2 minggu setelah percakapan telepon itu, Michael menginjakkan kakinya kembali ke kampung halamannya, sudah 12 tahun dia tidak pernah pulang ke sini. Mendengar kabar sahabat lamanya akan kembali, Frans sibuk mempersiapkan tempat tinggal untuk mereka. Setelah menawarkan beberapa alternatif rumah untuk di sewa, Michael akhirnya memilih sebuah rumah yang dekat dengan tempat tinggalnya dulu.
Di seberang rumah yang akan kamu sewa nanti ada tempat yang melayani katering, masalah makan sudah teratasi kan? Dan mereka juga punya seorang anak seumuran dengan Fay, aku sudah tanya - tanya mengenai sekolahnya, nanti kalau kamu sudah di sini, kita lihat sekolahnya ya.
Senyum sumringah menyambut kedatangan mereka, "Mike wah...Kamu tambah gagah, yang cantik ini pasti princess Fay, capek ya?"
"Enggak om..." Fay menjawab dengan malu - malu sambil bersembunyi di belakang ayahnya. Semenjak ditinggal oleh ibunya, Fay berubah yang tadinya dari pemberani jika bertemu dengan orang baru, menjadi pemalu. Aku anak piatu, mereka pasti akan mengejekku... itu adalah pikiran Fay setiap kali berkenalan.
"Hi, Frans...Fay jangan takut ini teman lama ayah, om ini baik kok, dia kenal dengan ibu juga."
"Sini om bantu tas dan kopernya biar om bawa ke mobil."
Mereka berjalan beriringan ke mobil, sambil sesekali Michael bertanya mengenai tempat - tempat nostalgia masa kecilnya, apakah tempat itu masih seperti semula atau sudah menghilang terkena gusuran untuk bangunan - bangunan baru.
"Kamu mau pulang ke rumah dulu atau mau langsung pergi makan? Eh salah tanya aku harusnya tanya ke tuan putri yang cantik ini ya?"
Fay terkekeh melihat gaya om Frans yang merentangkan ke dua tangannya sambil menekuk sebelah kakinya dan mengecup sebelah tangan Fay. "Aku mau lihat rumah baru om, tapi aku lapar juga."
"Wah...Masalah tuan putri harus segera diatasi, gimana kalo kita makan di katering seberang rumahmu saja, sambil berkenalan dengan tante pemilik katering dan anaknya, dia seumuran denganmu loh bisa main bareng, belajar bareng, dan ke sekolah bareng juga."
"Ooo gitu om, tapi... aku maunya ke sekolah sama ayah saja gak mau sama yang lain." ucap si kecil Fay sambil memegang tangan ayahnya.
Frans memandang Michael bertanya - tanya, Michael memberikan isyarat akan menceritakannya nanti "Kalo gitu ayo kita ke sana Frans."
Sesampainya mereka di rumah yang disewa, Fay tetap memegang tangan ayahnya erat - erat. "Fay, ayo sama om kamu mau lihat kamar kamu gak? Om loh yang hias kamar kamu, ada banyak gambar princess nya."
"Yah..." Fay menatap ayahnya meminta ijin.
"Boleh, sana ikut om Frans."
"Yuk" Frans mengulurkan tangannya pada Fay "Kamar mu yang di sebelah kanan itu."
Fay bukannya menyambut uluran tangan itu malah berlari ke kamar, ketika dia membuka pintu kamarnya, seketika itu dia terpesona. Kamar itu persis dengan kamarnya yang dulu, hanya saja ditambahkan sebuah meja belajar dengan dengan peralatannya, dia menyentuh meja itu terpesona dengan semua peralatan yang ada "Yah...sama kayak kamarku yang dulu, sekarang malah ada mejanya! Aku bisa nulis - nulis di sini nanti yah..."
"Gimana kamu suka? Meja belajar dan perlengkapannya itu dipilihkan oleh om Frans."
Fay melihat dengan mata yang berbinar - binar, sedikit berkaca - kaca, setelah semua kesedihan selama ini dia belum pernah merasa sebahagia ini "Om...terima kasih..."
Frans berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Fay dan memeluknya "Sama - sama sayang, om berharap mulai sekarang hanya kebahagiaan yang menghampirimu ya Fay. Semoga kamu betah di sini sayang."
Rumah itu memiliki 2 kamar tidur, 1 dapur merangkap ruang makan, dan 1 ruang tamu. Temboknya didominasi warna putih persis seperti rumah kakek dan nenek Fay dulu. Di halaman ada 1 buah pohon mangga yang sudah rindang dan terlihat pucuk - pucuk bunga mulai bermunculan yang menandakan sebentar lagi akan ada buah - buah mangga yang bergelantungan. Beberapa tanaman bunga pun menambah keindahan halaman rumah itu.
"Ini rumahnya bu Sheila pemilik katering di seberang rumah, kalo kamu betah dan ingin membelinya kamu bisa bertanya padanya. Dia kehilangan suaminya tahun lalu karena serangan jantung, jadi mendengar ada yang mau menyewa rumah ini merupakan sebuah bantuan yang mereka harapkan sekali."
"Oo wah ... baiklah nanti aku pikirkan lagi Frans. Aku harus menyiapkan dana pendidikan dan dana untuk kehidupan Fay sampai dia bisa mandiri mencari nafkah sendiri. Sekarang yang aku takutkan hanyalah tiba - tiba aku tidak ada umur, dan Fay harus tinggal sendirian."
"Michael, ada aku dan orang - orang di desa ini yang selalu saling tolong menolong. Jangan berpikiran yang buruk - buruk, Tuhan pasti selalu memberikan jalan terbaik untuk hambanya yang mau bersabar, berusaha dan berdoa."
Mereka melihat - lihat rumah itu dan meletakkan barang - barang mereka kemudian pergi ke katering seberang rumah. Ketika mereka memasuki tempat itu aroma harum masakan membuat perut mereka yang kelaparan semakin berteriak kencang, terlihat beberapa orang sedang berbincang - bincang sambil menikmati makanan dengan lahap.
"Selamat siang tante Sheila, ini tetangga baru yang aku ceritakan kemaren."
Senyum ramah terpancar dari mata wanita paruh baya itu "Oh...Hai selamat datang, pasti capek ya baru tiba, ayo duduk. Sudah makan belum?"
Tiba - tiba perut kecil Fay menjawab pertanyaan dari tante Sheila, Fay tertunduk dengan malunya. Semua orang tertawa dengan geli.
"Aduh kasihan, sini ayo pilih mau makan apa nak?"
"Namanya Fay tante, umurnya sama dengan Nicholas."
"Oh... ayo ayo pilih Fay."
Fay memilih kuah sop ayam dan lauk tempe goreng kesukaannya, dia segera duduk di meja dan makan dengan lahapnya.
"Fay kalau kurang boleh tambah sini ya...Gimana masakannya cocok gak?" tante Sheila bertanya dengan penuh antusias, gadis kecil yang makan dengan lahap ini merupakan gadis kecil yang mengalami tragedi yang diceritakan Frans kemaren, kasihan kamu nak...
"Enak tante mirip sama masakan ibu..." tiba - tiba setetes air mata turun ke pipi kecil Fay, dia kangen dengan ibunya.
Michael segera memeluk anaknya itu "Gak papa Fay...Syukurlah Fay, kita jadi bisa menikmati lagi rasa dari masakan ibu ya..."
"Fay...Nanti kalau Fay kangen mau makan apa, bilang sama tante ya... kalo tante belum bisa nanti tante belajar dariv resepnya ya..."
Seraut wajah anak laki - laki kecil mengintip dari belakang pintu sambil mendengarkan percakapan mereka, dia cemberut ibunya akrab dengan anak lain selain dirinya. Semenjak Ayah Nicholas meninggal karena serangan jantung, dia selalu ketakutan akan terjadi hal sama dengan ibunya bagaimana nanti kalo semua pergi ninggalin aku. Anak - anak di sekolahnya pun suka mem bully nya dengan mengatakan kalo dia pembawa sial sehingga ayahnya meninggal.
Tante Sheila melihat anak semata wayangnya dari ekor matanya, dia tersenyum "Fay ada yang mau kenalan tapi malu - malu..."
"Ooo iya...Siapa tante?"
"Ayo Nick kalo mau kenalan ke sini, jangan ngumpet aja!"
"Siapa bilang aku mau kenalan, huh!" Nicholas berlari masuk ke dalam rumahnya dengan cemberut.
"Duh maafkan anak tante ya..."
"Gak papa kok tante, aku sama ayah aja juga udah cukup." segera menggandeng lengan ayahnya.
"..." para orang dewasa itu saling berpandangan tidak tahu harus berkata apa - apa.