dan sevulgar ini.
Aku makin bersemangat. Lenguhan dan rintihan Tiara yang liar, menjadi multivitamin penambah staminaku. Kedua tanganku makin kuat memegangi dan menahan pantatnya yang liar dan lincah bergoyang tak keruan.
"Aaaaaah aaaaaaaah aaah sssssssssttt Aku oooohs oooohs." Tubuh Tiara kembali mengejang. Kakinya merapat dan dinding vginanya berdenyut hebat menjepit batang pnisku yang makin gencar menggenjotnya.
"Ooooooooooohssssst. Aku uuuuuh ssssst." Seeeeer carian panas dan kental kembali meluncur dari lobang vgina Tiara melumuri batangku
"Uuuuuuh, nikmaaaat sayaaaaaang, aku keluar lagi aaah aaaah aaauuuh." Suara Tiara sedikit melemah. Keringat membasahi sekujur tubuhnya. Lebih dari 30 menit bergoyang seperti wanita edan, telah menguras tenaganya.
Beberapa saat kemudian, Tiara menarik pantatnya. Si bangla keluar dengan keras dari lobang vginanya.
Tiara kembali membalikan badan, tangan kirinya memeluk leherku, sementara tangan kanannya memegangi si Bangla yang basah dan licin.
"Sayangsss, istirahat dulu sebentar ya, ooowsssh," desah Tiara lemah. Sepertinya tenaga dia sudah benar-benar terkuras. o*****e yang kedua tampaknya lebih dahsyat dari yang pertama.
"Baru kali ini aku bisa o*****e berkali kali dalam waktu dekat," Tiara melumat kembali bibirku. Aku memejamkan mata menikmati sensasi ciuman dan belaian pada si bangla. Tangan kiri Tiara menyusuri tangan kananku. Kami saling meremas tangan dalam cumbuan yang kian hangat dan mesra disaksikan rembulan yang pucat pasi di langit cerah.
"Sayang, aku ingin jadi milikmu selamanya. Kapan pun dirimu mau, aku siap melayani. Mulai saat ini aku milikmu seutuhnya." Tiara berucap lirih di antara cumbuan mesranya.
"Hmmm." Aku hanya bergumam.
"Aku rela jadi istrimu dan berhenti menjadi artis dangdut. Aku telah memiliki segalanya, kita bisa hidup sejahtera berdua. Aku rela membiayai semua kebutuhan hidupmu, Sayang." Tiara kembali berucap lirih.
"Hmmm, jangan sayang. Kita nikmati saja malam ini, hari esok dan seterusnya, biarlah waktu yang menentukan" balasku diplomatis, sambil kembali memeluk dan melumat bibirnya. Aku ingin kembali membangkitkan gairahnya karena aku pun ingin segera merasakan nikmatnya menyemburkan s****a dalam vginanya yang sempit.
Setelah beberapa saat b******u dan berpelukan. Gairah Tiara kembali bangkit. Bahkan sepertinya lebih b*******h dari sebelumnya. Tiara pasti bertanya-tanya dalam hati mengapa bisa begitu. Inilah sensasi alam terbuka, pengalaman yang baru saja dia alami tentunya.
"Sayang pindah ke pohon itu yu," ajak Tiara sambil menunjuk sebuah pohon besar yang akar-akarnya bisa untuk dijadikan tempat duduk.
"Ke sebelah sana aja, ada bangku panjang bisa buat tiduran," balasku sambil menunjuk ke arah belakang.
Tanpa banyak tanya lagi, aku dan Tiara berjalan bergandengan tangan dalam keadaan tubuh telanjang bulat.
Andai saja ada yang melihat kami, mungkin mereka akan menduga aku dan Tiara dua makhluk dari zaman primitif yang menyasar.
"Gimana sayang, nikmat gak sensasi alam terbuka?" tanyaku seraya memegangi buah dadanya.
"Tak terkatakan, ini sangat luar biasa sekali sayang," balasnya seraya diam sejenak lalu memelukku dan melumat kembali bibirku.
"Aku rela menyerahkan apa saja, asal kamu bisa jadi milikku." Tiara kembali mengutarakan keinginannya untuk menjadi istriku.
Kami kembali berjalan dan tak lama kemudian sampai pada bangku yang terbuat dari bongkahan pohon runtuh. Sudah lama ada di sana, sudah dirapikan, sehingga bisa dipakai untuk duduk bahkan tiduran dengan sangat nyaman.
Tiara tersenyum lalu menarik tanganku menuju bangku. Sepertinya dia sudah tidak sabar ingin kembali memberikan tubuhnya padaku. Di antara ilalang dan rumput yang tidak terlalu tinggi, aku duduk di bangku kayu itu.
Tiara mendorong lembut dadaku hingga aku telentang. Kedua kakiku menjuntai lebar ke tanah. Beberapa saat kemudian, Tiara bersimpuh di antara kedua kakiku.
Tangannya kembali memegangi si bangla yang makin keras dan tegar berdiri. "Sayaaaang sssaaaaah ssssstttt aaaah aaaaah sssst" Aku mulai melenguh panjang ketika batangku mulai dijilati dan dikulumnya dengan pelan-pelan.
Tiara pun menjilati seluruh area selangkanganku. Setelah puas, dia naik ke atas bangku dan mengangakangiku. Lalu dengan sangat manja dia menurunkan badan hingga menempatkan vginanya tepat di wajahku yang telentang.
"Uuuuuuuuuuuuuh," Tiara kembali melenguh panjang saat lidah dan mulutku mulai menjilati kltorisnya dari bawah. Kedua tanganku memegangi pinggang Tiara yang mengangkang di atas wajahnya.
Aku makin ganas menjilati vginanya, kedua tanganku mulai naik meremas p******a yang tergantung di atasku.
Tiara makin gelagapan menahan gelora birahi yang memuncak di ubun ubunnya. "Wildaaaaan aaaaaaaaaaaaaaaah ssssssssssst uuuuuh oh yeees." Tiara mendesah setengah menjerit saat kltorisnya aku gigit manja.
Tiara yang sudah setengah kelenger, segera mengangkat tubuhnya. Berpindah mengangkangi selangkanganku. Dengan dibimbing tangannya, dia memasukan kembali batangku ke vginanya dari bawah.
"Uuuuuh.... nikmaaat sssssst." Dua lenguhan nyaris berbarengan keluar dari mulut kami, saat Tiara menurunkan pantatnya dan memasukan si Bangla tembus ke rahimnya.
Tak menunda waktu aku pun langsung menggenjotnya dari bawah, sementara Tiara menekan dari atas. Tampaknya Tiara tipe penyuka Women on the Top. Tiara makin gencar menekan dari atas sementara aku makin kuat menyodoknya dari bawah.
Entah sudah berapa lama kami saling mendorong dan menarik dalam genjotan. Tiara makin agresif dan lincah menggoyangkan tubuh dan pantatnya. Aku yakin lebih lincah dari goyangannya di atas panggung.
Mulut kami tak henti hentinya berpagutan diselingi desahan, rintihan dan lenguhan yang bersahutan. Tubuh kami pun sudah mulai basah dengan keringat malam. s**********n dan kejantananku makin gencar menusuk-nusuk vgina dari bawah. Pelukan kami makin kuat dan erat. Keagresifan dan kebinalan Tiara makin menjadi. Kedua kakiku menekuk ke atas, menahan beban pantatnya yang makin kencang naik turun.
"Aaaaaaaah sayang, aku gak tahaaaaan, oooowwh nikmat sekali sayang, ooowh ooowh sayaaaaaaang ooowh, terus sayang terus...aaaaaooosss kita keluar bareng sayaaaang ooowhssst," Tiara menceracu tak keruan.
"Sayang...sayang.. sayang aaaaaaaaaah aaaaah sssst nikmaaaaat sayaaaaaangss." Aku tak kalah mencarau tak menentu. Membenamkan wajahku pada dua p******a yang menggantung tepat di atasku,
"Aaaaaaaaaaaah, sayaaaanng, aku mau keluaaaar ssssst uuuuuuuu." Aku melolong dan seeerrrrrrt sekujur tubuhku mengejang. Nikmat yang terasa berjuta kali lebih dahsyat dari biasanya menjalari sekujur tubuhku.
"Oooooooooooh Tiaraaaaaa, Sayaaaang, oooooh." Seeer crot crot croot si Bangla seketika menembakan cairan yang banyak sekali dalam vgina Tiara yang ternyata sudah lebih dulu muncrat dan banjir.
Beberapa saat aku kembali menggenjot pantatnya ke atas, hingga seluruh spermaku masuk ke vginanya.
Tiara memeluk tubuhku yang ngos-ngosan seraya mengatur napas.
"Gimana rasanya si Bangla?"
"Hmmm tak terkatakan, hehehe."
^^^