09. GAK PERLU ALASAN

1170 Kata
Prisil tersenyum miring. Tanpa sadar, Albrian memang berniat hanya mempermainkannya saja! Membanggakan diri bahwa ia berhasil memacari seorang ketua OSIS dingin! Sampai kapan kah hubungan mereka bertahan? Prisil takkan membuat komitmen apa pun selama ia masih menjadi seorang pelajar dan seseorang yang patut diteladani di mana pun ia berada. Jadi, ia akan menolak Albrian lagi. Apa salahnya? Toh, Albrian bukan anggota keluarga apalagi sodara kandungnya! Alasan logisnya lagi, bukankah pacaran itu dilarang dalam agama Islam? Karena mendekati zina! Jika mengikuti keinginan Albrian soal hanya status saja. Dipastikan orang-orang akan memfitnah, menggunjingkan keduanya yang nyatanya tak memiliki hubungan apa pun! "Mustahil banget lo gak tau, kalo pacaran itu mendekati zina. Terus, tadi yang lo minta sebagai status doang? Apa manfaatnya? Atau ... biar lo terkenal karena pacaran sama KETOS?" Albrian bingung harus menjawab apa dan Prisil melanjutkan, "Tanpa lo sadari, sama aja manfaatin gua! Mainin perasaan gua!" Prisil siap beranjak pergi, tetapi langkah kakinya terhenti kala tangan Albrian mencekal pergelangan tangannya. "Bukan gitu, Pril. Gua, cuma mau semua orang tau kalo lo milik gua!" tegas Albrian. Prisil berbalik. "Lo siapa? Gua gak pernah minta pengakuan gila yang lo harepin!" "Gua gak peduli!" "Lepas," geram Prisil, merasakan cekalan di tangannya semakin mengeras. "Atau gua teriak!" Ancamnya dan Albrian melepaskan cekalannya, sebelum Prisil pergi ia berkata, "Apa yang lo minta, gak ada dalam kamus kehidupan gua!" Langkah Prisil lebar pergi keluar, entah ke mana tujuannya dan Albrian kembali terduduk mengerang kesal. Lalu ia tersadar, sore sudah berubah menjelang malam, kumandang azan magrib tak lama akan terdengar. Ia segera menuju parkiran, kali ini tidak menemukan mobil Prisil yang terparkir. Ke mana cewek itu pergi? Padahal langit sudah gelap! Semua salah Albrian, terlalu memaksa padahal ia baru mengenal Prisil belum genap sebulan! Siapa juga yang ingin menjalin hubungan dengan orang yang sama sekali belum dikenal? Jadi, Albrian harus memulai pendekatan! Di bulan Ramadan yang tersisa tinggal hitungan jari! Apa yang akan Albrian lakukan? Membangunkan Prisil di setiap jam makan sahur? Atau mengajak buka bersama? "Gua yakin, di waktu yang tepat dia bakal jadi milik gua," gumam Albrian meyakinkan dirinya, lalu segera pergi menuju rumahnya. *** "Ngapain lu cari dia? Mau booking? Hahah!" Afrizal membanting botol plastik minuman kosong miliknya. "Gila! Berapa emang kalo gua booking?" tanyanya. "Normal, banyak yang bilang, sih, dia pengguna jadi bebas asal dia dibayar!" Sebuah info yang akan Afrizal berikan kepada Albrian tentang Rania, kakak Prisil yang sangat jauh berbeda. Dari penampilan, apalagi sifatnya sangat jauh berbeda. Rania yang humoris enak diajak bercanda, tetapi banyak pengkhianatan di balik wajah cantiknya, dibanding Prisil banyak diam tetapi otak tak lelah berpikir haus akan ilmu yang belum ia pelajari. "Kalo soal Prisil? Tau kagak?" Empat lelaki yang ditemui Afrizal di warung kopi itu saling melempar tanya, salah satunya bernama Irfan menjawab, "Cewek baru? Gak pernah denger, tuh!" Berarti Prisil tidak ada hubungannya dengan kenakalan kakaknya sendiri, Afrizal sudah cukup mencari tahu tentang Rania ia segera bersiap menuju rumah Albrian yang dipastikan sudah sunyi. Mengingat kebiasaan Alfaruk ayah temannya itu yang tidak suka kebisiangan, kecuali ramai suara mengaji. Seperti biasa kebiasaan Afrizal datang akan disambut Aisyah dengan senang, mempersilakan masuk menemui Albrian di dalam kamarnya. Tidak seperti kamarnya sendiri yang berantakan, penuh sampah bungkus rokok dan beberapa baju kotor. Mengingat Afrizal hidup sendiri, serba dikerjakan sendiri dan takkan ada omelan orang rumah seperti di rumah Albrian. "Ibu kamu belum pulang, Zal?" Afrizal menghempas bokongnya ke kursi. "Boro-boro, Mi! Nanya kabar anaknya aja enggak!" Albrian keluar dari kamar, duduk di samping temannya yang terbalut sweter hitam dan celana jins selutut. "Tapi duit tetep cair, kan?" tanya