Menjadi Ajudan Bapak KASAL

2329 Kata
Tidak terasa, aku di Jakarta sudah ditugaskan sebagai Ajudan Bapak KASAL. Sekarang aku di percaya menjadi Ajudan Bapak Panglima TNI. Ada suatu kebanggaan dari diriku. Aku melepas rindu, melepaas perpisahan kepada kawan-kawanku sesama Ajudan Bapak KASAL. "Kawan-kawanku, rekan-rekan sejawat militerku saya pamit. Mohon izin, saya doakan kalian semimua sukses selalu. Kita semua pasti akan bertemu lagi," ucapku sebelum berpisah dengan rekan-rekan sejawatku. "Sama-sama Adrian, aku doakan kesuksesan untukmu. Kau harus sukses Adrian," ucap mereka semua dengan memelukku.  Kami semua memeluk, dengan berlinangan air mata. Aku juga berpamitan kepada Bapak KASAL, aku mengucapkan banyak terima kasih dan kesehatan untuk beliau beserta sekeluarga. "Bapak saya mohon izin pamit, saya mulai hari ini dan pertanggal ini. Sudah mulai bertugas di kediaman Bapak Panglima TNI, saya doakan Bapak beserta Ibu serta sekeluarga sekalian sehat selalu," ucapku dengan tersenyum. "Terima kasih banyak Adrian, selama kau ditugaskan di sini kau adalah Ajudan kesayanganku. Hari ini kau di tugaskan menjadi ajudan Bapak Panglima TNI, doaku untukmu semoga kau sukses selalu dan karier militer kamu bagus dan baik," ucap Bapak KASAL dengan tersenyum. Setelah selesai, aku dan Bapak KASAL saling mendoakan. Aku membawa ransel dan tas koperku menuju kekediaman Bapak Panglima TNI. Aku langsung menghadap Bapak Panglima TNI, memperkenalkan diri dan memberikan hormat secara langsung kepada beliau. "Hormat saya Jenderal, perkenalkan saya Adrian. Salam hangat dan hormat dari saya, saya janji akan mengabdi menjadi ajudan terbaik Jenderal. Terima kasih banyak Jenderal karena telah memilih dan mempercayai saya sebagai ajudan Bapak Jenderal," ucapku dengan memberikan hormat kepada Bapak Panglima TNI. "Iya Adrian, semoga kau betah di sini. Aku memilih kamu karena semangatmu yang tinggi dan membara," ucap Bapak Panglima TNI dengan tersenyum. Aku berkenalan dengan rekan sejawatku, sesama ajudan di sini. Ada sepuluh orang Ajudan. Aku membaur mendekatkan diri dan mengakrabkan diri. Aku sangat akrab dengan sepuluh kawanku di sini, tetapi yang akrab sekali hanya tiga orang. Iwan, Andi dan Ismail. Iwan asli dari Minahasa, Andi asli dari Pemalang Jawa Timur sedangkan Ismail asli dari Batam. Kami bertiga sangat kompak dan solid, bahkan jika libur kerja pun kami selalu bersama-sama. "Target yang ingin kau raih apa Adrian di dalam hidupmu?" tanya Iwan dengan tersenyum ke arahku. "Target yang ingin aku raih, sangat banyak. Tetapi aku ingin meraih kesuksesan dari targetku, aku percaya akan kekuatan cinta dan doa. Jika itu memang yang terbaik," jawabku dengan tersenyum. "Kalau apa target yang ingin kau raih Iwan?" tanyaku balik kepada Iwan. "Aku ingin karier militerku bagus," jawab Iwan singkat. "Amien semoga kita dapat sukses bersama," ucapku dengan tersenyum. "Adrian besok aku mulai bekerja di pabrik sebagai pengawas, kamu mau ikut aku bekerja nggak di pabrik juga?" tanya Iwan kepadaku. "Boleh dech aku mau Iwan," jawabku dengan tersenyum. Aku menerima tawaran Iwan, untuk bekerja di pabrik yang sama dengan Iwan karena demi menambah pundi-pundi rupiah untuk menyenangkan dan membahagiakan orang-orang yang aku sayangi. Sekarang aku dan Iwan, sudah rapih dan sudah bersiap-siap untuk bekerja di pabrik.  "Kerja kita nggak terlalu capek Adrian di sini, hanya menjadi pengawas saja. Seminggu gaji kita dua ratus dolar lumayan kan," ucap Iwan dengan tersenyum. "Ok Iwan, terima kasih iya Iwan sudah bantu aku kerja di sini. Gajinya sangat lumayan besar bisa tambahan aku," ucapku dengan tersenyum. "Sama-sama kawan, ok ayo kita kembali bekerja!" ucap Iwan dengan tersenyum. Aku berjaga dengan lima orang lainnya, mengontrol dan mengecek secara berkeliling dengan berpencar. Sedangkan Iwan berjaga di luar, bersama rekanan yang lain. Aku beristirahat bergantian, aku makan di jam istirahat hanya makan roti dan s**u saja. Tiba-tiba ponselku berdering, ternyata yang menghubungi aku ada Debora. "Hallo papa, heeft papa het druk?" tanya putriku Debora. (Halo Papa, apakah Papa sedang sibuk?) "Ja, mijn dochter Deborah, schat, wat is er aan de hand, zoon? Papa werkt nu in de fabriek als opzichter voor mijn lieve dochter. Papa rust, zoon." tanya dan ungkapku dengan memberikan penjelasan kepada Debora putriku. (Iya nak putriku Debora sayang, ada apa nak? Papa sedang bekerja di pabrik sekarang sebagai pengawas putriku sayang. Papa sedang beristirahat nak,) "Papa Mama kwam het ziekenhuis binnen en viel van de trap, ik had echt geld nodig om mama te opereren. Mama moet geduldig en standvastig zijn, zodat er snel een blauwe baby wordt geboren," jawab putriku Debora dengan menitikan air matanya. (Papa Mama masuk ke rumah sakit jatuh dari tangga, aku sangat membutuhkan biaya untuk mengoperasi Mama. Mama harus sabar dan tabah jadi bayi biru akan segera di lahirkan,) "Ja mijn lieve dochter, je huilt niet en verdrietig schat. Papa houdt van je. Het is oké als het voor het welzijn van je zus is om nu geboren te worden," jawabku dengan tersenyum. (Iya putriku sayang, kamu jangan menangis dan sedih sayang. Papa sayang kamu nak. Iya nggak apa-apa jika demi kebaikan adikmu harus dilahirkan sekarang,) "Pap, wanneer is de overplaatsing? Is het mogelijk om het geld nu over te maken?" tanya putriku Debora dengan tersenyum. (Papa kapan transfernya? Kalau sekarang transfer uangnya bisa nggak?) "Kan schat, Papa overdragen ja schat. Niet meer huilen en verdrietig zijn," ucapku dengan tersenyum. (Bisa sayang, Papa transfer iya sayang. Sudah jangan nangis dan sedih lagi,) Setelah mengakhiri panggilanku bersama putriku Debora, aku segera menstrafer uang lima juta rupiah. Untuk putriku, aku meminta Debora memberikan moment Tiara tatkala melahirkan Balon biru. Melahirkan putra bungsuku. Aku sudah menyiapkan nama Elang Wicaksana. Ketika perjalanan pulang, dari pabrik menuju kediaman Bapak Panglima TNI. Iwan melirikku dan menegurku. "Hey bro! Why are you daydreaming? Like there's something on your mind. tell me," tanya Iwan kepadaku dengan melirik dan menatapku. (Hey bro! Kenapa kau melamun? Seperti ada sesuatu yang kau pikirkan. Ceritalah kepadaku,) "My wife Tiara bro, she fell and had to be rushed to the hospital. Tiara had to give birth to our youngest child immediately, Tiara was even very sorry for the struggle to give birth to my baby at the age of seven months. Last night my daughter called me," jawabku dengan kesedihan mendalam menceritakan kepada Iwan. (Istriku Tiara bro, dia terjatuh dan harus di larikan ke rumah sakit. Tiara harus segera melahirkan anak bungsu kami, Tiara bahkan sangat kasihan sekali yang berjuang melahirkan bayiku di usia kandungannya yang masih tujuh bulan. Tadi malam putriku menghubungiku,) "Sudah Adrian kau jangan sedih lagi, aku doakan istrimu nggak apa-apa. Istrimu melahirkan dengan selamat," ucap Iwan dengan tersenyum. Setibanya aku di asrama, aku langsung menghubungi Debora, ternyata istriku Tiara baru saja melahirkan. Wajahku sangat ceria, sangat gembira. "Привіт, Дебора, моя дорога дочко, як справи? Мама народила, любий? Pryvit, Debora, moya doroha dochko, yak spravy? Mama narodyla, lyubyy?" tanyaku dengan menggunakan bahasa Ukraina. (Halo Debora putriku sayang, gimana nak? Apakah Mama sudah melahirkan sayang?) "Привіт мій любий тато, так, тато, мама тільки що народила, Pryvit miy lyubyy tato, tak, tato, mama tilʹky shcho narodyla," jawab Debora dengan tersenyum. (Halo Papaku sayang, iya Papa Mama baru saja melahirkan,) "Будь ласка, назвіть свого молодшого брата на ім’я Еланг Вікаксана. Дай мені, будь ласка, ім’я, синку, в майбутньому його кар’єра в армії буде блискучою. Тато був у цьому впевнений, Budʹ laska, nazvitʹ svoho molodshoho brata na imʺya Elanh Vikaksana. Day meni, budʹ laska, imʺya, synku, v maybutnʹomu yoho karʺyera v armiyi bude blyskuchoyu. Tato buv u tsʹomu vpevnenyy," ungkapku dengan penuh kecerian. (Tolong berikan Nama untuk Adik lelakimu, dengan nama Elang Wicaksana. Tolong kasih nama itu iya nak, kelak kariernya akan cemerlang di Angkatan Darat. Papa sudah yakin itu,) "Добре, тато, дуже гарне ім’я для мого дуже гарного брата, його обличчя дуже гарне, як і тато. Тато, я хочу вийти заміж у ВПС, у нас є новий сусід по сусідству. Його обличчя дуже гарне і чарівне, Dobre, tato, duzhe harne imʺya dlya moho duzhe harnoho brata, yoho oblychchya duzhe harne, yak i tato. Tato, ya khochu vyyty zamizh u VPS, u nas ye novyy susid po susidstvu. Yoho oblychchya duzhe harne i charivne," ungkap putriku Debora dengan tersenyum. (Baik Papa, nama yang sangat bagus untuk Adikku yang sangat tampan, wajahnya sangat tampan mirip seperti Papa. Papa aku ingin menikah dengan Angkatan Udara, ada tetangga baru di sebelah rumah kita. Wajahnya sangat tampan dan menggemaskan,) "Дебора, моя дорога дочко, звичайно, можеш, сину. Ви хочете одружитися на військово-повітряних силах, флоті та армії. Я не проти, але пізніше після того, як ти закінчиш коледж. Тепер у твоєму житті ще багато досвіду, синку, правда? Debora, moya doroha dochko, zvychayno, mozhesh, synu. Vy khochete odruzhytysya na viysʹkovo-povitryanykh sylakh, floti ta armiyi. YA ne proty, ale piznishe pislya toho, yak ty zakinchysh koledzh. Teper u tvoyemu zhytti shche bahato dosvidu, synku, pravda?" ucapku dengan tersenyum. (Debora putriku sayang, tentu boleh saja nak. Kamu ingin menikah dengan Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Angkatan Darat. Nggak Papa permasalahkan, tetapi nanti setelah kamu lulus kuliah. Sekarang pengalaman hidupmu masih banyak nak, secara kan kamu juga baru masuk kelas atu SMP,) "Добре, командире, але тато, чи можу я одружитися з новим гарним сусідом. Мені дійсно подобається, Dobre, komandyre, ale tato, chy mozhu ya odruzhytysya z novym harnym susidom. Meni diysno podobayetʹsya," jawab Debora dengan tersenyum. (Baik Komandan, tetapi boleh kan Papa aku menikahi tetangga baru kita yang tampan itu. Aku suka sekali,) "Нічого страшного, якщо молода людина краще і красивіше. Тато одружиться на вас двох після того, як ви досягнете успіху, Nichoho strashnoho, yakshcho moloda lyudyna krashche i krasyvishe. Tato odruzhytʹsya na vas dvokh pislya toho, yak vy dosyahnete uspikhu," ungkapku dengan tersenyum. (Boleh saja, jika pemuda tersebut lebih baik dan lebih tampan. Papa akan menikahkan kalian berdua setelah kamu sukses,) Setelah aku dan putriku Debora, mengakhiri telepon kami berdua. Aku sangat penasaran, seperti apa pemuda yang di taksir oleh putriku Debora? Apakah dia layak menjadi menantuku kelak? Semoga saja memang pemuda tersebut, yang akan menjadi jodohnya Debora. Iwan sahabatku yang melihat langsung menegurku. "Pourquoi es-tu juste en train de rêvasser ?" tanya Iwan kepadaku. (Kau kenapa bro melamun saja?) "Je suis confus frère, à propos de ma fille Deborah. Ma fille Deborah m'inquiète," jawabku dengan wajah di tekuk. (Aku bingung bro, tentang putriku Debora. Debora putriku membuatku cemas,) "Qu'est-ce qui ne va pas avec ta fille frère?" tanya Iwan dengan sangat penasaran. (Memangnya kenapa dengan putrimu bro?) "Ma fille est amoureuse d'un jeune homme qu'on dit beau, fringant et charmant. Je suis très curieux au sujet de l'Air Force?" ungkapku dengan tersenyum getir. (Putriku sedang jatuh cinta, dengan pemuda yang katanya tampan, gagah dan menawan. Aku sangat penasaran dengan Angkatan Udara tersebut?) "Ne vous inquiétez pas, votre fille est amoureuse. Ce doit être juste de l'amour de singe," ucap Iwan dengan tersenyum. (Kau tidak perlu khawatir, putrimu sedang kasmaran. Pasti hanya cinta monyet saja,) "Pouvez-vous parler français?" tanyaku dengan menatap Iwan. (Kau bisa bahasa Perancis?) "Bien sûr que vous pouvez, j'étais dans la Marine. J'ai été affecté en France," jawab Iwan dengan tersenyum. (Tentu saja bisa, aku pertama kali bergabung di Angkatan Laut. Aku di tugaskan di Perancis,) "Wow, c'est super, ma première fois en Papouasie. Vers le nouveau Liban vers l'Ukraine et la France," ungkapku dengan tersenyum. (Wah bagus banget, aku pertama kali di Papua. Terus ke Lebanon baru ke Ukraina dan Prancis,) Aku dan Iwan tak tau, jika ada dua sahabat kami Ismail dan Andi. "You guys only speak English, I can't speak the two of you earlier. Please only Indonesian or English," ucap Andi dan Ismail secara bersamaan. (Kalian berbahasa Inggris saja, aku nggak bisa bahasa kalian berdua yang tadi. Tolong bahasa Indonesia atau inggris saja,) "Ok bro, sorry yes we suddenly speak French. I'll teach you two later if you want to be good at French," ucapku dengan tersenyum. (Ok bro, sori iya kami tiba-tiba berbahasa Prancis. Nanti aku ajarkan kalian berdua jika ingin pandai berbahasa Prancis,) "Seriously you want to teach me French?" tanya Ismail dan Andi secara bersamaan dengan menatapku. (Serius kamu mau mengajariku bahasa Prancis?) "Yes of course, I can teach you French. I can teach you when I have free time," jawabku dengan tersenyum menatap lekat ke wajah mereka berdua. (Iya tentu saja, aku dapat mengajari kamu bahasa Prancis. Aku bisa mengajarimu jika waktuku senggang,) "Yeah bro, you two take it easy. Adrian and I we will both teach you both French," ucap kawanku Iwan yang ikut menimpali. "Thank you very much bro, you two want to teach me French. I hope I can be smart," ungkap mereka berdua dengan tersenyum sehingga menatap ke arahku. (Terima kasih banyak iya bro, kalian berdua mau mengajariku Bahasa Prancis. Semoga saja aku dapat pandai,) "Amien bro," ucapku dan Iwan secara bersamaan. Setelah selesai berbincang, aku yang sangat lelah dan capek akhirnya memutuskan untuk segera tertidur. Aku berpamitan kepada tiga kawanku, aku meminta izin untuk tidur terlebih dahulu. "Bro I said goodbye first, yes, really sleepy bro. I'm sleeping, yeah," ucapku dengan tersenyum. (Bro saya pamit terlebih dulu iya, ngantuk banget bro. Saya tidur dulu iya,) Aku melangkahkan kakiku, menuju kamarku. Aku segera beristirahat dan tidur. Sebelum tertidur, aku berdoa untuk anak-anak dan istriku serta keluargaku. Aku sengaja menyetel alarm, jam setengah lima. Aku ingin mandi dan berolahraga dulu. Sebelum aku menemani Bapak Panglima TNI. Hari ini aku sangat sibuk, melakukan pengawalan Bapak Panglima TNI. "Adrian kampung halamanmu Manado kan iya?" tanya Bapak Panglima kepadaku. "Iya Jenderal, kampung halaman saya di Manado. Saya ada Mami, Papi, Ayah dan Ibu yang ada di Manado. Aku sangat bahagia dan bersyukur memiliki kampung halaman di Manado," ucapku dengan tersenyum. "Minggu depan kita ke Manado, nanti kita kunjungi Markas TNI AD, TNI AL dan TNI AU. Kita nanti menginap," ucap Bapak Panglima dengan tersenyum. "Baik Jenderal," jawabku dengan tersenyum. Padahal aku ingin meminta cuti ke Papua, untuk menemui anak-anak dan istriku. Aku sangat penasaran sekali, aku sangat penasaran dengan pemuda yang mampu membuat putri kesayanganku Debora. Tetapi ini tugas negara, tugas negara sangat penting sekali. Aku akan mengawal Bapak Panglima TNI ke kampung halamanku Manado. Di Manado, aku dan Bapak Panglima menginap di rumahku. Bahkan Ayah dan Ibu memasakan makanan yang sangat enak dan lezat untuk aku dan Bapak Panglima TNI. Aku dan Bapak Panglima makan banyak sekali, sehingga membuatku gemuk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN