Jepang dan Madunya

1770 Kata

Inara membuka mata perlahan, meminimalisir gerakan supaya Agra tidak tiba-tiba memasukan miliknya lagi. “Hnghh…,” desahnya refleks begitu sadar dibagian bawah masih bertaut. Apa Agra gila? “Kenapa bangun?” Telat, Agra sudah membuka matanya. “Lapar….,” cicitnya berharap Agra tidak menekan bagian bawah. Inara diberikan kecupan di puncak kepala sebelum tautan tubuh dilepaskan. Terasa kekosongan saat cairan panas meleleh keluar. Ini gila, pipi Inara memerah seketika teringat adegan di siang bolong. Tangannya menahan selimut saat berusaha duduk. “Bapak mau kemana?” “Bikin makanan,” ucapnya mengundang rasa penasaran. Namun kakinya lemas, bergetar begitu baru berdiri. “Shhhh… sakit banget.” Dipaksa duduk diam melihat kekacauan dalam kamar yang basah oleh berbagai cairan percintaan. “Ke

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN