Petualangan Bersama Teman

1185 Kata
Hal yang paling di tunggu - tunggu Fay adalah ketika mereka libur dan diperbolehkan berpetualang menjelajahi hutan dan air terjun di desa itu. Seperti ketika pada hari Sabtu, minggu ke 3 di bulan Januari 2022, mereka sudah berjanji untuk menjelajahi hutan di sebelah timur desa itu, di dalamnya terdapat gua alam tempat biasanya para penjelajah hutan itu beristirahat dari hujan ataupun panas. Fay sudah memimpikan gua itu, dia begitu bersemangat sehingga dari malam dia sudah mempersiapkan semua barang yang perlu dia bawa. "Fay, belum tidur?" "Sebentar Yah, aku lagi periksa barang - barang yang perlu kubawa, takut ada yang ketinggalan." "Memangnya kamu bawa apa aja, Fay? Jangan banyak - banyak loh nanti berat, susah jalannya." "Siap Yah, aku cuma bawa baju ganti, minum, snack sama buku tulis saja. Duh lupa belum masukkin kompas sama senter, sama payung...Apalagi ya..." Fay mengerutkan keningnya sambil mengingat - ingat apakah ada barang yang ketinggalan. "Kamu bawa buku untuk apa, Fay?" "Untuk nulis, Yah. Kan lumayan aku nanti dapat pengalaman baru buat cerita - cerita aku selanjutnya." Michael mengelus kepala Fay, Michael sudah melihat karya - karya Fay dan setuju dengan semua orang bahwa anaknya memiliki bakat itu. Dia senang melihat Fay akhirnya bisa menemukan kesukaannya dan memiliki banyak teman, pelan - pelan mereka sudah melanjutkan kehidupan mereka. Hari itu pun tiba dengan bersemangat Fay bangun pagi - pagi dan segera berlari ke seberang rumahnya, Fay sudah menjadi jam weker hidup dari awal mereka berteman. Tante Sheila awal - awal sempat kaget ketika Fay mengetuk pintu jam 5.30 pagi, wajah Fay yang masih mengantuk dengan patuh masuk ke dalam rumah "Tante hoahmm...Aku...mau bangunin Nick.." Fay kecil dengan terkantuk - kantuk memberitahukan maksud kedatangannya pada Tante Sheila. "Oh ya..." setelah diijinkan Fay dengan langkah tertatih - tatih segera menuju ke kamar Nick, tante Sheila tertawa melihatnya. "Nick...Nick... ayo bangun...ayo dong..." Fay menggoyang - goyangkan tubuh Nick sambil memanggilnya, kali ini dia tidak membangunkan Nick sambil terkantuk - kantuk, pagi ini Fay begitu gembiranya sehingga tadi malam dia sulit tidur, mengantisipasi kegembiraan hari ini. Nick yang masih mengantuk dan sudah terbiasa pergi ke air terjun menjawab dengan terkantuk - kantuk "Ya ampun...Fay, ini baru jam 6 pagi...Kita berangkat jam 8 nanti, masih ada waktu 2 jam. Hoahmm..." Nick membalikkan badannya sambil memeluk guling kembali. "Ih...Nick...Ayo dong bangun...Makin pagi kita ke sana makin lama kita bisa bermain air, sebelum sinar matahari terlalu panas nanti..." Entah sejak kapan Nick terbiasa dengan kehadiran Fay, dia paling tidak bisa menolak permintaan Fay, melihat dia kecewa atau sedih adalah pantangan buat Nick. "Iya...iya...ini aku bangun...Sana kamu pulang dulu mandi, nanti ke sini lagi, kita sarapan bareng sebelum berangkat." Wajah Fay bersinar dengan penuh keceriaan "Siap, kapten." Fay berlari pulang ke rumahnya lagi. Setelah mereka mandi dan sarapan, mereka segera menuju titik kumpul yang sudah dijanjikan dengan Robert, Anton dan Steven, hari ini adalah petualangan mereka berlima. Michael pertamanya menentang hal ini karena mereka hanya pergi berlima saja, lalu tante Sheila bilang kalo tempat wisatanya sangat aman sekali untuk anak - anak, Nick sudah sering pergi bersama teman - temannya saja. Kemudian dengan pandangan mata Fay yang memelas, Michael tidak dapat lagi menolaknya. Matahari masih belum terlalu panas ketika Fay dan yang lainnya sampai di sana, pengunjung pun belum terlalu ramai. Karena sudah sarapan dari rumah, mereka tidak perlu menunggu lama - lama untuk masuk ke bawah air terjun. Mereka bergidik ketika pertama kali mereka terkena percikkannya, airnya dingin tetapi tidak mengurungkan niat mereka, mereka langsung terjun dan berjalan ke arah air terjun itu sambil tertawa - tawa. Ketika matahari sudah mulai tinggi, mereka mulai mengemasi barang - barangnya untuk pulang "Nanti bisa gosong kita nanti" begitu kata Fay. Mereka sedang dalam perjalanan pulang ketika mendengarkan tangis pilu seekor anak kucing, Fay yang penyayang binatang mengajak teman - temannya untuk membantunya mencari asal suara itu. "Anak kucing gak akan bisa hidup di tempat ini!" Mereka mencoba mendengarkan lagi asal suara itu, yang semakin lama semakin menyayat hati. "Ya Tuhan dimana ya?" Tiba - tiba Robert berseru "Di atas, Fay diatas!" Mereka melihat ada 2 orang remaja yang sedang tertawa - tawa menggoyang - goyangkan anak kucing yang malang itu, dia begitu ketakutan. "Hey, apa yang kalian lakukan?! Lepaskan kucing itu!" ujar Fay dengan marah. Remaja - remaja yang melihat ada memergoki perbuatan mereka, mereka cepat - cepat melempar anak kucing itu ke air terjun dan setelah selesai merekam dengan handphonenya, mereka berdua kabur dari sana. "Ya Tuhan..." tanpa berpikir panjang, Fay segera melompat ke arah air terjun sambil berteriak "Kalian jangan biarkan mereka lolos!" Fay tidak sadar kakinya membentur batu besar ketika melompat, dia langsung mencari - cari anak kucing itu. Dia menemukan anak kucing yang tampaknya mengalami keajaiban, dia bisa mengatasi rasa kagetnya dan berusaha berenang ke tepian. Fay segera menghampirinya dan menggendongnya. Fay memberikan anak kucing itu kepada Nick "Kalau ada yang punya baju kering tolong lapisi dulu dia pasti kedinginan." Ketika Nick menarik tangan Fay untuk membantunya naik, Fay berteriak kesakitan. "Fay, ada apa? Mana yang sakit?" Wajah Fay pucat menahan rasa sakitnya "Kakiku..." ketika mereka melihat kakinya sudah mulai berwarna biru keabu - abuan yang menyeramkan. "Fay, tunggu di sini ya aku panggil bantuan." Anton berlari ke pos bantuan yang letaknya sekitar 300 meter dari situ. Sambil menunggu, Steven dan Robert yang tadi mengejar kedua remaja itu kembali sambil terengah - engah "Tadi kami kalah besar jadi kami gak bisa menangkap mereka langsung, tapi kami sudah memotret wajah mereka, nanti kita tanyakan di pos bantuan ya." Robert duduk di samping Fay dan baru menyadari keadaan kaki Fay "Fay...kakimu kenapa? Sakit sekali ya?" Fay meringis menahan sakit sambil menganggukan kepalanya. Tak lama kemudian bantuan datang, sambil membawa tandu mereka tergopoh - gopoh menghampiri Fay "Siapa namamu nak?" "Fay, om." "Fay, umur berapa? Om sudah dengar keberanianmu menyelamatkan anak kucing ini." pertanyaan demi pertanyaan diajukan untuk mengalihkan perhatian Fay ketika lukanya sedang diperban untuk pertolongan pertama. Ketika Fay sudah ditandu ke dalam mobil ambulan untuk dibawa ke puskesmas, Fay menolak "Anak kucingnya nanti siapa yang urus om? Anak kucingnya gimana nanti om? Aku gak mau pergi dulu sampe tau kalo dia akan baik - baik saja." Nick mendekati Fay sambil memperlihatkan anak kucing itu, "Ini Fay nanti aku yang urus, yang penting kakimu diobati dulu." Fay mendongak melihat orang yang dipanggilnya om tadi "Om, bisa periksa anak kucing ini dulu? Kalo dia aman aku baru mau pergi dari sini." "Fay! Fay!" Michael yang mendapat kabar dari Robert mengenai kejadian ini berlari dari kantornya kemari, berbagai pikiran menakutkan berkelebat ketika dia berlari ke sini Tuhan jangan ambil dia juga, dia milikku satu - satunya Tuhan. Fay kamu harus baik - baik saja, nak... "Ayah, Fay di sini!" (sambil berusaha menyembunyikan lukanya) "Fay... Ya ampun, Fay..." Michael memeluk erat anak semata wayangnya itu, ketika melihat kaki Fay yang sudah membengkak dan berwarna ungu. "Yah...ini gak papa, cuma warnanya aja jelek..." Fay meringis berusaha tidak menampakkan rasa sakitnya, kalau semua orang memperhatikan lukaku, nanti mereka lupa akan anak kucing itu. "Om, gimana anak kucingnya?" "Sepertinya hanya kedinginan Fay, om sudah telepon teman om yang dokter hewan, dia akan ke sini periksa anak kucingnya. Ayo Fay, kakimu harus segera diobati."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN