w*************a

1524 Kata
Pria berahang tegas dan bermata coklat terang itu terus menatap Dayana tanpa henti seakan mengintrogasi gadis yang duduk dihadapannya memalui mata. "Hm, Lex. Jangan menatap aku seperti itulah, aku risih," ujar Dayana tiba-tiba ditengah percakapan Georgia dan dirinya. Sang ibu langsung mengalihkan pandangannya ke arah Alex yang berada di sebelahnya. "Ah, anak ini memang tidak sopan. Maaf ya Yana, Alex memang seperti ini," ucap Georgia dengan wajah memerah. Ia menghela nafas sebentar sebelum beranjak pergi dari hadapan dua anak muda tersebut. "Kalian ngobrol aja ya, tante mau istirahat dulu. Alex, bersikaplah baik terhadap Yana!" ujar Georgia seakan memberi kode agar Alex menurutinya. Dayana adalah mantan kekasih Alex sekaligus anak rekan kerja ibunya, dulu mereka sempat dijodohkan namun semuanya batal karena Dayana yang kabur dari acara pertemuan tersebut. "Apa kabar?" tanya Dayana mencoba berbasa-basi dengan pria yang duduk diseberang meja tersebut. Alex hanya mengangkat kedua bahunya yang tanda tak tahu, ia lebih memilih untuk bermain ponsel sekaligus berkomunikasi dengan Sena dichat. "Alex? Kamu napa sih kacangin aku gini? Apa aku segitu gak berarti hingga kamu bersikap seperti ini?" tanya Dayana sedikit geram melihat Alex yang sangat fokus pada ponselnya seperti sedang tidak ada orang disekitarnya. "Jangan banyak menuntut, diamlah sedikit. Kalau kamu tidak betah di sini, kamu bisa pulang, tau pintu keluarkan?" tanya Alex sambil menatap tajam Dayana yang berada diseberang mejanya. Raut wajah gadis itu benar-benar sudah memerah, ia malu karena baru kali ini ia merasakan diusir oleh seorang pria secara langsung. Dayana menatap Alex sebentar sebelum benar-benar pergi dari hadapan pria itu. "Ah menyebalkan sekali gadis itu, datang semaunya saja, dia pikir ini rumahnya?" tanya Alex yang masih merasa heran mengapa Dayana masih saja bertandang ke rumahnya padahal tidak ada urusan apa pun. Daripada membuang waktu, Alex memilih untuk berganti pakaian dan bergegas ke kantornya, ada banyak sekali yang harus ia selesaikan di kantor sebelum benar-benar balik ke Indonesia. Ia menatap dirinya dicermin yang berada di kamar mandi, waktu sudah berubah sangat cepat, dirinya sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang harus siap menanggung beban yang rumit ke depannya, salah satunya masalahnya dengan Sena. "Ah, rasanya semakin dipikirkan semakin membuat diriku bergidik ngeri," ujar Alex sambil membasuh wajahnya yang sudah terpapar oleh debu jalan sewaktu ia pulang dari Indonesia. Sekali lagi ia menatap wajahnya yang sudah basah, Alex mengelap wajah tersebut sebelum benar-benar beranjak dari wastafel kamar mandinya. "Loh, Lex. Yana kemana? Udah pulangkah?" tanya Georgia yang tampak membawa dua nampah berisi camilan dan dua gelas air jeruk. Alex mengangguk pelan kemudian dengan cuek kembali ke kamarnya untuk segera bersiap-siap ke kantor. "Ya, ampun. Padahal aku sudah bawakan camilan buat gadis itu, malah pulang duluan," ujar Georgia yang terlihat kecewa. Di dalam kamar ia menatap bingkai yang menunjukkan wajahnya dan Sena sewaktu kecil. Terlihat sekali senyum bahagia diwajah gadis itu tanpa beban, Alex benar-benar merindukan Sena yang dulu, Sena yang polos dengan berbagai tingkah yang tidak bisa ditebak. Namun, masa itu sudah berlalu, yang ada sekarang hanyalah Sena yang liar dan tidak bisa dirinya mengerti. "Kamu harus kembali, apa pun caranya," ucap Alex kemudian memakai pakaiannya dan beranjak keluar, ia juga berpamitan pada Georgia untuk ke kantor. "Ma, aku berangkat ya. Ada urusan," ucap Alex sambil mencium pipi kanan ibunya itu lalu pergi meninggalkan rumah dengan mobil sport yang ayahnya beri sebagai hadiah ulang tahunnya yang kedua puluh dua, tepat tiga tahun yang lalu mobil itu telah bersamanya bagaikan sahabat yang menjadi saksi bisu perjalanannya. TIN! Suara mobil yang berada di belakang mobil milik Alex mengklakson beberapa kali hingga membuat Alex emosi, padahal ia merasa sudah menyetir dengan benar, namun masih saja ad aorang yang mengusik. Pria itu memberhentikan mobilnya, sedangkan mobil di belakangnya hampir saja menabrak mobil Alex karena mengerem mendadak. "Keluarlah!" perintah Alex yang sudah naik pitam, ingin sekali ia melampiaskan emosinya kepada pengemudi tersebut. Namun, wajahnya tampak tak percaya bahwa yang ia protes adalah Richard. Ya, Richard si pengusaha sukses yang menjadi bos dari kekasihnya itu. Pria itu turun dengan jas dan kacamata hitam, ia melepaskan kacamata nya dan menaruh di saku jas tersebut kemudian tersenyum pada Alex. "Anda siapa? Berani-beraninya anda mengklakson saya tanpa sebab!" ujar Alex yang masih menyembunyikan rasa gugupnya, ia tidak berpikir bahwa Richard berada di sini secara kebetulan. "Kamu yang sudah bersikap kurang ajarkan sama anak saya? Kamu pikir kamu siapa? Tidak tahu diri, kalau kamu bersikap seperti ini lagi pada Dayana, saya tidak akan segan-segan mencabut saham saya dari perusahaan orang tuamu, paham?" tanya Richard yang masih menatap Alex penuh ketidaksukaan. Setelah mengatakan itu, Richard pergi dari hadapan Alex yang masih termenung di tengah jalan, untung saja beberapa mobil mengklakson dirinya agar tidak berlama-lama di tengah jalan tanpa ada keperluan. Alex yang sadar pun akhirnya cepat-cepat masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil tersebut ke arah kantornya. Di dalam perjalanan Alex masih memikirkan kata-kata Richard, kalau tidak salah ingat memang ada investor yang bernama Richard, mereka tidak pernah sebelumnya bertemu karena memang kebanyakan yang bertemu klien adalah ayahnya ~ Frans. "Bagaimana bisa aku tidak tahu daftar investor perusahaan? Bodoh sekali!" ujar Alex yang masih memikirkan prihal Dayana yang menjadi sumber masalah baru bagi dirinya dan juga perusahaan orang tuanya. *** Malam ini setelah urusan di kantor selesai, Alex pun langsung menuju rumahnya untuk beristirahat. Lelah sekali rasanya berada di luar seharian penuh seperti tadi. "Alex! Duduklah, ada yang ingin mama dan papa tanyakan," kata Georgia sambil memberi kode agar Alex segera duduk, pria yang baru saja sampai itu hanya menuruti saja perkataan ibunya. Setelah duduk, Frans dan Georgia menatap Alex tajam. Mereka tahu bahwa hal ini berat bagi Alex, namun harus dilakukan demi perusahaannya. "Apa benar kamu mengusir dan berkata tidak baik pada Yana tadi pagi?" tanya Georgia yang masih tidak percaya Alex mengusir seorang gadis begitu saja. "Aku hanya memperingati agar dia diam dan tidak banyak berkomentar atau pergi saja dari rumah ini. Lalu aku lihat dia betul-betul pergi, hanya itu," jelas Alex yang masih santai menjawab pertanyaan ibunya itu. Jawaban Alex rupanya membuat Georgia naik pitam, pasalnya Dayana adalah pewaris tunggal investor Richard membuat perusahaannya diambang kebangkrutan jika investor tersebut menyabut sahamnya. "Kamu memang tidak berguna! Masa kamu tidak tahu Dayana adalah putri Pak Richard? Barusan Pak Richard bilang kalau dia akan menyabut sahamnya jika kamu tidak berperilaku baik pada putrinya, jangan ulangi," ucap Georgia dengan kesal. Frans yang lebih tenang menghadapi masalah ini pun berusaha menenangkan istrinya yang memilik emosi yang meledak-ledak. "Lagi pula, memangnya kebahagian Dayana adalah tanggungjawab aku? Aku hanya berbicara seperti itu dan tidak membentaknya. Apa itu termasuk sebuah kesalahan juga?" tanya Alex yang masih tidak habis pikir dengan pemikiran Georgia. Sementara Frans hanya bisa mengangguk membenarkan perkataan putranya itu. "Yang dikatakan Alex ada benarnya, Ma. Lagian Alex juga tidak membentak Dayana, iya kan Alex?" tanya Frans memastikan, Alex mengangguk cepat. "Tentu saja aku tidak akan membentak perempuan," ucap Alex menyetujui pembelaan papanya itu. "Ah kalian berdua sama saja, pokoknya kalau Pak Richard menyabut semua sahamnya di perusahaan kita, mama pastikan kamu yang bertanggungjawab atas ini semua," ujar Georgia masih bersikeras bahwa Alexlah yang menjadi biang keladinya. Alex dan Frans menatap kepergian Georgia dengan heran, Georgia memang sangatlah ambisius pada perusahaannya. "Istirahatlah, kamu seharian udah urus kantor," ujar Frans sambil menepuk-nepuk pundak Alex kemudian berlalu dari ruang tamu meninggalkan pemuda itu sendirian. "Dunia semakin gila saja, demi uang orang menjadi gampang menunduk pada suatu hal," gumam Alex pelan sambil memijat keningnya yang sedikit pusing. Akhir-akhir ini ia seperti menjadi linglung karena banyak masalah yang cukup menganggu pikirannya, terutama Sena. "Dia sedang apa ya? Saat ini Richard ada di Australia, pasti gadis itu sendirian di sana," ucap Alex sambil menatap langit-langit ruang tamu. Ia masih tidak yakin bahwa Sena seperti itu, ia berkali-kali berharap bahwa saat itu dirinya salah lihat. Mungkin saja memang ada gadis yang sangat mirip di kantor Sena. Namun, kenyataannya pahit, itu adalah Sena kekasihnya. "Argh! Ada apa sih? Kenapa dia buat aku jadi frustasi seperti ini? Benar-benar perempuan yang tidak bisa dipercaya," gerutu Alex yang sangat sebal dengan perilaku Sena. Padahal ia selalu meluangkan waktu untuk gadis itu walaupun mereka sedang LDR. Tidak sadar, Alex pun berakhir tidur di ruang tamu karena merasa kelelahan. Bukan hanya fisiknya, namun hatinya juga lelah dipermainkan oleh banyak orang. *** Kring! Suara ponsel menyadarkan Alex yang masih tertidur pulas, pria itu berusaha menjawab telepon itu dengan baik walaupun masih terkantuk-kantuk. "Ya, halo?" "Lex, aku mau putus," kalimat itu berhasil membuat Alex yang masih setengah sadar menjadi memilik kesadaran penuh. Pemuda itu berharap bahwa permintaan itu hanyalah halusinasi atau bercandaan. "Hah?? Apa kamu bilang, jelasin kenapa kamu mau putus? Apa aku buat salah?" tanya Alex yang masih tidak percaya dengan isi telepon tersebut "Tidak ada alasan, aku cuma pengen lebih jujur aja pada diri sendiri," ucap Sena dengan nada penuh penyesalan, gadis itu merasa Alex terlalu baik padanya dan bertahan denganAlex membuat ia merasa terbebani dengan perasaan bersalah. "Jangan mengambil keputusan saat sedang banyak pikiran, lusa aku akan kembali ke Indonesia, kita akan bicarakan hal ini," kata Alex kemudian menutup ponselnya. Pemuda itu masih syok dengan ucapan Sena. Mereka sudah menjalani hubungan sejak lama, namun dengan mudah Sena mengatakan itu tanpa berpikir panjang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN