Kini Fiorella sudah menginjakkan kakinya di Seattle. Wanita itu mengedarkan pandangannya, seukir senyum kini terpahat di bibir tipisnya, ia menghela napasnya pelan.
Ia keluar dari area bandara dan memasuki sebuah taxi yang akan mengantarkannya ke apartemen milik Charlotte. 15 menit perjalanan, kini Fiorella sudah berada tepat di depan gedung apartemen yang besar, gadis itu melangkahkan kakinya mulai memasuki area dalam gedung. Namun tanpa sepengetahuannya seseorang kini tengah mengamatinya dengan mata hitam pekatnya, ia menekan earphone dan sudah tersambung dengan seseorang.
"She is in here, in Seattle," lapornya tanpa menunggu jawaban.
Fiorella mulai menghubungi Charlotte dan sedetik setelah ia menghubungi temannya itu, terdengar bunyi kode apartemen dan benar saja kini pintu apartemen itu terbuka lebar, memperlihatkan Charlotte dengan balutan jas kedokterannya. "Kau datang!"
"Maaf, terlambat," ucap Fiorella. Charlotte langsung memeluk Fiorella erat, ia tersenyum senang. "Maafkan aku, tapi aku harus berangkat kerja. Kau masuk saja dan temukan kamarmu di sebelah kiri yah, aku sudah memberinya tanda dengan namamu. Enjoy Fio."
"Apa?! Kenapa kau meninggalkanku?"
"Maafkan aku, aku buru-buru," ucap Charlotte dengan mencium pipi Fiorella kilat.
Charlotte melenggang dengan senyum di bibirnya, meninggalkan Fiorella yang mematung di depan pintu masuk. Gadis itu pun memasuki apartemen milik Charlotte, ia mengedarkan pandangannya menelisik untuk menemukan pintu kamarnya. Dan pandangannya terkunci pada pintu sebelah kiri dengan tulisan 'A specially room for the doughter of De Lavega'
Fiorella menggelengkan kepalanya, Charlotte tak pernah berubah. Temannya itu selalu mengagung-agungkan klan daddynya, sungguh! Fiorella tak suka itu semua. Ia ingin hidup wajar tanpa embel-embel De Lavega, ia ingin hidup normal layaknya Charlotte yang tenang dengan pekerjaannya sebagai seorang dokter. Fiorella ingin itu semua, tapi ia tau itu tak mudah ia dapatkan sebab ia adalah putri dari seorang Arthur De Lavega.
Mengenyahkan pikiran tentang statusnya, gadis itu kini sudah memutar knop pintu serta mendorongnya. Ia langsung memasuki kamar yang dimaksud oleh Charlotte dan mulai merebahkan tubuhnya yang lelah. "Nyaman sekali, ah. Rasanya aku ingin tidur sebentar," gumam gadis itu dengan senyum menawannya. Benar saja, sepuluh menit kemudian ia telah terbang ke alam mimpinya.
Pukul 12 siang, Charlotte pulang karena memang jam prakteknya sudah habis. Gadis yang berprofesi sebagai seorang dokter itu langsung memasuki apartmennya. "Fio! Dimana kau?" Panggilan Charlotte sama sekali tak berbalas. Gadis itu memasuki kamar Fiorella dan menemukan temannya tengah tertidur pulas dengan masih mengenakan pakaian yang sama saat ia datang kemari.
"Kau pasti sangat lelah."
"Tapi kau harus makan, maafkan aku karena harus membangunkanmu." Charlotte menjalankan kakinya mendekati ranjang, ia perlahan menepuk pipi kanan Fiorella dengan sedikit mengguncang tubuhnya.
"Fio bangun, kau harus makan siang."
"Emh, tinggalkan saja!" Baiklah! Kebiasaan gadis itu kembali.
"Aku bukan maid mu, katanya kau ingin mandiri kan? Bagaimana bisa mandiri jika untuk makan saja kau malas?!"
Perlahan kelopak mata itu terbuka, ia tatap mata Charlotte dan menggelengkan kepalanya. "Kau persis seperti Mommy ku!"
"Sudah ayo kita makan, tak baik untuk sistem pencernaanmu jika kau terlambat makan. Kau bisa terkena maag bagaimana jika maag kronis? Apa kau pikir memiliki peny_"
"Sudah cukup dokter cantik, aku dengar dan aku paham. Terimakasih ceramahnya. Sekarang aku boleh makan?"
"Ya, aku akan memasakkannya untukmu."
"Serius?"
"Ya."
"Aku ikut, aku ingin belajar memasak."
"Baiklah, ayo. Tapi sebelum itu kau mandilah dulu, tubuhmu masih penuh dengan kuman dan bakteri_"
"Astaga, Charlotte! Aku bersih!"
"Menurutmu! Sekarang mandi!"
"Okey, aku akan mandi!!"
Selepas gadis itu mandi, ia langsung menghampiri pantry dan menemukan Charlotte tengah bergelut dengan berbagai alat masak. Fiorella menjalankan kakinya tepat di belakang tubuh Charlotte. "Wah, apa yang sedang dokter ini masak?" tanya Fiorella membuat Charlotte sedikit kaget.
"Ya Tuhan, bisakah kau tak mengagetkanku?"
"Ah, maaf Charlotte," sesal Fiorella dengan senyum tipisnya.
"Ya, tidak apa-apa."
Hening kembali menyergap hingga saat Fiorella menyaksikan Charlotte mengangkat masakannya dan ditaruh di meja makan, Fiorella mengerutkan keningnya bingung. Seraya mendudukkan tubuhnya, Fiorella menatap penuh pertanyaan pada Charlotte."Em, kau sangat pintar memasak"
"Jangan berlebihan, hanya ratatouille dan macaron."
"Hanya? Ini luar biasa, kau bisa memasak makanan Prancis?"
"Daddy yang mengajarkannya padaku."
"Well, kalian memang luar biasa. Harus ku akui aku cukup malu pada Daddy dan Kakak ku. Kau tau betul kan kedua pria itu sama-sama pintar masak makanan khas Italia, tapi aku tak bisa! Sungguh aku sangat malu, Charlotte!"
"Sudahlah jangan pikirkan, sekarang ayo makan."
"Hm, baiklah."
Fiorella mulai memakan masakan yang dibuat oleh Charlotte, dua gadis itu sama-sama tersenyum dengan manis."Ini lezat, kau pintar sekali," puji Fiorella lagi.
"Fio, kau terlalu memujiku."
"Itu kenyataannya kau memang pintar memasak."
"Baiklah lupakan, bagaimana keadaan Kakak mu?"
"Kau tau betul, awalnya dia melarangku tapi aku terus membujuknya."
"Fio, aku juga heran dengan keputusanmu. Kau kerja di perusahaan Tuan Arthur dengan baik. Lalu kenapa kau ingin kemari dan menyambung kariermu?"
"Charlotte, telingaku panas setiap hari. Semua model mencaciku dan mereka mengatakan hal yang seharusnya tak dikatakan oleh seorang public figur."
"Ya, aku mengerti."
"Maka dari itu aku kemari, aku harus membungkam mulut mereka dengan prestasiku!"
"Sekarang kau ingin kemana?"
"Christian's Corp, aku akan mencoba karier ku di sana. Aku banyak mendengar kabar bahwa management itu cukup berkembang pesat disini. Mereka melahirkan model-model dengan baik dan prestasi di mana-mana. Aku ingin mencoba peruntungan ku di sana"
"Kapan kau akan ke sana?"
"Nanti pukul dua siang."
Hening tercipta, lebih tepatnya Fiorella menyambung acara makannya sedangkan Charlotte melirik ke arah jarum jam di tangannya. "Fio?"
"Hm?"
"Kau berangkat jam berapa?"
"Jam dua."
"Fio! INI SUDAH PUKUL 2 LEBIH LIMA BELAS MENIT!!" Mata Fiorella melebar seakan hendak keluar dari sarangnya, gadis itu kalap. Ia langsung terbatuk saking kagetnya. Charlotte segera memberikan Fiorella minum dan di tenggak sampai tak bersisa oleh gadis itu. Fiorella mendirikan tubuhnya ia langsung mengusap mulutnya dengan punggung tangannya seraya menggelengkan kepalanya. "s**t!!"
Fiorella langsung berlari menuju kamarnya. Ia langsung mengganti bajunya di sana. Sementara di meja makan Charlotte tampak menyunggingkan senyum seraya menggelengkan kepalanya menatap pergerakan absurd Fiorella.
Fiorella meraih setelan yang sudah ia siapkan. Atasan berwana putih dengan bawahannya rok sepaha dikombinasikan dengan tas selempangnya. Selesai dengan mengganti bajunya, Fiorella lantas bergegas keluar dari kamarnya dengan menggunakan hells berwarna senada dengan roknya. Gadis itu sesekali hendak terjatuh hingga membuat Charlotte ikut teriak.
"HATI-HATI!"
"YA, DOAKAN AKU YAH!!" Fiorella keluar dari apartemen milik Charlotte dengan tergesa, kadang ia akan berlari atau berjalan cepat. Ia berhenti tepat di tepi jalan saat netranya melihat sebuah taxi melintas di depannya. Gadis itu langsung menaiki taxi itu dan mulai bernapas lega.
"Oke, tenanglah."
"Nona anda ingin kemana?" tanya Si supir taxi sopan.
"Ah, ke Christian's corp."
"Baik." Taxi itu mulai bergerak dengan laju sedang, gadis itu berkaca seraya merapikan wajahnya dengan rambutnya yang ia gelung ke atas menyisahkan beberapa anak rambutnya yang ada di tengkuk serta di dahinya.
Taxi itu berhenti tiba-tiba, Fiorella langsung menyimpan kacanya dan menatap si supir penuh pertanyaan. "Ada apa pak?"
"Maaf nona, bahan bakarnya habis."
"APA?!"
"Sebenarnya tadi aku akan mengisi bahan bakar, tapi nona terlanjur menaiki taxi ini."
"Jadi aku harus bagaimana?!" sungut Fiorella dengan wajahnya yang memerah.
"Maaf nona cari taxi lain saja, dan sebagai gantinya nona tak perlu membayar saya."
Fiorella mengutuk nasibnya yang buruk hari ini. Tapi ia tetap tak bisa meninggalkan si supir taxi begitu saja, ia meraih beberapa lembar dollar dan memberikannya pada supir taxi. "Maaf nona tapi saya_"
"Simpan saja, terimakasih. Lain kali cek dulu yah."
"Sekali lagi terimakasih." Fiorella memganggukkan kepalanya, ia keluar dari taxi itu dan menyusuri jalanan mencari taxi lain. Matanya mengedar dan sesekali melirik jam tangannya, pukul 2 lewat tiga puluh.
"Aku mohon jangan dulu!" Fiorella tau jadwal pembukaan model itu hanya sampai jam tiga lebih lima belas menit, jika ia gagal. Pupus sudah harapannya.
Ia mengangguk, lalu menatap si supir taxi. "Apa Christian' Corp masih jauh?"
"Tidak, 1 kilometer lagi dari sini."
"Baiklah" Oke, jadi ia harus berlari begitu?
Fiorella menganggukkan kepalanya, ia menghela napas lalu mulai membuka sepatunya. Gadis itu berlari sekencang yang ia bisa menyusuri jalanan Seattle yang padat. Saat sampai di tempat tujuan, gadis itu mengelap sisa keringat yang menetes tepat di pelipisnya. Ia menghembuskan napasnya pelan. "Kau sudah sampai!"
Ia mulai membenahi tampilannya, ia pakai kembali heels yang tadi ia bawa. Saat ia akan memasuki gedung itu tiba-tiba sebuah mobil Lykan Hypersport melintasinya dan sialnya mobil itu lewat tepat di atas kubangan air dan tentu saja air kotor itu mengenai kakinya hingga kini heels dan betisnya sudah terkotori dengan air kubangan.
"DOUBLE s**t!!" Gadis itu berteriak histeris dengan menghentakkan kakinya gemas.
"BERHENTI KAU!!" Sedetik setelah teriakannya, mobil itu berhenti dan menampilkan seorang pria dengan balutan jas mahalnya yang berwarna hitam. Fiorella yang masih berada di ambang kemarahan langsung berlari dan menghampiri pelaku kerusuhan yang membuatnya tampak kacau.
"Dasar tak punya mata! Apa kau tak lihat aku tengah berjalan! Apa kau pikir ini jalanan milikmu sampai kau menjalankan mobilmu dengan kecepatan penuh?! Jawab aku jangan diam saja kau b******k!" Makian Fiorella sama sekali tak berpengaruh terhadap pria itu, justru ia tertawa seraya melepaskan kaca matanya.
"Jangan marah-marah gadis kecil" Fiorella menahan nafasnya kala ia dipanggil anak kecil, sungguh! Jika pria ini adalah kakaknya, sudah pasti Fiorella akan memukulnya. "Memangnya apa yang ku perbuat?"
"Lihat ini! Kau harus bertanggung jawab!"
"Tanggung jawab? Memangnya kau hamil anak ku?"
Fiorella membuka mulutnya terkejut dengan ucapan pria gila di depannya saat ini. "IH, KAU PIKIR AKU MAU MENGANDUNG ANAK PRIA SEPERTI DIRIMU!?!"
"Di luar sana banyak yang memberikan rahimnya cuma-cuma hanya untuk mengandung pewarisku."
"Dasar pria gila!" Fiorella mendekatkan tubuhnya dengan tubuh pria yang sialnya sangat tinggi itu. Bahkan tinggi Fiorella hanya sampai dagunya saja, bahkan tinggi pria ini lebih dari tinggi badan Leonardo, kakaknya.
Bugh!
Satu tinjuan melayang begitu saja tepat di rahang pria itu. Dan tanpa menunggu balasannya, Fiorella berlari memasuki gedung Christian's Corp. "Interesting," gumam Christian seraya mengusap bekas pukulan Fiorella.
Kembali pada gadis berumur 19 tahun yang kini tengah membersihkan tubuhnya di toilet. Astaga! Ia sangat marah saat ini, ia sudah sangat berjuang untuk sampai di tempat ini, dan justru ia harus terkena banyak sekali masalah!
"Argh! Aku kesal!" Adunya dengan menunjuk dirinya sendiri di cermin toilet.
"Tenang Fio, jangan marah. Lihatlah make up nya nanti tak berguna!"
"Oke, tenang." Fiorella menghembuskan nafasnya pelan. Ia pun keluar dari dalam toilet.
Ia duduk sekitar sepuluh menit menunggu saatnya untuk menemui CEO dari Christian's Corp. Jujur, gadis itu pun tak tau siapa pemilik management ini, sebab yang ia tahu pemiliknya hanyalah seorang pria yang lahir dan besar di Seattle. Dan bodohnya lagi, Fiorella tak berusaha untuk mencari tau pemilik gedung dengan 35 lantai ini.
"Fiorella Fransisca?"
"Aku!"
"Silahkan Boss sudah menunggu anda."
"Baiklah, terimakasih," balas Fiorella dengan senyum manisnya.
Ia memegang knop pintu dan memutarnya. Gadis itu merapihkan terlebih dahulu penampilannya tanpa melihat ke depan dan ternyata.
Brak!
Tubuh Fiorella sudah terjerembab di atas lantai, gadis itu mengaduh kesakitan dan meringis saat mengetahui bahwa atasannya telah basah dengan cairan, sial! Ini orange juice! Gadis itu berdiri dengan susah payah, ia langsung mengibaskan tangannya di tempat tumpahan jus jeruk itu. "Maafkan aku." Suara bariton berhasil menghentikan gerakan tangan Fiorella.
Ia menaikkan penglihatannya dan tebak siapa yang menabraknya? Ya! Itu adalah pria yang sama saat di depan gedung tadi!!!
"KAU!! KENAPA KAU SELALU MENGACAUKAN HARI KU?! AKU HARUS BERTEMU DENGAN CEO DISINI! LALU SEKARANG AKU HARUS BAGAIMANA?! HIKS" Baiklah, gadis itu menangis. Ia memang cengeng, dan ia sudah merasa lelah, mulai dari taxi yang kehabisan bahan bakar hingga membuatnya harus berlari sejauh satu kilometer, lalu terciprat air kubangan dan sekarang bajunya kotor! Aish! Apa lagi yang tidak menyedihkan dari hari ini?!
"Aku minta maaf, hai jangan menangis."
"Aku lelah kau tau hiks. Aku berlari kemudian kau mencipratkan air kubangan padaku! Sekarang kau menumpahkan minumanmu padaku hiks, Mommy." Gadis itu benar-benar menangis hingga membuat hidungnya memerah seketika.
Seorang pria datang dengan cepat dari arah belakang. "Tuan anda baik?"
"Aku baik Liam."
"Tapi Tuan, anda tadi di bentak?"
"Liam, aku baik."
"Maafkan aku tuan Christian."
Deg! Ucapan pria dengan aksen orang Asia itu berhasil membuat Fiorella menghentikan tangisannya begitu saja. Ia tatap pria biang masalahnya dengan tatapan penuh permohonan.
"Kau pemilik Christian's Corp?" tanya Fiorella dengan jantung yang gila-gilaan di dalam sana.
"Ya, dia Christian Xander. CEO Christian's Corp," jelas pria yang dipanggil Liam.
Baiklah, baiklah. Rasanya Fiorella ingin terjun saja ke dalam palung mariana. "Selamatkan aku Tuhan!"
♣♣♣