C H A P T E R 9
Setelah berkeliling seharian, akhirnya Mia hanya mendaftar untuk ikut komunitas pecinta buku dan komunitas Alien Beliver. Sebenarnya komunitas yang terakhir terdengar sedikit aneh, mengingat bahwa Mia termasuk keturunan alien.
"Aku mau keluar untuk nonton malam ini, ada film bagus yany sedang tayang. Kau mau ikut Mia?" tanya Hannah sebelum masuk ke dalam asrama.
"Aku sudah janji akan datang ke pertemuan komunitas malam ini," jawab Mia. Dia memang sangat ingin pergi bersama Hannah. Tapi hari ini komunitasnya akan mengadakan acara penjamuan bagi mahasiswa baru yang masuk.
"Baiklah, kita bisa pergi keluar kapan-kapan. Oiya, jangan lupa untuk telepon ayahmu." Hannah mengingatkan.
Mia tersenyum sambil mengangguk. Kemudian mereka sampai di lantai kamar Mia. Gadis-gadis berlarian melewati Mia dan Hannah. Seperti tidak mau kelewatan menyaksikan sesuatu.
"Mia, apa itu kamar mu?" tanya Hannah.
"Oh, tidak!"
Mia tahu bahwa hal ini pasti terjadi. Bahwa Sawyer akan mengundang gadis-gadis untuk tidur bersamanya dan sekarang justru terlihat lebih parah. Kamarnya menjadi tontonan semua gadis. Mia berlari menuju kamarnya dan menerobos kerumunan gadis-gadis yang menutupi pintu masuk kamarnya.
"Hey, jangan dorong-dorong! Kalau kau ingin berada di paling depan, seharusnya datang lebih cepat," kata seorang gadis yang melihat Mia menerobos.
Mia hanya memutar bola matanya sambil terus menerobos kerumunan. Gadis-gadis itu seakan tidak mau mengalah dengan Mia dan mereka juga ikut mendorong Mia agar tidak berada di paling depan.
Tapi usaha Mia tidak sia-sia. Dia akhirnya berhasil menerobos hingga paling depan dan melihat Sawyer yang sedang tertidur. Gadis-gadis itu ternyata hanya sedang memandangi Sawyer yang tertidur dengan bertelanjang d**a.
"Maaf ya, pertunjukannya sudah selesai. Kalian bisa kembali ke kamar masing-masing." Mia memegangi kenop pintunya sambil berusaha menutupnya. Sayangnya, gadis-gadis itu tidak membiarkan Mia menutup pintu dengan menahan pintunya agar terbuka.
"Kau ini siapa? Beraninya menutup kamar Sawyer seenaknya!" teriak seorang gadis.
"Cepat menyingkir dari pintu!" teriak yang lainnya.
"Ini kamarku juga kalau kalian mau tahu!" Saat Mia mengatakan hal itu, semua gadis itu tertegun dan diam seketika. Mia memanfaatkan situasi itu dengan menutup pintunya dan kemudian menguncinya.
"Terima kasih," kata Sawyer kemudian.
"Jadi kau tidak tidur?" tanya Mia saat melihat Sawyer membuka matanya.
Sawyer bangkit dari tempat tidur dan berada dalam posisi duduk. "Aku tadi ketiduran dan sengaja tidak mengunci pintunya agar kau mudah untuk masuk. Aku tidak mengira mereka akan dengan sengaja membuka kamar kita."
Mia hanya bisa memandangi Sawyer saat mengatakan kamar kita. Seolah-olah mereka adalah pasangan yang sudah berkomitmen untuk menikah.
"Lagipula aku juga tidak tahu mereka bisa mengetahui kamarku," kata Sawyer lagi.
"Gosip tersebar dengan sangat cepat bagaikan angin," ujar Mia.
Mia kemudian menatap jam tangannya. Harus berapa lama dia menunggu agar gerombolan gadis-gadis itu pergi? Dia harus pergi ke acara pembukaan komunitasnya jam tujuh malam ini.
"Ada apa?" tanya Sawyer saat melihat Mia terlihat khawatir.
"Aku harus pergi satu jam lagi dan aku belum mandi. Sedangkan gadis-gadis di depan masih mengerumuni pintunya," keluh Mia.
Sawyer kemudian bangkit dari tempat tidurnya. "Kalau begitu biar aku yang mengalihkan perhatian mereka," ujarnya.
"Itu bukan mengalihkan, memang tujuan mereka adalah dirimu." Mia tersenyum kecil.
Sawyer ikut tersenyum mendengar Mia mengatakan hal itu. "Baiklah, sampai jumpa saat tidur nanti." Sawyer baru saja akan membuka pintu kamarnya saat Mia memanggilnya.
"Sawyer," panggil Mia. Sawyer menoleh. "Kau harus mengenakan kausmu dulu," katanya sambil melihat d**a Sawyer yang bebas.
Sawyer baru menyadarinya dan melihat ke tubuhnya. "Ah, kau benar." Pria itu kemudian mengambil kaus miliknya di dalam lemari pakaian dan mengenakannya. "Sampai jumpa." Dan dia menghilang ditelan gadis-gadis.
Teriakan gadis-gadis itu membuat Mia sakit kepala. Tapi Mia menghiraukan sakitnya itu dan segera bergegas untuk menghadiri acara komunitasnya. Untungnya kali ini Sawyer sedang sibuk dengan gadis-gadis itu. Jadi setidaknya dia pasti akan kembali malam. Dan Mia bisa berpakaian di dalam kamarnya.
Setelah melakukan ritual mandinya yang membutuhkan waktu hampir tiga puluh menit, Mia segera perpakaian. Karena ini bukan acara resmi jadi Mia bisa mengenakan baju santai dan jeans miliknya.
Saat Mia baru saja selesai berpakaian, suasana ruangan berubah seketika. Mia masih berada di dalam kamar, namun kamar yang berbeda. Ada sebuah lemari besar di pojok ruangan dan tempat tidur yang juga seseorang sedang tertidur di atasnya. Mia yakin dia sekarang berada di dalam Deja vu. Yang menjadi pertanyaannya adalah, Deja vu milik siapa?
Mia berjalan perlahan ke arah pria yang sedang berbaring di atas tempat tidur itu, berusaha untuk melihat wajahnya. Dan saat Mia dapat melihatnya dengan jelas, gadis itu mengeluarkan air mata. Sam sedang tertidur di sana. Namun ekspresi wajahnya terlihat kesakitan dan tersiksa.
Gadis itu semakin mendekati Sam dan berdiri di samping tempat tidurnya. Wajah yang selama ini dia rindukan. Wajah yang selama ini dia nantikan untuk bertemu. Wajah yang membuatnya menangis saat memikirkannya. Tapi mengapa Sam membawanya ke dalam Deja vu?
Sam kemudian meringkih. Pria itu terlihat sedang bermimpi buruk. Mia tidak berani menyentuhnya, karena takut akan membangunkan Sam dan membuatnya keluar dari Deja vu. Tapi saat ini Sam butuh seseorang untuk menenangkannya. Butuh seseorang untuk mengeluarkannya dari mimpi buruk.
Akhirnya, Mia duduk di samping Sam sambil mengelus kepala pria itu. Mia menenangkan Sam seolah pria itu adalah anak kecil. Dan itu berhasil membuat Sam tenang dan kembali ke tidurnya yang nyeyak.
Air mata keluar sedikit demi sedikit dari mata Mia. Dia sangat ingin memeluk Sam saat ini untuk menghilangkan kerinduannya. Tapi Mia tidak boleh membangunkan Sam. Karena itu, Mia hanya bisa memandanginya lagi. Setidaknya bertemu dalam Deja vu membuat Mia merasa tenang dan tahu bahwa Sam baik-baik saja.
Sam memang baik-baik saja tanpa dirinya. Tapi Mia tidak baik-baik saja tanpa Sam. Semua itu menyiksanya, terutama saat mengingat bahwa Sam tidak bisa mengingatnya. Akankah kenangan tentang dirinya akan kembali Sam ingat? Atau Mia harus membuat kenangan baru tentang dirinya pada Sam. Tapi akankah semua itu bisa menjadi sama? Akankah Sam bisa mencintainya lagi walaupun semua kenangan itu hilang?
Pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa Mia jawab sendiri dan tidak akan pernah Mia tahu. Semua itu bagaikan ilusi di gurun pasir yang hanya akan membuatnya kebingungan.
Dan sekarang, Mia kembali pada kamar asramanya. Membuatnya mengingat bahwa dia bukanlah siapa-siapa lagi bagi Sam. Gadis itu masih berdiri pada posisi di mana tadi dia memandangi Sam. Kemudian pintu terbuka dan Sawyer melihat Mia yang sedang memandangi tempat tidurnya.
Air mata masih tersisa membasahi pipi Mia. Dan Sawyer terlihat kebingungan saat melihat Mia yang menangis sambil memandangi tempat tidurnya.
"Mia? Kau menangis?" tanya Sawyer kebingungan.
Mia hanya diam dan kemudian menghapus air matanya. "Aku baik-baik saja, aku hanya sedang mengingat ayahku," jawab Mia dengan suara yang berdengung. Dia juga lupa untuk menelepon ayahnya karena kejadian tadi.
Gadis itu kemudian berjalan ke arah pintu dan keluar dari kamar tanpa memandang ke arah Sawyer sedikitpun.
"Wanita memang sulit untuk dipahami," gumam Sawyer dan kemudian melepas kausnya lagi sambil berbaring di tempat tidur.