Solat Jumat

1687 Kata
"Al!" Entah sudah berapa kali ia menegurnya agar tak melamun dan fokus mendengar ceritanya. Lelaki di depannya ini tetap saja mengulang lamunannya. Pikirannya melayang ke mana-mana. Sementara perempuan di depannya sudah menegur berkali-kali. "Ah-eh--" "Tuh kaaaan! Dari tadi gue ngomong juga!" kesalnya. Ia mengaduk lemon tea-nya dengan kencang untuk sekedar menyalurkan hasrat kemarahan. Alfarezi. Lelaki itu berdeham kemudian menegakkan tubuhnya. "Sorry deh," tuturnya. Ia masih memikirkan kejadian sebulan lalu di mana ia seperti melihat sosok perempuan yang pernah ada di kehidupannya. Yaah bahkan sampai sekarang masih melekat di hatinya. Sosok yang masih sangat berharga. "Lo ngomong apa?" Jelas lah Febby sudah malas mengulangnya. Akhirnya gadis itu beranjak sembari mengambil tasnya. "Gue pulang aja deh. Lo lanjut kerja aja sana!" Ia ngambek. Alfa tak menyusul. Ia hanya menghela nafas. Nanti Febby juga akan baik sendiri. Ia hapal sekali tabiatnya. Sementara ia menyudahi makanannya lalu kembali menuju lantai 29 di mana ruangannya berada. "Udah pacarannya bos?" "Sahabat gue itu," tukasnya. Roger hanya tertawa mendengarnya. Ya memang judulnya sahabat. Tapi dari sorot mata Febby itu sudah terlihat sangat jelas bagaimana perempuan itu mencintai Alfa. Alfa saja yang tak peka. Roger geleng-geleng kepala dengan pemikiran itu. Lagi pula, apa sih kurangnya Febby? Febby cantik, pintar juga dan sepertinya sangat perhatian pada Alfa. Coba bayangkan, dia suka sekali mampir ke sini hanya untuk menemani Alfa makan siang. Bukan kah untuk ukuran sahabat, itu sangat ganjil? Alfa saja yang tak pernah berpikir sampai ke sana. "Bro," Pian muncul. Ia mengetuk pintu ruangan Alfa kemudian melongokan kepalanya. "Al, tiket lo udah turun. Dokumen lain juga udah selesai diurus." "Udah lapor sama, bos?" Ia mengangguk. "Tinggal berangkat," tuturnya. Alfa berterima kasih padanya dengan senyuman kecil. Kemudian kembali fokus pada pekerjaannya. Menjelang jam lima sore, ia meregangkan tubuhnya. Kemudian mampir ke ruangan bosnya. Berencana pamit. Besok malam, ia akan berangkat ke Seoul. Ada beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan. Bahasa Korea-nya sudah cukup fasih untuk bisa berinteraksi dengan pegawai di sana. Meski bisa menggunakan bahasa Inggris, tak semua pegawai di sana bisa berbicara dengan bahasa Inggris yang fasih dan baik. Kebetulan ia bekerja di perusahaan Korea yang ada di Jakarta. Kantor pusatnya tentu saja di Seoul. Lingkup pekerjaannya mengharuskannya untuk bekerja di sana selama beberapa minggu. Yeah, bisa dikatakan ia adalah salah satu auditor internal yang membuatnya sering terbang untuk mengaudit sistem perusahaan. Audit ini selalu dilakukan setiap enam bulan sekali. Ia dan beberapa rekan dari perusahaan yang sama namun berbeda negara akan berkumpul dan datang ke kantor pusatnya dulu untuk meeting sebelum audit. Kemudian melakukan audit di sana sebelum berpindah ke beberapa cabang perusahaan yang ada di negara lain. Ia mengendarai motornya di sore ini. Melibas jalanan Jakarta. Hidupnya menghampa sejak bertahun-tahun terakhir. Berapa tahun? Entah tujuh entah delapan. Ia sudah tak mau lagi menghitungnya. Sesekali ia masih mendengar kabarnya. Bahkan terakhir satu tahun lalu, ia masih mendengar kabar dari perempuan itu. Sayangnya bukan kabar indah. "Kata sepupunya, dia tunangan terus mau nikah gitu, Al." Hanya itu. Lalu apa yang ada di dalam benaknya kini? Mungkin ia sudah bahagia. Sementara ia? Ia masih bergulat dalam kesedihan panjang. Salahnya juga karena mengakhiri hubungan mereka dulu. @@@ Seoul. Ia sudah beberapa kali datang ke negara ini. Tidak ada yang istimewa. Mungkin hanya lingkungan yang berbeda, budaya dan tidak banyak perempuan berhijab yang ia temui di jalan-jalan menuju kantornya. Pagi ini pun sama, rutinitas Alfa masih sama dengan tiga tahun lalu ketika pertama kali mendapat tugas ini dan berangkat ke sini. Ia mencoba menikmati pekerjaannya setidaknya sampai sore. Kali ini terpaksa menolak ajakan teman-temannya yang mengajak untuk bakar-bakar daging seperti biasa. Ia tak begitu mood hari ini. Akhirnya memilih untuk kembali ke apartemen. Menyendiri di sana dan mengabaikan banyak telepon. Esok paginya, ia mulai berjalan dengan membawa kamera dan stelan olahraga. Mencoba menikmati pagi di sekitar apartemen yang berada tak begitu jauh dari Sungai Han. Sungai Han adalah sebuah sungai di Korea Selatan yang terbentuk akibat pertemuan dari Sungai Namhan, yang bermata air di Gunung Daedeok, dan Sungai Bukhan, yang berhulu dari lembah Gunung Geumgang di Korea Utara. Sungai Han mengalir melewati Seoul dan bergabung dengan Sungai Imjin sebelum bermuara ke Laut Kuning. Ia memutuskan untuk berjogging ria di pinggir sungai Han. Melihat dan menikmati keindahan alam serta angin sepoi-sepoi yang menghantam tubuhnya pagi ini. Tujuannya memang tak lain adalah untuk menenangkan diri. Meski begitu duduk, ingatannya kembali berputar. Ia seolah melihat mantan kekasihnya muncul beberapa minggu lalu di Jakarta. Tentu saja itu hanya khayalan bawah sadar yang muncul begitu saja karena hatinya telah lama merindukan perempuan itu. Oi! Febby ngambek beneran noh sama lo. Gak ngasih tahu pula ke Seoul. Kita udah mampir pagi-pagi begini ke rumah lo. Lo baru bales sekarang! Ia terkekeh begitu membaca balasan itu. Ia tak begitu tahu kalau keduanya akan ke rumah pagi-pagi. Ibunya pasti memberitahu kepergiannya ke sini. Sementara ia sengaja tak memberitahu. Ia hanya ingin menyendiri meski tak bisa juga disebut begitu. Toh kenyataannya. Selama apapun ia menyendiri hasilnya tetap sama. Hatinya tetap hampa. Menjelang jam setengah delapan pagi, ia kembali ke apartemennya. Kemudian bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Hari ini masih harus kerja. Setidaknya sampai esok sebelum weekend menanti. Dan pagi ini, ia kembali menyapa hari sibuknya di Seoul. Ada banyak orang yang berlalu lalang, menyeberangi jalan. Kantor Alfa terletak di Distrik Jung. Distrik ini terletak di jantung kota Seoul. Distrik Jung merupakan kawasan dengan beragam suasana lama dan baru. Ini merupakan pusat dari modernitas, di mana sarana seperti gedung perkantoran bertingkat, department store, dan juga pusat tradisi, di mana situs bersejarah berharga seperti Deoksugung dan Namdaemun bisa ditemukan. Yang terletak di sini merupakan Gwangtonggwan, yang merupakan bangunan bank tertua di Korea yang masih beroperasi. Gedung ini terdaftar sebagai noda satu dari monumen kota yang dilindungi pada tanggal 5 Maret 2001. Selain itu, bersama dengan situs norma budaya seperti Katedral Myeongdong dan Museum Bank of Korea, terdapat markah tanah terkenal Seoul seperti N Seoul Tower pada gunung Namsan di Distrik Jung dan Myeongdong merupakan noda satu pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di Korea Selatan, dan merupakan noda satu tujuan wisata favorit. "Kok gak bilang sih kalo ke Seoul?" Gadis yang katanya ngambek ini akhirnya menghubunginya lebih dulu. Alfa sudah tiba di kantor dan baru saja mendaratkan pantatnya pada kursi. Mumpung masih semaot menerima telepon, ia angkat saja. Begitu diangkat, pertanyaan itu yang justru terdengar. "Sorry, gue juga baru rampung dokumennya yaa sehari sebelum keberangkatan. Jadi selama dokumen itu belum ditangan gue ya bisa saja batal acara ke Korea." Febby menghela nafas. Mau marah juga percuma. Akhirnya ia hanya bisa mengatakan agar Alfa menjaga kesehatannya di sana. Lelaki itu mengangguk-angguk. Ia menutupnya begitu salah satu bos mereka lewat. Itu artinya, mereka harus ke ruang meeting sekarang. @@@ Solat Jumat adalah ibadah yang diwajibkan bagi kaum laki-laki. Bahkan bagi umat muslim, pengertian sholat Jumat adalah ibadah yang penting. Namun Jumat kali ini jelas berbeda bagi Alfa. Karena ia tidak sedang di Indonesia. Ia menumpangi taksi menuju Masjid Itaewon. Satu-satunya masjid terdekat dari kantornya. Meski perjalanan yang ditempuh sekitar setengah jam. Yaah paling cepat dua puluh menit. Itupun kalau sedang lengang. Tiba di sana, ia segera turun dan bergabung dengan muslim lainnya untuk memulai solat Jumat. Tentu saja ada yang berbeda dengan solat Jumat di sini dibandingkan dengan solat di Indonesia. Tahu apa bedanya? Khutbahnya dipaparkan dalam tiga bahasa. Jika di Indonesia, ia hanya mendengar khutbah dalam bahasa Indonesia. Kalau di sini? Ia bisa mendengar khutbah dalam bahasa Arab, Inggris, dan Korea. Awalnya merasa aneh, lalu takjub dan kini Alfa mulai terbiasa. Tahu kah kenapa Alfa tak pernah bisa meninggalkan agama ini? Karena Alfa menyukai solat Jumat. Hari Jumat memiliki makna penting dalam Islam. Dalam Islam, hari Jumat juga disebut sebagai 'sayyidul ayyam' atau bermakna tuannya semua hari. Dengan demikian, hari Jumat adalah hari yang istimewa dalam Islam. Jumat adalah hari rayanya umat Islam. Sebagaimana dikatakan Rasulullah, hari Jumat adalah hari yang dijadikan Allah sebagai hari raya bagi kaum Muslimin dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan ath-Thabrani. Sebaik-baiknya hari di mana matahari terbit adalah hari Jumat. Sebab di hari Jumat, Nabi Adam diciptakan dan dimasukkan ke dalam surga, Nabi Adam juga diturunkan ke bumi dari Surga pada Jumat, diterima taubatnya juga pada Jumat. Dan hari kiamat terjadi pada Jumat. Di dalam Alquran, Jumat secara khusus menjadi nama sebuah surah, yakni AlJumuah. Pada Jumat juga, Allah SWT selesai menyelesaikan pekerjaan dalam menciptakan langit dan bumi. Penciptaan langit dan bumi tersebut dimulai pada Ahad. Bahkan, pada Jumat terdapat waktu yang mustajab untuk berdoa. Jika Muslim berdoa pada waktu itu, maka doanya akan diijabah Allah SWT. Itu lah kenapa Alfa tidak pernah bisa meninggalkan Islam. Karena ia sangat menyukai hari Jumat. Pada Jumat inipun, umat Muslim berkumpul di masjid untuk melaksanakan shalat Jumat. Bahkan berjalannya seorang Muslim ke masjid pun mendapat pahala yang besar. Pada saat khatib sudah naik ke mimbar, malaikat pencatat amal sudah menutup catatan bukunya. Dalam hal ini, dijelaskan bahwa malaikat mencatat orang yang datang ke masjid pada awal waktu dan menutup catatan bukunya begitu khatib naik ke mimbar. Dan yang membuat ini lebih istimewa lagi adalah jamaah-jamaah yang ditemui oleh Alfa sungguh berbeda dengan solat Jumat biasanya di Indonesia. Shalat Jumat di masjid terbesar Negeri Ginseng itu, diikuti oleh jamaah dari berbagai macam ras dan bangsa. Ada orang Arab, Korea, India, Turki, Afrika, termasuk orang Malaysia dan Indonesia. Usai solat, ia memutuskan untuk rehat sebentar. Duduk di terasnya dan menikmati pemandangan langka. Kebanyakan jamaah sudah pergi dari sini. Kembali pada rutinitas masing-masing. Ia masih diam, menyimak rutinitas yang terjadi di sini. Tak begitu banyak yang istimewa. Setelah merasa kalau ia telah duduk cukup lama, ia melirik jam di layar ponselnya. Menjelang jam dua siang, ia mulai beranjak. Ia sudah mengambil izin tadi. Memang berniat hanya setengah hari di kantor. Bagi pegawai muslim memang memiliki keistimewaan sendiri sejak setahun terakhir, ketika pemilik perusahaan besar ini masuk Islam. Terobosan terbesar yang dibuat membuat banyak pegawai muslim berlomba-lomba untuk masuk menjadi pegawainya. "Soo Jin-aaah!" Beberapa orang masuk dan berteriak-teriak. Alfa sedang memakai sepatunya kemudian ia berdiri dan mulai berjalan menuju gerbang masuk. Tanpa tahu kalau seseorang terpaku dengan kehadirannya di sini. Alfa lewat begitu saja di sampingnya tanpa menyadari kalau perempuan yang akhir-akhir ini terlaku sering mengacaukan pikirannya ada di belakangnya. @@@
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN