Penugasan Ke Ukraina

1005 Kata
Aku bersama reanku selama seminghu berada di barak Indobat, aku dan rekan-rekanku kami berlatih selama seminggu. Aku yang sedang berlatih bersama kawan-kawanku. Kini sedang bersiap-siap untuk segera berangkat ke Ukraina selama kita akan dinas. Selama di perjalanan, selama aku di dalam pesawat. Aku dan rekanku, kini sedang sibuk iya kami sedang sibuk belajar bahasa Ukraina. Supaya nanti kami semua dapat beradaptasi dengan baik. Kami harus dapat berinteraksi dengan baik. Kami jangan sampai membuat kesalahan sedikit pun, setibanya kami Pasukan Garuda dari tiga matra TNI, dari ke tiga kesatuan kami tiba di Ukraina. Setibanya aku dan para prajurit terbaik pilihan negara, kami semua di sambut dengan baik oleh masyarakat sekitar. Kami langsung membaur dengan para prajurit dari seluruh belahan dunia aku di sini memiliki sahabat bernama Kim Soek Jin Prajurit TNI AL asal Korea Selatan. Soek Jin adalah kawan terbaikku, selama aku dinas di Ukraina. Aku dan Soek Jin, berbahasa mempergunakan Bahasa Korea dan Bahasa Indonesia. Ketika lkami sedang berdua. Tetapi kita kami sedang berbaur dengan masyarakat Ukraina, kami mempergunakan Bahasa Ukraina atau Bahasa English.  Soek Jin banyak bercerita kepadaku, ia memiliki kekasih bernama Sarah. Gadis asal Indonesia yang berasal dari kota Bandung. "Aku bisa berbahasa Indonesia, karena aku di ajarkan oleh pacarku yang bernama Sarah. Sarah berkewanegaraan Indonesia, asli Bandung jawa barat. Gadis yang sangat saya sayangi dan cintai," terang Soek Jin sambil bercerita kepadaku. "Kalian sudah berapa lama berpacaran?" tanyaku kepada Soek Jin. "Kami sudah hampir lima bulan," jawab Soek Jin dengan senyuman di wajahnya. "Wah kau hebat, pacaran sudah sangat lumayan lama. Semoga kalian berjodoh," ucapku dengan senyuman. "Amien Adrian, semoga saja kami berjodoh. Aku sudah menyiapkan uang dan cincin utuk menikahi Sarah. Aku sudah mempersiapkan itu semua," ucap Soek Jin dengan senyuman. "Wah kau hebat sekali, kau bahkan sudah menyiapkannya secara matang. Aku doakan semoga di pelancar," ucapku dengan senyuman. "Iya Adrian saya sudah mrnyiapkannya, kira-kira mau nggak iya Sarah aku nikahi dan aku bawa ke Korea?" tanya Soek Jin kepadaku. "Menurutku mau saja, apalagi kalian sudah mau menikah. Tetapi sebaiknya kamu tanya saja kepada sang pujaan hatimu," ucapku dengan memberikan solusi kepada Soek Jin. "Besok aku akan telepone Sarah, terima kasih kau telah memberikan solusi kepadaku. Thanks sarannya," ucap Soek Jin dengan senyuman. Aku dan Soek Jin berpisah, aku ke markas Indobat. Aku yang sangat lelah sehabis melakukan penjagaan secara gabungan. Kini kami, sedang beristirahat sejenak. Kami sedang beristirahat. Aku segera tertidur. Aku tidur selama tiga jam. Aku yang sudah tidur selama tiga jam. Aku segera bangun dan mandi. Aku mandi dengan air hangat, karena di Ukraina sangat dingin sekali. Aku yang sudah mandi, kini mengenakan rompi anti peluru dan seragam dinas lorengku. Aku dan para prajurit di sini akan melakukan pengawalan di rumah Bapak Walikota Ukraina. Karena Bapak Ukraina sedang di teror oleh orang yang tidak di kenal. Aku melihat ada kurir pengantar barang, kurir pengantar barang tersebut menembakan sesuatu ke arah lenganku. Otomatis aku tumbang dan terjatuh. "Bertahanlah Adrian, kau harus kuat Adrian. Kami akan membawamu segera ke rumah saki," ucap suara sayup-sayup yang aku dengar. Aku merasa semuanya gelap, seakan tanpa cahaya. Semuanya gelap, aku merasakan semua tubuhku mati rasa. Aku berserah diri kepada Tuhan, jika memang ini menjadi takdirku jika aku harus mati dan merenggang nyawa. Tetapi aku teringat kedua anakku dan istriku, serta kedua orang tua kandung dan ke dua orang tua angkatku. Aku berdoa di dalam hati, kepada Tuhan. Aku ingin hidup, aku masih ingin berjuang demi keluargaku. Demi menjadi prajurit yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Ada pergejolakan perperang batin. Aku masih ingin hidup, sehingga lambat laun yang awalnya gelap aku menuju cahaya putih yang sangat menyilaukan mataku. "Akhirnya kamu sudah melewati koma," ucap Iwan dengan menangis. "Hey Iwan! Sudahlah jangan menangis, kau ini Prajurit menangisnya yang cool jangan sesegukan seperti itu," ucapku dengan menitikan air mata. "Terima kasih Iwan kau sudah menjagaku selama aku koma," ucapku dengan senyuman. "Sama-sama Adrian, tetapi ada lima prajurit lain juga yang menjagamu bergantian, bahkan sahabatmu Soek Jin juga menjagamu," terang Iwan dengan tersenyum. "Aku lapar sekali," ucapku dengan tersenyum. "Sebentar lagi mungkin makananmu akan datang, sabarlah Adrian kamu menunggu makananmu datang nanti aku suapin," ucap Iwan dengan senyuman. "Wah Iwan terima kasih banyak, tetapi apakah aku tidak merepotkanmu?" tanyaku kepada Iwan. "Merepotkan apanya, kita ini kan sama-sama Prajurit. Susah senang kita tanggung bersama saling bahu membahu," ungkap Iwan. Benar saja, makanan datang di bawakan oleh perawat. Aku di suapin oleh Iwan. Setelah habis, aku mengelapnya dengan tisu basah. Aku sangat mengantuk sekali sehabis meminum obat dan vitamin. Setelah selesai aku langsung tertidur, ketika aku terbangun sudah ada Bapak Panglima dan Bapak KASAL. Bapak Panglima dan Bapak Kasal menjenguku, aku sangat bahagia dan tersanjung. Karena dapat kunjungan langsung dari orang-orang penting seperti ke dua Bapak kami di TNI. "Adrian cepat sembuh nak, kamu harus bangkit demi nama baik kesatuanmu. Demi keluargamu," ucap Bapak KASAL. "Siap Jenderal," jawabku dengan ketegasan. "Ayo Adrian bangkit nak, cepat sembuh Adrian. Setelah pulang dari Ukraina pangkatmu naik Lettu, bahkan bisa menjadi Letkol. Kalau mau menjadi Letkol kamu harus lakukan usaha yang lebih ekstra lagi sebagai seorang Prajurit TNI yang baik," ucap Bapak Panglima dengan tersenyum. "Siap Jenderal," jawab aku dengan ketegasan. Aku di rawat selama tiga hari, aku sangat lemah dan tak bertenaga berusaha untuk bangkit dan sembuh. Aku kini sudah tidak berada di rumah sakit. Aku sudah berada di Barak kesatuanku. Aku kini sudah mengenakan rompi anti peluru dan seragam dinas. Aku dan kawan-kawanku, berjuang untuk bertahan dari para musuh yang sedang melakukan sandera kepada anak-anak. Aku berjuang demi ekstra, supaya aku jangan sampai tertembak lagi. Tetapi jika aku harus ke tembak lagi. Mau nggak mau, aku harus bertahan. Aku memberondong tembakan memberondong pelaku sandera tersebut dengan amarah yang membara, sedangkan kawanku membantu menyelamatkan anak-anak. Syukurlah anak-anak yang kami selamatkan tidak apa-apa, jadi aku dapat berjuang menolong anak-anak tersebut. Aku mengantarkan anak-anak yang terluka parah ke rumah sakit. Aku ingin anak kecil ini selamat. Karena ternyata anak ini terkena satu peluru. Aku ber doa kepada Tuhanku. Agar anak kecil tersebut terselamatkan. Aku berdoa dengan sangat khusyu. Hingga menitikan air mataku. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN