03 : Cantika

1064 Kata
Cantik seperti namanya, Cantika Rahmaniyyah. Dia memarahiku terus-terusan, karena Aku yang menangis sampai ingusan. Dia membuka jubah hitam glamour-nya itu, dan mengecap ingusku supaya hilang. Jari lentiknya memijit-mijit pipi "U-udah yah Oliv, ini Caca Ada nah" bibirnya Cantika melipat lebih dalam, tangisnya terekam sampai waktu menyambut malam. "Hm, makasi yah kalian, mungkin kita lanjutin tugasnya dirumah masing-masing aja," Aku mengusap tangis dengan lengan lemah ini. Turun ke bawah tak lagi melemah, mereka bersiap-siap untuk berpisah. Semuanya sudah pulang, lagi-lagi Irina tertinggal di dalam. "M-muah, sayang Oliv" Irina mencium pipiku, pun selanjutnya pulang sambil tangisannya jatuh lebih deras dari siksaku. *** Lifestyle Cantika Membesuk wanita penyuka peluk. Iya, Dia adalah Cantika Rahmaniyyah. Anak pertama dan satu-satunya di dalam keluarganya. Kalau biasanya perempuan memakai pernak-pernak perhiasan, dan alat kecantikan, dirinya natural. Bibir yang bersih tidak tipis tidak juga tebal, hidung yang mancung, dan postur tubuh yang ideal bagi kebanyakan wanita. Dia hanya akan memakai pensil alis dan blash on ketika menghadiri acara pernikahan keluarganya. Terkadang juga Cantika workout di ruang kamarnya yang luas. Mamanya memanjakan Cantika, namun Dia tetap dengan prinsipnya, "Aku harus mandiri dan kuat kek Oliv" Celetuknya bersuara tanpa tempo nada "Caca turun sayang, Mama udah masakin sup sayur bayam kesukaan kamu nih" Sahut mamanya yang buru-buru pergi ke tempat kerjanya. "Iya Mama ini Caca turun kok" Seraya menjawab, Cantika memasang hijab dan memakai rok halusnya dirumah. "Caca, biar kamu ga bosen ajak yah temen kamu kesini" Mamanya terlihat prihatin "Hahaha. Mama, gapapa kali Caca udah ada jadwal di grup kumpulan. Iya Mama, maaciw" "Iya Sayang. Mama pergi dulu" kecupan hangat di kening Cantika Ada yang unik dari Cantika, kalau orang biasanya memakai celana panjang saat dirumah, Cantika tidak. Wanita ini lebih suka memakai roknya, dengan dalih memang dirasa nyaman dan terjaga. Namun saat keluar rumah dia memakai Celana panjang. Cantika pun turun ke ruang tengah, sup bayam sudah tersedia dua mangkok. Ditambah dengan teh hangat kesukaannya, Cantika tersenyum saat meminum kuah buatan Mamanya. "Mamahh enak banget ini!" berbicara pada makanan tanpa ada balasan, itulah hobinya. (Cantika saat sedang dirumah) Memutar musik, berjudul "Bertaut" sastrawan muda nan berbakat, Nadin Amizah. Lagunya itu, membuat Cantika lebih menghargai sikap dan ucapan Ibunya. Soalnya, bagi nya Ibu adalah segala-galanya. Cantika pernah disibukkan oleh tiga keadaan yang berbeda. Berangkat sekolah, ada janji temu setelah pulang sekolah, dan Ibunya yang suka mendadak sakit vertigo. Juga pria muda sastrawan pandai bercanda namun pula berteman dengan alam terbuka, Fiersa Besari. Kerap disapa Bung, buat Cantika melambung dan kembung, Karena lagunya "Garis Waktu" yang menggugah hatinya. Tentang belajar melepaskan sesuatu yang bukan milik kita. "Cantika ngapain yah, hmph" Kebingungan dan kelemahan terus saja menghampiri Cantika, sampai hampir dia memilih rebah di kasur mewahnya. Memindah semua susunan buku bacaan yang sudah rapi, Menarik kursi putar ke arah dekat jendela. Khas Cantika, kakinya menyilang dan tentu kaki yang kiri di atas menimpali kaki kanannya. "Oliv ngapain yah? Chat gak ya, em gausalah Dia pasti sibuk" KRING..KRINGG.. bunyi dering Iphonenya "H-halo ini dengan Dek Caca ya?" Ujar wanita tua itu "Iya. Maaf ini dengan siapa dan darimana Bu" lembut menurut Cantika jawab dengan merengut "Saya mamanya Oliv. Nak, Kamu ga ada kabar kah? Oliv kemana? Soalnya ga ada dirumah ini Dia Nak, tolong yah Dek Caca" Mama Oliv berharap kepada Cantika. *** Takut yang tersulut, hapenya terjatuh tanpa Ia perdulikan. Bergegas lari keluar rumah, tanpa mengganti pakaian modisnya. Pertama kali memakai rok keluar rumah, walau serasa tidak nyaman tetapi, lebih besar kekhawatirannya pada Olivia Resma, sahabat barunya. Cantika adalah spesies langka yang perlu dijaga agar tidak punah. Bagaimana tidak? Begitu banyak teman sepergaulan yang setara baik secara fisik dan finansial, tetapi dia lebih memilih dekat dengan Olivia yang terkenal lusuh dan dekil. Sampai berada di ujung jalan tepat di batasan tembok, Cantika menambrak Cewek Kusam itu. (Olivia dan pakaiannnya) "Maaf! Permi..si Lah Oliv?" Tak menunggu sahutan Oliv, Cantika melakukan hobinya, memeluk sahabat wanita yang di cintainya. " Lu, apaan Ah!" Cantika yang merengek seperti nenek-nenek. "Heheh, Gua emang mau kerumah Lu" Olivia yang menyeringai, terlihat lebih segar, "Yodah. gendong Gue, Cepet!" Paksaan Cantika dengan wajah manja manisnya "Gimana kalau pegangan tangan aja?" Ucap Olivia "Baiklah" Tutup Cantika, cantik dan dewasa. Wanita muda yang berfikiran terbuka, tanpa ada kebencian yang menganga. **** Cantika bercerita lebih banyak, sementara Olivia yang menutup hidungnya. "Apaan ih Oliv, Gausa gitu napa!" "Bukan bau badan Lu, itu kaki Lu liat dulu" Oliv mengacungkan jarinya ke arah bawah. Hah?! Keheranan menyapa fikir Cantika. "Ih jijik. Gua pulang aja! Dadah, Cantika thayang" Olivia hanya bersembunyi di tembok sebelah jalan itu. Berdiam seperti tiang listrik yang telah padam. Sebentar lagi akan konslet, sama juga dengan Cantika yang lelet. Hampir tangisan membanjiri lehernya, Olivia mendekapnya lebih lama. "Gak kok thayang. Oliv ini! Oliv ada muah" Oliv memanjakannya sedari tadi. "Cup-cup. Ayo thayang ke warung andalan Gua" Olivia meremas bahu lusuh Cantika. "Warung mana ih syg" Ucap malu seorang Cantika yang merayu. "Iya panggil aja Gua 'sayang'. Lebih enak, Gue denger tau" rayu manja Olivia Resma "Udah ikut aja" Sahutan ribut Sang Olivia. *** "O-oliv Gua gak bawa apa-apa!" Cantika yang kesurupan. "Udah, aman semuanya. Kan Lu udah bantu Gua ngusir kelemahan Gua" Olivia memijit jari telunjuk Cantika. "Dih, jangan nangis Lu ah, ga asik" Putus Olivia yang seiras pula deras lirihnya "Gua p-pikir Lu bosen ama Gua. Sa-ayang" ringikan terik jatuh di mata Cantika Pelayan dari Warung Laksa Tangerang, Banten itupun menghampiri mereka berdua. "Permisi, maaf yah Ade-ade mau pesan apa?" "Terserah om aja" ucap Oliv yang masih memeluk Cantika yang mengaku menderita. "Oke. Maaf? kalian kembar yah?" Pangkas Pelayan ini. Selaksa tangis yang sudah ditepis, tertawa ketiga manusia itu mengundang ketenangan yang luar biasa. "Ahahha. Ditunggu yah. Selamat berbahagia Adik-Adik" tinggal Pelayan sopan nan menawan itu. BRAKKK... Pelayan tadi jatuh dari posisi elegannya. Dia menabrak meja makan seorang kritikus makanan restoran. Sang kritikus mulai mengeluarkan bolpoin dan catatan kecilnya, orang ini sangat berpengaruh didalam dunia kuliner, bila rating dari beliau turun, maka restoran akan sepi. Melihat hal itu tentu Cantika Rahmaniyyah tidak berdiam diri. Cantika memanggil pelayan yang barusan dimarah-marahi, untuk menyalakan sound system agar dirinya bisa bernyanyi. Menyumbang satu lagu, dan memuji pelayanan restoran ini adalah cara cerdasnya menjaga martabat pekerja. Sang kritikus bergegas menanyakan bill pembayaran. Cantika dan Olivia tertawa begitu lepas, dan kritikus itu pergi dengan wajah menunduk ke bawah. Karena percuma dia membuat laporan rating buruk, kalau pelanggan yang lain merasa terhibur dan puas dengan situasi didalam restoran. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN