"Kamu tidak mengundang tunanganmu ke sana?" Goda Bastian. Wajah Risya memerah lagi. "Aku malu, itu sedikit tidak layak." Jawab Risya jujur. Bastian menghela napas dengan berat dan menariknya keluar dari kedai kopi. "Dimana?" Tanyanya lagi. Tangan kanannya sudah menggenggam tangan Risya. Sementara Risya merasakan telapak tangan yang kasar menggelitik tangannya, itu seperti aliran listrik menyebar dari genggaman itu langsung menuju ke kaki, sehingga kakinya hampir menjadi jeli. "Apa kamu keberatan mengajakku?" Ulang Bastian lagi. Risya segera menggeleng. Ia menunjuk Apartement diseberang jalan. "Disana." "Apakah kakimu masih sakit?" Tanya Bastian lagi. "Tidak. Ayo jalan." Jawabnya secepat kilat sembari menarik Bastian kesebrang jalan. Senyum Bastian melengkung sedikit. Tampaknya g