Albrian seraya membuka tutup toples berisi kue kering. Afrizal tersenyum miring. "Kalo itu wajib! Bayangin, ya, udah gak ada yang nanya kabar gak dikasih duit buat hidup, gua mau jadi apa? Gelandangan?" "Hust! Ngomong, tuh, dijaga," sela Aisyah, lalu menyodorkan dua gelas teh manis. "Umi ke kamar dulu, ya, kalian ngomongnya jangan keras-keras nanti--" "Nanti abinya Albrian marah," potong Afrizal yang sudah hafal pesan Aisyah sebelum meninggalkannya berdua dengan Albrian. Tanpa menunggu lama, Afrizal segera mengajak Albrian ke teras depan. Ia juga sudah membawa sebungkus rokok untuk dinikmati, Albrian hanya bisa pasrah dengan tingkah kebiasaan temannya itu. Masih tidak kapok juga, padahal dulu Alfaruk pernah memarahi Afrizal dan langsung memberikan khotbah habis-habisan. "Kalian ini masih belajar! Masih anak sekolah! Apa maksudnya ngerokok sok jagoan, ha?" Waktu itu Albrian langsung menyela, "Tau, tuh, Bi! Zal, jangan ngerokok di rumah gua!" "Jangan bilang, kamu juga ngerokok gak jelas, Albrian!" Sebelum kejadian minggu lalu terulang, Albrian segera mengajak Afrizal menuju sebuah warung yang terhalang dua rumah agar menjaga tidak terjadi adu mulut! "Masih aja lu takut ama bokap!" sindir Afrizal, sambil menyesap dalam rokoknya. "Cuma ngehindari baku hantam aja, lagi gak mood gua!" balasnya malas. Afrizal menoleh. "Soal cewek kulkas itu, ya?" Albrian menatap Afrizal kesal. "Dia punya nama, Zal! Lagian gak dingin kayak yang lu pikirin!" Tangan kiri Afrizal menepuk bahu Albrian. "Dia juga suka open BO!" Sontak langkah Albrian terhenti, beraninya Afrizal memfitnah Prisil! "Lu jangan ngaco! Gila, diajak pacaran aja kagak mau apalagi ngelonte!" Afrizal terbahak. "Hahah! Ngomongin siapa, sih, lu?" Albrian bingung. "Ngomongin Prisil, kan?" tebaknya. Warung kelontongan yang selalu ramai oleh para pemuda kampung sudah di depan mata, sebelum Afrizal meluruskan salah pahamnya Albrian ia segera memesan dua kopi hitam. Tidak lupa memberikan sebatang rokok untuk temannya itu yang mulai kesal karena Afrizal malah diam tidak menjawab pertanyaannya. Setelah kopi hitam sudah tersedia dan pastinya tanpa sianida, Afrizal baru berkata, "Rania yang open BO." Albrian memberikan tatapan terkejut, lalu membalas, "Apa urusannya sama gua?" "Lah, dia kakaknya Prisil! Bisa juga kan mereka dari keluarga yang ... lo tau dong! Tanpa gua jelasin." Keluarga yang tidak baik-baik? Albrian tidak peduli. Karena ia mencintai Prisil sama sekali tidak mempedulikan tentang keluarga apalagi masa lalunya! "Gua gak peduli, dia kan Rania bukan Prisil!" balas Albrian lalu meneguk kopinya. "Jadi, lu tetep mau ngejar Si Prisil?" Albrian mengangguk. "Apa pun rintangannya!" "Biar apa emang? Kayaknya gak asik banget orangnya! Mukanya kek es--" "Gua gak punya alasan kenapa gua suka sama dia, Zal," potong Albrian dan Afrizal tidak bisa menghalangi niat yang mungkin percuma nantinya! Afrizal yakin masa lalu Prisil tersembunyi jauh di sana dan cewek itu menutupinya dengan kepintaran, Afrizal juga curiga akan keterdiaman Kevin yang memancing tanya. Mungkinkah keduanya ada hubungan? Karena Afrizal tak mau sahabat kecilnya itu berjuang mati-matian, lalu mendapat penyesalan setelah mengetahui kenyataan pahit tentang Prisil. Dari dulu kisah percintaan Albrian sangat mendrama. Dari tidak diberi izin oleh abinya sampai beberapa cewek memilih menjauh, merasa sangat tidak cocok karena Albrian terlalu serius dalam berhubungan. Terakhir kalinya Afrizal mengetahui Albrian berpacaran adalah awal kelas sepuluh, lalu mendapat gelar jomlo sampai bertemu dengan Prisil si cewek penuh misterius dan berwajah datar. "Nanti, kalo lu nyesel ngejar dia gua akan tetap ada buat lo, Al, tenang!" Afrizal membayar dua gelas kopi, lalu melambaikan tangannya pamit pergi. "Gua cuma ngasih info kakaknya, doang!" teriaknya, meninggalkan Albrian untuk mengambil motornya. Albrian mengembuskan napasnya panjang. "Keliatan banget dia gak setuju gua ngejar Prisil, apa salahnya, sih? Apa jangan-jangan Si Afrizal suka juga?" tebak Albrian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN