Aku meminta izin kepada Bapak Panglima TNI, aku ingin pergi ke sekolahku dulu.
Aku sangat merindukan guru-guruku, aku juga merindukan sekolah yang menjadi perjalanan hidupku.
Aku juga menyempatkan diri mengobrol dengan guruku, dengan pakaian santaiku. Tanpa mengenakan seragam dinas.
"Pak apa kabar?" sapaku dengan sangat ramah menyapa guru olahragaku.
"Kabar saya baik, kamu siapa?" tanya guru olahragaku.
Mungkin karena sudan lama berlalu sehingga guru olahragaku lupa denganku, aku akhirnya memberitahukan tentang aku.
"Iya wajar jika Bapak lupa dengan saya, Bapak saya adalah Adrian. Adrian si anak miskin dan malang," ucapku dengan tersenyum.
"Oh kamu nak Adrian, iya nak Bapak ingat. Kamu apa kabar?" tanya guru olahragaku dengan tersenyum.
"Puji Tuhan kabar saya sangat baik Pak, oia Pak saya sangat merindukan guru-guru yang lain ada di mana mereka?" tanyaku dengan tersenyum.
"Syukurlah Adrian jika kamu sehat, oia kamu sudah menikah?" tanya guru olahragaku.
"Sudah pak, saya juga memiliki empat orang anak. Yang paling besar sudah kelas satu SMP," jawabku dengan tersenyum.
Guru olahragaku, mengantarkan aku ke tempat guru-guru berkumpul.
Sepertinya guruku sangat heran, karena aku sudah memiliki empat orang anak.
Tiba-tiba ponselku berdering ternyata yang menghubungi putriku Debora, Debora meminta aku untuk segera menstransfer uang untuk uang sekolahnya. Ya ampun aku lupa menstransfer uang ke dia.
"Привіт тато, тато, що ти робиш? Тато зайнятий?
Pryvit tato, tato, shcho ty robysh? Tato zaynyatyy?"tanya putriku Debora dengan menggunakan Bahasa Ukraina.
(Halo Papa, Papa sedang apa? Apakah Papa sedang sibuk?)
"Привіт, моя дорога дочко, тато зараз в Манадо, сину. Тато не дуже зайнятий любий, тато йде до школи тато першим. Тобі справді потрібен тато моєї дочки?
Pryvit, moya doroha dochko, tato zaraz v Manado, synu. Tato ne duzhe zaynyatyy lyubyy, tato yde do shkoly tato pershym. Tobi spravdi potriben tato moyeyi dochky?" tanyaku dengan tersenyum.
(Halo putriku sayang, Papa sekarang sedang di Manado nak. Papa nggak terlalu sibuk sayang, Papa lagi ke sekolah Papa dulu. Kamu ada perlu banget dengan Papa putriku?)
"Так, тато, чи може тато зараз переказати мені гроші? Тому що мені потрібні татові гроші на навчання в школі,
Tak, tato, chy mozhe tato zaraz perekazaty meni hroshi? Tomu shcho meni potribni tatovi hroshi na navchannya v shkoli," pinta Debora putriku dengan tersenyum.
(Iya Papa, dapatkah Papa transfer uang ke aku sekarang juga? Soalnya aku butuh uang Papa untuk biaya uang sekolah,)
"Так, моя дорога донечко, тато передає так. Хочеш сувенір від Манадо, тато пришле його пізніше. Не будь неслухняним, дитино!
Tak, moya doroha donechko, tato peredaye tak. Khochesh suvenir vid Manado, tato pryshle yoho piznishe. Ne budʹ neslukhnyanym, dytyno!" titahku kepada putriku Debora.
(Iya putriku sayang, Papa transfer iya. Kamu mau nggak oleh-oleh dari Manado, nanti Papa kirim. Kamu jangan nakal iya nak!)
"Так, тато, татові гроші вже є. Я не пустотник, чому я просто закохався в сусідку,
Tak, tato, tatovi hroshi vzhe ye. YA ne pustotnyk, chomu ya prosto zakokhavsya v susidku," ungkap Debora dengan tersenyum.
(Iya Papa, sudah masuk uangnya Papa. Aku nggak nakal kok aku hanya jatuh cinta dengan tetangga sebelah,)
"Де Дебора Мама? Тато хоче поговорити з мамою,
De Debora Mama? Tato khoche pohovoryty z mamoyu," pintaku kepada Debora.
(Debora mana Mama? Papa mau bicara dengan Mama,)
"У мами є тато, зачекай, тато. Мама на кухні,
U mamy ye tato, zachekay, tato. Mama na kukhni," ucap Debora dengan tersenyum.
(Mama ada Papa, tunggu sebentar iya Papa. Mama sedang di dapur,)
Selang dua menit, akhirnya aku dapat mengobrol dengan istriku Tiara.
"привіт любий що сталося? Я був зайнятий приготуванням їжі, Дебора сказала, що ти хочеш поговорити зі мною. про що ти хочеш поговорити?
pryvit lyubyy shcho stalosya? YA buv zaynyatyy pryhotuvannyam yizhi, Debora skazala, shcho ty khochesh pohovoryty zi mnoyu. pro shcho ty khochesh pohovoryty?" tanya Tiara istriku dengan keheranan.
(Halo sayang ada apa? Aku sedang sibuk memasak, Debora bilang kamu ingin bicara penting denganku. Kamu mau bicara apa?)
"Ви знаєте, що Дебора закохана в сусіда? Чому б вам не заборонити? Він був ще малий, від нього ще пахло кенкуром.
Vy znayete, shcho Debora zakokhana v susida? Chomu b vam ne zaboronyty? Vin buv shche malyy, vid nʹoho shche pakhlo kenkurom." ucapku dengan menasehati Tiara.
(Kamu tau Debora sedang jatuh cinta dengan tetangga sebelah? Kenapa nggak kamu larang? Dia itu masih kecil masih bau kencur, masih belum pantas untuk pacaran Tiara. Awas saja jika nilainya jeelek-jelek!)
"Це просто любовна мавпочка, не хвилюйся. я буду дивитися,
Tse prosto lyubovna mavpochka, ne khvylyuysya. ya budu dyvytysya," ucap Tiara dengan mencoba menenangkanku.
(Itu hanya cinta monyet sayang, jangan khawatir. Aku akan pantau,)
Karena sinyalnya jelek, dengan terpaksa dan mau tak mau aku yang sedang berbicara dengan istriku terputus.
Aku yang pasih berbahasa asing, membuat guruku berdecak kagum.
Guruku sangat kaget dan keheranan, sehingga mereka bertanya-tanya.
"Adrian kamu tadi berbahasa asing? Bahasa Negara mana itu?" tanya guru Bahasa Indonesiaku.
"Bahasa Ukraina Ibu," jawabku dengan tersenyum.
"Wah hebat, kamu dapat istri orang bule. Istrimu asli Ukraina?"tanya guru Bahasa Indonesiaku.
"Istri saya orang Indonesia, asli Papua. Kami berdua bertemu di Papua dan menikah," jawabku dengan tersenyum.
Guru-guru yang lain, menatapku dengan seksama. Apakah ada yang salah denganku? Aku jadi salah tingkah di buatnya. Tetapi aku merasa, tidak berbuaat salah apa pun itu? Entahlah semoga saja itu hanya pra sangka aku saja. Apa mungkin mereka sangat kagum terhadap aku? Anak Desa yang memiliki kemampuan memiliki kemapuan berbahasa asing? Tetapi yasudahlah, yang penting aku sangat bahagia sekali. Karena aku dapat bertemu dengan guru-guruku, semasa aku sekolah dulu.
Sebenarnya aku juga sangat merindukan kawan-kawanku semasa aku sekolah SmA dulu. Apa kabar iya mereka? Sahabtku di masa lampau, yang aku sangta sayangi dan cintai. Tetapi apakah mereka berubah dan menjadi pribadi yang baik, semoga saja mereka berubah menjadi kepribadaian dan kedewasaaan yang baik sekali. Aku sangat bahagia sekali, jika aku dapat di pertemukan oleh kawan Sma aku dulu. Kami pernah berjuang bersama, di sekolah ini. Pernah mengukir prestasi bersama di sini. Jadi kami harus tetap semangat dalam meraih mimpi dan asa, harus tetap semangat dan berjuang demi meraih mimpi dan asa. Jika kita sudah meraihnya, langkah selanjutnya adalah mempertahankannya. Karena mempertahankanlah yang paling susah dan sulit.
Bersambung.