6. Benci dan Rindu

808 Kata
Menjelang subuh Rhein terbangun dari tidurnya. Dia terkejut saat mendapati dirinya berada di kamar super mewah dan seorang pria tampan yang berada di sebelahnya. Rhein hampir saja berteriak kalau saja tidak ingat kemarin dia telah menikah pria tampan berkumis dan berjenggot tipis yang sedang melingkari pinggangnya dengan lengan kokohnya. Ditatapnya Keenan yang terlelap, wajah itu tampak sangat lelah. Keenan memang lebih tampan dari Surya dan pria itu juga sangat asing baginya tapi pria itu adalah suaminya. Mengingat Surya Rhein merasa benci dan rindu pada saat yang bersamaan. Dia membenci Surya karena pria itu telah membohonginya bahkan membiarkannya menunggu berjam-jam di pernikahan mereka bahkan mengirimkan seseorang untuk menggantikannya saat akad karena dia ditahan istrinya. Tapi Rhein juga tidak dapat tidak dapat memungkiri kalau di sudut hatinya masih tersisa sedikit rindu pada pria yang selama ini mengisi hatinya. Rhein menghela nafas panjang. Sedang apa dia sekarang? Rhein segera membuang pikirannya tentang Surya jauh-jauh dia menduga Surya pasti sedang bersama dengan istrinya. Lagipula dia telah menjadi istri Keenan meski hanya enam bulan karena setelah itu dia akan bercerai dari pria itu. Membayangkan dia akan menjadi janda setengah tahun yang akan datang membuatnya sedih. Dia tak pernah membayangkan akan menjadi janda di usia semuda ini. Tanpa sadar Rhein menghela nafas panjang. " Tidurlah, masih malam," suara Keenan mengejutkannya. Pria itu memeluknya makin erat dan membenamkan kepala Rhein ke dadanya, Rhein merasa dadanya berdebar kencang, wangi vanila bercampur kayu manis masih tercium dari tubuh Keenan walau tak sekuat tadi siang. "Kapan pulang?" Rhein mendongak. Dia merasa sangat gugup karena ini pertama kalinya dia berada begitu dekat dengan seorang pria. Selama ini, saat bersama Surya dia selalu membatasi dirinya dan Surya juga tak pernah memaksanya karena itu Rhein sangat yakin pada Surya. "Sekitar jam setengah tiga tadi," jawab Keenan lembut sembari manatap Rhein dengan hangat. Rhein segera menunduk,dia tak mau terperangkap dalam pesona Keenan yang begitu kuat. Rhein menatap jam ditangannya dan sekarang jam tiga lebih sepuluh menit, itu berarti dia baru saja tidur dan dia telah menganggu istirahat Keenan. "Maaf sudah mengganggu tidurmu," "Aku terbiasa bangun jam segini," balas Keenan sambil mengelus rambut Rhein membuat Rhein membeku. Rhein mengeluh dalam hati, kalau seperti ini dia bisa-bisa jatuh cinta beneran pada Keenan. Meski baru mengenalnya Keenan memperlakukannya seakan mereka sudah lama menjalin hubungan, dia memperlakukan Rhein dengan manis. Rhein yakin wanita manapun akan tersentuh dengan perlakuan Keenan itu. Sebagai seorang yang berasal dari kalangan atas, Rhein yakin Keenan pasti dikelilingi banyak wanita cantik dan dia pasti terbiasa bersikap seperti itu pada mereka. Rhein terkejut saat merasakan sebuah sentuhan di puncak kepalanya, Keenan menciumnya? Tanpa sadar Rhein mendongak dan melihat Keenan yang sedang tersenyum menatapnya. Pria itu segera menunuduk dan menghujani Rhein dengan ciuman di di dahinya lalu menjelajahi wajahnya dan berakhir di bibirnya. Rhein terkejut. Dia memang pernah berciuman bibir dengan Surya dua kali selama mereka menjalin hubungan tapi hanya sekedar menempelkan bibirnya pada bibir Surya karena dia selalu menarik diri ketika Surya hendak melakukan lebih. Kini Rhein dapat merasakan tubuhnya menggigil bukan karena ac di kamarnya yang dingin tapi ciuman Keenan yang begitu intens dan memabukkan. Tanpa sadar dia membalas ciuman Keenan walau dia sangat tidak ahli membuat Keenan tersenyum. Rhein merasakan dadanya berdebar makin cepat saat nafas Keenan menyapu wajahnya, sebuah ketakutan tiba-tiba memenuhi hatinya. Haruskah dia menyerahkan kesuciannya pada seorang pria asing? Tapi pria asing itu adalah suaminya! Tubuh Rhein membeku saat Keenan hendak membuka baju yang Rhein kenakan. Keenan menghentikan gerakannya saat merasakan gerakan tubuh Rhein yang terhenti. Rhein merasa lega tapi dia merasa ada sesuatu di dalam dirinya yang tak menginginkan Keenan menghentikan kegiatannya tapi rasa malunya membuatnya tak berkutik karena tak ingin terlihat murahan di mata Keenan. "Aku akan menunggumu sampai kamu siap," Keenan tersenyum, mencium kening Rhein lalu segera bangkit dari tidurnya dan menuju ke kamar mandi. Rhein menatap kepergian Keenan dengan perasaan yang bercampur aduk hingga Keenan menghilang dari tatapannya. Dia kembali mengutuk dirinya. Apa yang tadi dilakukannya? Oh, dia bahkan berani membalas ciuman Keenan dan berharap lebih? Rhein menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya dan berharap dia menghilang dari tempat ini karena dia merasa sangat malu pada Keenan. "Cepat mandi! Kita akan sholat subuh bersama," suara Keena mengagetkannya. Bagaimana Rhein bisa tidak menyadari kalau Keenan telah keluar dari kamar mandi? Rhein menatap tubuh bagian atas Keenan yang telanjang karena dia hanya mengenakan handuk untuk menutup bagian bawah tubuhnya. Tubuh Keenan sungguh indah, perutnya yang rata seperti roti sobek dan dan dadanya yang bidang membuat Rhein tak bisa mengalihkan tatapannya dari Keenan. Ini pertama kalinya Rhein melihat seorang laki-laki bertelanjang d**a di depannya.. "Sudah puas menatapnya?" tanya Keenan sambil tersenyum nakal membuat Rhein merasa sangat malu, wajahnya langsung memerah. Rhein segera berlari ke kamar mandi, Keenan tertawa terkekeh, untuk seorang yang disebut pelakor karena Surya ternyata masih beristri, tingkah Rhein ternyata sangat lucu! Sama sekali tak mencerminkan kesan genit dan menggoda bahkan terkesan malu-malu. *** AlanyLove
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN