Fay dibawa ke klinik kecil di desa itu, melihat parahnya luka di kaki Fay, dokter menyarankan agar segera di bawa ke rumah sakit di kota. Sesampainya Fay di kota Orlee, dia segera dilarikan ke ruang operasi. Michael, Sheila dan 4 sekawan duduk termenung di depan ruang operasi dengan cemas.
Operasi berjalan kurang lebih 2 jam, dokter memberitahukan operasi Fay berjalan lancar. Karena Fay masih kecil penyembuhannya akan tidak masalah, tapi luka jahitannya lumayan besar, sekarang mungkin kelihatannya mengerikan tapi akan pudar seiring berjalannya waktu.
Fay ditempatkan kamar kelas II bersama seorang kakek, dia bilang kalau kamar yang satu orang terlalu sepi. Karena libur sekolah masih 1 minggu lagi teman - teman Fay bisa bergantian menjaganya "Ayah kerja aja sana, jangan kuatir Fay ada banyak temen nih..."
Michael merasa khawatir meninggalkan Fay bersama teman - temannya coba liat apa yang terjadi Fay, tapi dia baru saja mendapat kabar kalau bibit yang mereka tanam 2 hari yang lalu hanyut karena hujan lebat kemarin, bibit itu adalah proyek desa mereka untuk menyambut musim paceklik yang sebentar lagi tiba. Fay mendengar pembicaraan telepon antara ayahnya dan om Frans, oleh karena itu dia berusaha menabahkan diri, walaupun menyeramkan berada di rumah sakit tanpa ayahnya rumah sakit adalah tempat dia kehilangan ibunya.
"Yah gak papa, kan ada dokter dan suster di sini."
Kakek yang berada di sebelah ranjang Fay yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan mereka ikut menenangkan Michael "Tenang saja pak, ada saya juga di sini. Sudah lama di kamar ini tidak ada suara selain dengung AC dan sesekali suara suster dan dokter yang datang memeriksa."
"Loh kakek sudah lama di sini? Gak ada yang nemenin kakek? Emang kakek sakit apa?" pertanyaan beruntun Fay membuat mata sang kakek berbinar - binar.
"Huss Fay, gak boleh gitu gak sopan." Michael memotong pembicaraan itu "Maaf ya pak... Oh iya nama saya Michael, dan ini Fay dan Nick."
"Temen - temenku yang 3 lagi nanti nyusul kek, namanya Robert, Anton ,dan Steven. Kami selalu berpetualang bersama - sama."
"Hahaha..." sang kakek tertawa geli "Kakimu itu karena petualangan kamu ya? Sakit ndak?"
"Sakit? Gak lah kek, segini mah biasa aja..."
"Wah wah gadis kecil pemberani ternyata ha...ha...ha... (kakek itu mengacungkan jempol ke arah Fay) Banyak loh laki - laki dewasa di luar sana yang bakalan nangis kalo luka seperti itu."
"Fay, jangan ganggu kakek lagi. Kamu juga harus istirahat." Michael memotong pertanyaan yang hendak Fay lontarkan lagi kepada sang kakek.
"Gak papa, nak. Kakek di sini sudah lama, baru kali ini tempat ini tidak terasa seperti tempat untuk mengucapkan selamat tinggal."
"Selamat tinggal kek? Kenapa?"
"Fay, masih kecil belum ngerti. Pokoknya kakek seneng ada kamu di sini."
Dokter yang menangani sang kakek masuk untuk melakukan pemeriksaan rutin.
"Bagaimana keadaannya, pak? Apa ada keluhan?" (menengok ke arah suster) "Sus, hasil lab sudah ada?"
"Ini dok."
"Tekanan darah normal, kolesterol normal, semuanya masih dalam ambang batas normal. Kita tunggu 2 - 3 hari lagi, jika keadaan tetap baik seperti ini, bapak boleh pulang."
Fay yang sedari tadi mengamati dokter dan suster tersebut "Wah kek, kita bisa pulang barengan kalau gitu. Kakek rumahnya dimana? Aku di desa gak jauh dari sini, kalo searah nanti kita pulang bareng kek."
Sang kakek terkekeh "Ha...ha...ha... Walaupun kakek gak searah pulangnya, nanti kakek anterin Fay dulu. Kakek pengen liat tempat petualangan kalian berdua."
"Asyik, bener ya kek..."
Melihat Fay yang kegirangan, membuat Michael khawatir Anak ini kalau saja kakinya gak luka, pasti sudah lompat kegirangan "Fay, hati - hati kakimu..."
Hari itu dilalui Fay dan kakek yang bernama Kevin dengan bercerita tentang tempat tinggal mereka masing - masing. Tadinya Michael ingin menemani Fay, tetapi hujan yang deras membuat dia teringat akan bibit - bibit yang baru ditanam dan wilayah sanctuary yang baru saja diratakan tanahnya. Kakek menenangkan Michael dengan mengatakan dia akan bantu menjaga Fay dan lagipula di sini banyak suster dan dokter, biar bagaimanapun dia memang harus kembali dulu ke rumah mereka untuk membawa baju ganti dan mengantarkan teman - teman Fay kembali ke rumahnya.
Fay menceritakan kisahnya, bagaimana dia kehilangan ibunya, bagaimana sekolahnya mengeluarkan dia karena dia berani melawan anak yang nakal,"Kakek tau gak? Aku juga masih ada kakek nenek dari ibu. Mereka...Sakit kata ayah karena terlalu kangen sama ibu."
"Hmm...Kakek juga kalo kehilangan seseorang yang dicintai pasti jadi sakit sama seperti mereka. Fay anak hebat, kamu pasti sekarang berusaha menggantikan ibumu untuk menjaga ayahmu ya."
Mendengar perkataan kakek, mata Fay berkaca - kaca "Iya kek, aku gak mau kehilangan ayah juga...Tapi coba lihat, Fay nakal banget sekarang malah ayah sendirian di rumah."
"Fay...Tapi kamu berhasil menyelamatkan anak kucing itu, coba kalo gak ada kamu, kucing kecil itu menangis ketakutan meminta pertolongan tapi tidak ada yang datang menolong. Kasian kan...Kakek yakin semuanya akan baik - baik saja, kucing kecil itu selamat, ayah Fay juga baik - baik saja."
"Huhuhu iya kek. Mudah - mudahan Tuhan tidak hukum Fay lagi dengan mengambil ayah Fay.
3 hari kemudian Fay dan Kakek secara bersamaan sudah boleh pulang dari rumah sakit. Ketika Fay keluar dari rumah sakit dengan ayahnya, dia melihat kakek di jemput oleh seorang supir saja. "Kek...kek..." Fay memanggilnya sambil berlari.
"Fay! Jangan lari - lari, kakimu baru sembuh!" Michael memarahi anak semata wayangnya.
Kakek berbalik dan menghampiri Fay "Hei, pelan - pelan Fay."
"Kakek gak ada yang jemput? Nanti di rumah siapa yang jagain kakek? Dokter kan tadi bilang obat kakek banyak banget, nanti siapa yang ingetin kek?"
Kakek itu tersenyum bahkan seorang anak kecil yang bukan keluargaku saja bisa mengkhawatirkan aku "Tidak apa - apa Fay, kakek ada suster nanti yang jagain. Udah biasa, tenang aja..."
Fay merasa sedih mendengar betapa kesepian sang kakek, "Kek, kemaren kakek kan janji mau ke desa Fay ya, yuk sekarang ikut kita aja, yuk kek..."
"Fay, gak boleh gitu. Kakek harus pulang ke rumahnya, ada yang nungguin nanti." Michael menegur Fay.
"Tapi...tapi...kalo ada yang nungguin kakek di rumah, pasti udah ikut datang jemput kan, yah."
Kakek tersenyum sedih sambil membelai - belai kepala Fay "Fay anak baik...Di, (menengok ke arah supirnya) nanti kita mampir dulu ke tempat Fay baru pulang ya..."
"Tapi pak, Nona Putri pesan untuk langsung pulang saja."
"Mampir ajalah sebentar ya? Kata dokter jalan - jalan ke tempat yang masih asri baik buat kesehatan."
"Tapi pak..."
"Nanti kalo Putri nyariin biar saya aja yang jawab. Dia juga pasti lagi gak di rumah kan?!"
"O... iya pak"
"Nah sudah beres, ayo Fay duduk bareng kakek ya... Nanti Fay jadi pemandunya yang jelasin jalan - jalan yang kita lewati ya."
(menengok ke Michael) "Yah...Gimana?"
"Kamu putuskan sendiri aja Fay."
"Hmm...Aku duduk sama kakek dulu ya yah. Kakek kan orang baru, bener sih butuh pemandu he...he..." Fay tertawa geli ketika menganggap dirinya sendiri seorang pemandu."
Perjalanan ke rumah Fay diwarnai celoteh meriah Fay sambil sesekali diiringi tawa kakek dan supir, suasana di dalam mobil itu yang biasanya hening berubah menjadi hangat. Ketika mereka melewati tempat kerja Michael, fay menunjuk sambil menampakkan kekagumannya " Kek, ini tempat ayah kerja. Liat itu tanah yang luas itu, nanti di sana mau dibangun Animal Sanctuary. Kakek tau kan apa Animal Sanctuary itu?" (Fay menengok ke arah kakek)
Kakek meskipun mengerti tentang hal itu malah menggelengkan kepala, dia lebih senang melihat Fay yang menjelaskan dengan begitu bersemangat.
"Animal Sanctuary itu nanti jadi tempat hewan - hewan yang kasihan kek, Lucky jadi penghuni pertama di situ nanti."
"Oh? Lucky itu siapa?"
"Kucing yang kemaren aku tolong kek, aku udah pikirin namanya dari kemaren - kemaren. Nama yang keren yang buat dia bisa percaya kalo dia bukan cuma sekedar kucing yang aku selamatkan, sekarang dia keluarga kami. Lucky nanti panggilannya kiki pasti dia senang..." (Fay tersenyum sendiri membayangkan Lucky dan dia berlari ke sana kemari di rumah)
"Fay..."
"Eh iya, kek?"
"Kiki pasti senang sekali nanti, dia akhirnya punya rumah."