Kebencian Mendalam

1892 Kata

“Nanti pantainya tercemar gak, Pak?” Pertanyaan yang dilontarkan sang istri berhasil membuat Agra pusing di pagi hari. “Kenapa udah bangun?” Malah bertanya balik. “Semalem kalau benih bapak kemana-mana, terus masuk cewek lain yang lagi berenang, itu bikin kemungkinan hamil gak?” “Ya enggak, Na. Keburu mati.” “Berarti benih bapak loyo dong?” “Astaga!” Agra malah menarik Inara untuk tidur lagi. “Masih pagi ayok tidur.” “Enggak ah, udah siang. Aku udah pesen makanan. Bapak bangun.” Penolakan itu membuat Agra membalikan badan. “Nanti aja.” Semalam, Agra menggendong Inara selama hampir satu jam, itu cukup membuat tangannya kram juga. Memaklumi sang suami yang semalam membawa beban, Inara pun bangkit sendiri. Melangkah perlahan sambil menahan sakit di pangkal paha. Pelayan datang dengan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN