Pindah ke Desa

1083 Kata
Fay sudah tertidur pulas, seulas senyum kecil yang sudah lama menghilang muncul di wajahnya. Sepulang dari sekolahnya tadi Michael mengajak Fay jalan - jalan, mereka menghabiskan waktu dengan menonton dan bermain di wahana permainan anak - anak. Sebulan yang lalu hal ini adalah hal yang biasa dilakukan setiap libur akhir pekan bersama kakek, nenek dan ibunya. Kesedihan membuat mereka menjauhi tempat - tempat yang memiliki banyak kenangan dengan ibunya, baru tadi mereka memberanikan diri memasuki tempat - tempat yang penuh kenangan itu. Fay kadang - kadang berkaca - kaca bila teringat kenangan akan ibunya ketika kalah memainkan sebuah game dan merajuk "Yah, ibu gak bisa main game yang ini, kita pindah ke yang lain aja ya..." Tadinya dia khawatir Fay akan semakin sedih, tapi melihat senyum kecil di wajah malaikatnya yang tertidur puas, memberikan sedikit hiburan untuk Michael. Dia duduk di ruang tamu memikirkan langkah selanjutnya, Fay tidak mungkin tidak bersekolah terus. "Pak, mohon maaf kami tidak dapat membantu. Kami sarankan untuk memindahkan Fay ke daerah yang baru pak, jauh dari sini. Orang tua Ronald tadi mengancam akan terus membuat Fay tidak bisa bersekolah di dimanapun di area sini. Mohon hal ini dipandang sebagai sesuatu hal yang positif saja ya pak, mungkin dengan ini Bapak dan Fay dapat memulai kehidupan yang baru, melupakan kesedihan dan kemalangan ini." kata Ibu Guru Fay tadi siang ketika dia menjemput Fay. Lin, Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kalo kamu masih di sini pasti kamu tahu langkah apa yang harus kita lakukan. Selalu seperti itu kamu yang memberikan idenya dan aku yang mem- follow up nya. Michael membawa foto keluarga kecil mereka dan duduk di ruang tamu, dia mengelus wajah Linda yang sedang tersenyum di foto itu. Rasa kangen membuat dia mencari - cari ponsel Linda, di kalendernya ada beberapa hal yang sudah dituliskan oleh Linda, 1 bulan lagi waktunya mereka berpiknik ke daerah Bandung. Yah 1 bulan lagi harusnya liburan sekolah Fay, sudah banyak yang kita rencanakan ya Lin. Ketika dia membuka i********: istrinya, banyak pesan - pesan masuk yang menyatakan turut berduka cita. Ada beberapa pesan yang bahkan belum sempat Linda balas dari teman - teman lamanya yang merencanakan reunian mereka pada saat di Bandung nanti. Celotehan ribut mereka di group message membuat Michael tertawa kecil. Istrinya memang selalu memberikan ide - ide yang "luar biasa" Nanti seragam reunian kita harus baju superhero ya, biar kita kayak avenger. Ih gak mau, malu kali Lin udah tua kita ini. Lah justru itu kita harus kelihatan masih muda dong, ayolah seru - seruan aja. Kalo aku pake kostum si manis jembatan ancol gimana? termasuk superhero juga kan? Bisa terbang dan punya kekuatan suara bikin orang kabur. Huss... yang kerenan dikit dong. Wonder woman lah, malu sama anak - anak nanti. Emang anak kamu gak takut Sin? Haha aku cuma becanda aja Lin Percakapan itu terus berlangsung selama beberapa saat dan mereka sudah tidak sabar untuk segera bertemu, mengingat - ingat kehidupan mereka saat masih sekolah dulu, mulai dari siapa naksir siapa sampai siapa yang akhirnya menikah dengan pacar mereka. Sampai akhirnya ucapan duka cita, ketidakpercayaan mereka dan janji temu mereka untuk mengantar Linda ke peristirahatan terakhirnya. Ya ampun Lin, aku gak nyangka. Padahal udah kangen menghitung hari untuk ketemu kamu lagi Lin. Lindaaaa gak percaya, kok begini Lin?? Aku berangkat dari rumah jam 6 pagi, tadi Mas ku udah bilang dia yang akan urus anak - anak hari ini. Kalian kapan ke sana? Aku jam 7 berangkat dari rumah mertua aku, abis nitipin anak - anak dulu. Ok, kita ketemuan di sana ya. Udah ada yang menghubungi Michael? Ada barang - barang yang kurang mungkin harus dibeli? Tanya Sinta deh, dia udah ada di sana dari semalam. Sin...Sin... Melihat percakapan teman - teman akrab Linda mengobati rasa kangennya, Setidaknya di dunia maya kamu masih ada Lin... Selepas mengobati kerinduannya dengan membuka ponsel Linda, Michael membuka pesan - pesan yang masuk di ponsel nya, ada beberapa pesan dari teman kantornya yang menanyakan beberapa hal tentang pekerjaan, tetapi mereka menekankan agar hal ini di jawab ketika dia senggang, mereka mengerti keadaannya. Ada juga beberapa pesan dari teman - teman Linda yang dia yang belum sempat dia baca, semuanya menyatakan turut berduka cita dan semoga keluarga kecil kami tabah. Satu pesan menarik perhatiannya, dari teman lamanya ketika dia kuliah dulu, dia ingat mereka punya kampung halaman dan mimpi yang sama, membangun kampung halaman mereka. Hi, Michael...Ini aku Frans, masih ingat? Aku mendengar kabar mengenai Linda, turut berduka cita ya. Jika ada yang bisa aku bantu jangan segan - segan menghubungi aku. Sekarang aku sudah kembali ke kampung halaman kita dan mengerjakan proyek mimpi kita memberikan pengetahuan tentang pertanian agar ketika musim kemarau datang, sawah - sawah dan kebun - kebun di sini tidak terbengkalai , petani - petani di sini tetap bisa berpenghasilan sehingga mereka tidak perlu menjual anak - anaknya untuk dijadikan istri muda saudagar hidung belang yang ke sekian, atau para pemuda yang selalu ingin pergi ke kota besar untuk mencari uang, dan sesampainya di kota malah menjadi pengemis, pencuri yang tinggal di kolong jembatan. Michael kembali mengingat mimpi mereka ketika belajar tentang pertanian, entah kapan mimpi itu mulai sirna. Michael berjalan kembali ke kamar anaknya dan melihat wajah Fay yang tertidur pulas, Ayo kita memulai petualangan yang baru Fay. Keesokan harinya Michael membawa Fay ke kantornya, dia meminta ijin atasannya sambil membicarakan mengenai pengunduran dirinya. Atasannya yang mengerti tentang kondisi Michael dan memintanya untuk mengajarkan ke penggantinya mengenai tugas - tugas dan proyek yang dia tangani. Pada jam makan siang, Michael menghubungi Frans untuk membicarakan mengenai keinginannya untuk memulai hidup barunya di sana. "Frans?" "Hi, Mike. Bagaimana kabar kamu?" "Aku baik - baik saja, pelan - pelan menata hidup tanpanya..." "Aku tahu ini kedengaran pasti klise, but life must go on... Kamu punya Fay yang membutuhkan perhatian kamu." "Aku tahu... Itu sebabnya aku memutuskan untuk melakukan sesuatu. Aku akan pulang ke kampung, sambil menata hidupku dan Fay." "Great! Kita bisa kerja bersama lagi seperti dulu. Kamu masih ingat mimpi kita kan? Sebuah kebun luas dan sebuah sanctuary untuk hewan - hewan yang terlantar. Aku sudah punya perkebunan nya, tapi belum ada orang untuk memulai proyek sanctuary nya. Aku rasa kamu pasti orang yang cocok untuk itu." "Fay, pasti senang sekali. Dia suka binatang dari dulu, tapi kami tidak pernah mengijinkan nya memelihara karena dia masih kecil, punya hewan peliharaan merupakan tanggung jawab yang besar." "Betul sekali, kapan kamu akan pulang?" "Mungkin 2 minggu lagi, aku masih harus serah terima pekerjaanku di sini." "Siap, aku tunggu ya..."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN