"Yah...Aku main di luar ya..."
"Fay..."
"Gak papa Mike, aku udah titip sama satpam Fay boleh main di sekeliling gudang tapi gak boleh keluar dari pagar ya. Di sini banyak anak - anak yang main juga, kami punya lapangan bola, bulu tangkis dan basket, untuk menambah keakraban antar pekerja sebulan sekali mereka berkumpul. Jika lapangan sedang tidak dipakai, anak - anak kampung ini boleh memanfaatkannya."
"Boleh ya yah?" Fay bertanya dengan nada manjanya sambil menggoyangkan tangan ayahnya.
"Mike, siapa tau nanti Fay dapat teman baru. Yang main di sini hanya anak - anak yang tinggal di lingkungan ini saja, orang tuanya pun aku kenal semua, kebanyakan pekerja di sini juga."
"Ya sudah, hati - hati ya... Jangan lama - lama."
"Siap, komandan." tangan Fay diletakkan di keningnya seolah - olah dia adalah seorang prajurit.
Michael dan Frans tertawa melihat tingkah laku Fay.
Fay sedang berjalan ke arah lapangan basket, ketika mendengar suara ribut - ribut. Ada 3 orang anak laki - laki sedang mendorong - dorong seorang anak.
Kamu itu anak pembawa sial, bapakmu mati karenamu!
Cuma anak tukang masak aja belagu gak mau kasih kita pinjem PR nya!
"Hey ngapain kalian?!"
"Siapa kamu? Anak perempuan gak usah ke sini, nanti kupukul nangis kamu!" salah seorang anak yang berbadan lebih besar dari 2 anak lainnya mengancam.
"Sembarangan! Kau pikir aku takut!" Fay maju menghampiri mereka dan mulai mendorong mereka untuk menjauhi anak laki - laki yang sedang berjongkok ketakutan.
Ke tiga anak laki - laki menjadi tertegun melihat seorang anak perempuan yang berani melawan mereka "Hey, kamu anak baru ya?! Kamu gak tau siapa ayahku?!"
"Memangnya kamu gak takut aku bilangin ke ayahmu kalo kamu beraninya lawan keroyokan?! Aku yakin ayahmu pasti malu! Ayo kalo berani sini satu lawan satu, biarpun aku perempuan aku gak takut! Kamu juga harusnya gak usah takut (menengok ke arah anak laki - laki yang sedang ketakutan itu), kalo kamu gak salah lawan!"
Anak yang bertubuh lebih besar itu maju dan mulai memukul Fay, Fay mengelak dan menyebabkan anak itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Anak itu meringis kesakitan, dua anak lainnya mendorong Fay yang saat itu sedang memberikan tangannya untuk menolong anak itu berdiri. Fay terjatuh dan menimpa anak itu, lutut Fay berdarah tapi dia bangkit dengan marah "Kalian curang! Kalian tidak tahu aturan dalam berkelahi, ketika lawan sedang membelakangi, kalian tidak boleh menyerang!"
Ke dua anak itu bengong, mereka kaget! Anak perempuan yang dikiranya akan menangis setelah berdarah malah balik menyeruduk mereka. Mereka bertiga jatuh terguling, menambah luka - luka lecet di tubuh mereka, Fay duduk dan tiba - tiba tubuhnya bergetar, ke 4 anak laki - laki itu mengira Fay menangis, mereka berusaha menenangkannya "Maafkan aku ya...Hey...Jangan nangis..."
Mendengar ribut - ribut di arah lapangan basket Frans dan Michael berlari menghampiri "Hey ada apa ini? Robert, kamu mulai lagi ya?!"
Anak yang bertubuh besar itu kaget "Ampun yah, aku janji gak ngulangin lagi..."
Fay mengangkat wajahnya, tidak ada sedikit pun raut sedih di wajahnya, malahan senyum lebar menghias wajahnya "Om, ini anaknya ya?"
"Iya, Fay. Kemaren - kemaren om belum sempat kenalin ke kamu ya, dia tadi pukulin kamu ya? Nanti om hukum dia!"
"Jangan om..." Fay berdiri dan berjalan mendekat ke ayahnya, dia memberikan isyarat agar ayahnya berjongkok lalu Fay membisikan sesuatu ke kuping ayahnya "Yah, ini urusan anak kecil. Aku cuma luka - luka kecil kok, tapi seneng udah lama aku gak ketawa terbahak - bahak gini, boleh gak biar kami aja yang selesaikan hal ini?"
Michael tersenyum mengelus kepala Fay dan mengangguk "Nanti kalo sudah selesai kamu ke kantor om Frans ya sama teman - temannya, luka - luka itu mesti dibersihkan dan di beri obat."
"Siap, yah."
Michael mengajak Frans kembali ke kantor "Fay bilang ini masalah anak kecil, orang dewasa jangan ikut campur. Dia juga senang, sudah lama dia gak tertawa seperti ini. Aku lupa bilang sama kamu, Fay itu dari kecil rasa keadilannya sudah kuat. Luka kecil begitu, gak masalah."
Michael tersenyum meringis mengingat hari - hari dimana Fay pulang dalam keadaan baju kotor dan sobek, lutut berdarah, ibunya hanya bisa geleng - geleng kepala Untung ibumu seorang perawat Fay, kamu ini anak perempuan bisa gak berlaku seperti anak perempuan. Main rumah -rumahan, masak - masakan gitu.
Tapi ibu, ayah bilang anak perempuan juga mesti bisa jaga diri. Ini bajuku robek bukan gara - gara berantem kok bu, tadi ada anak kucing kecemplung got, aku turun ambil eh malahan aku kepleset ha..ha..ha..
Setelah orang dewasa kembali ke kantor, Fay mengulurkan tangan "Hi namaku Fay, aku baru di sini. Maaf ya tadi aku dorong kamu, tapi kamu juga salah. Kamu (menengok ke anak yang dilindungi tadi) Nicholas kan?"
"Iya."
"Nama kamu Robert ya?"
"Iya namaku Robert, ini sean dan peter."
"Kamu gak boleh gitu dong, ibuku juga baru meninggal. Kamu mau bilang aku anak pembawa sial juga? Ibuku itu suster dia pahlawan, kemaren dia melindungi dokter di rumah sakit jadinya dia kena tusuk pisau. Ibuku...pasti gak pernah nyalahin aku." Fay agak terisak.
"Fay, maaf ya...Jangan nangis lagi...Kami yang salah."
"Aku tau kok pasti sedih kehilangan orang tua ya, Nick. Kalian yang punya orang tua masih lengkap kok jahat gitu?Siapa coba yang mau ditinggal..." Fay menangis lagi.
"Fay jangan nangis...Nick kami minta maaf ya, tadi kami jahat soalnya kamu pelit gak mau pinjemin PR mu. Aku tadi kena hukum guru."
"PR itu kalo gak bisa bukan nyontek tapi minta diajarin, jadi nanti kalo di suruh maju ke depan sama guru kamu bisa kerjain."
"Nick bener..."Fay mengusap air matanya "PR kalo gak bisa kan bisa minta diajarin. Gak boleh ngatain dan keroyokan kayak tadi."
"Iya Fay, Nick, aku minta maaf ya. Kamu gak aduin ke ayahku kan?"
"Gak kok kalo kamu gak ulangin lagi, terus mau belajar yang rajin."
Setelah menyelesaikan permasalahan mereka, mereka pergi ke kantor untuk mengobati luka - luka mereka.
"Sini biar kubersihkan, kalian semua duduk di sana. Ibuku perawat, aku udah sering liat caranya."
"Fay lukamu sendiri belum dibersihkan dan diobati malah ngurusin orang lain."
"Ayah kan bisa nanti obatin luka aku, ini mah ringan ayah."
Michael dan Frans geleng - geleng kepala mendengar jawaban Fay.
"Aduh...Sakit! Sakit!" teriak Robert.
Seisi ruangan itu tertawa "Liat Fay dong, dia gak takut sakit."
Hari itu 5 Anak ini mengobrol, berkenalan dan menjadi sahabat.