Untuk Apa Meminta Maaf Jika Tak Tulus

1022 Kata
Aku merasa apa yang Ragil fitnahkan untukku, sungguh sangat keterlaluan sekali. Aku menghamipirinya dan bertanya maksudnya apa dia memfitnah aku seperti itu. "Ragil kamu kenapa?" tanyaku. "Aku nggak apa-apa Adrian," jawab Ragil dengan santainya. "Kenapa kamu jahat Ragil?" tanyaku kepadanya dengan emosi yang sudah meningkat. "Aku nggak paham Adrian," jawab Ragil dengan santainya. "Kamu nggak paham? Kamu yakin nggak paham?" tanyaku dengan tatapan sengit. "Iya aku memang nggak paham," jawab Ragil dengan singkat. "Untuk apa kau meminta maaf, jika kamu memfitnah aku. Kau tak pernah berubah Ragil," ucapku dengan nada meninggi. "Aku minta maaf Adrian, tolong maafkan aku Adrian. Maafkan atas kesalahanku," ungkap Ragil dengan permintaan penuh penyesalan. "Baiklah aku akan memaafkan, aku akan memaafkan semua kesalahanmu. Kesalahan yang kamu lakukan kepadaku," ucapku dengan tersenyum ketus. Aku kini sedang berbaris-baris bersama rekanku, kami sedang melakukan pengamanan. Setelah usai, aku pulang sekitar jam delapan pagi. Aku menaiki motorku menuju rumahku, setibanya di rumah aku langsung mandi. Setelah selesai mandi, aku langsung merebahkan diriku di atas kasur kesayanganku. Aku terbangun jam tiga sore, aku terbangun karena mencium semerbak bau kue yang sangat harum dan mewangi. Setelah aku terbangun, aku dsegera mandi. Setelah rapih aku menghampiri istriku. Yang rupanya sedang membuat kue untukku. "Sayang kamu membuat kue dalam rangka apa?" tanya dengan tersenyum. "Sayang aku membuatnya untuk kamu, sebagai penyemangat kamu selama kamu tugas di Ukraina," ucap Istriku Tiara dengan tersenyum. "Terimakasih sayang, kau sungguh istri yang sangat baik dan pengertian. Love you sayang," ungkap aku dengan tersenyum. Setelah kue matang, Tiara langsung menyuguhkan kepada kami. Aku sangat bahagia, memiliki istri yang cantik seperti Tiara. Sudah cantik, baik hati dan pandai memasak lagi. Bahkan Tiara masakannya lebih enak dari apa pun itu, rasanya sangat enak sekali. Aku bersyukur memiliki istri yang sangat baik, seperti Tiara. Perutku sangat lapar sekali walau pun aku sudah makan banyak kue. Tanpa sadar perutku berbunyi dan mengeluarkab suara. "Sayang kamu lapar?" tanya Tiara kepadaku. "Iya sayang, aku sangat lapar sekali. Tolong buatkan aku mie instan dengan telur dan Bakso," titahku kepada Tiara. "Papa waarom instant noedels eten? Niet goed voor de gezondheid, ik zal Papa gezonde pap maken. Mama ga gewoon naast papa zitten zodat ik de pap kan koken voor ons om te eten." ucap Debora dengan menasehatiku. (Papa kenapa makan mie instan? Tidak baik untukn kesehatan, saya akan buatkan Papa bubur sehat. Mama duduk saja di samping Papa biar saya saja yang memasak bubur untuk kita makan,) Debora memasak bubur sehat, bubur tersebut berasal dari negara asalnya Neterland. "Papa en mama zijn klaar, laten we samen eten!" ajak Debora dengan menyungingkan senyumannya. (Papa dan Mama sudah jadi, ayo kita makan bersama-sama!) "Ja zoon, dank je mijn lieve dochter. Yamie is echt een goede smaak," pujiku terhadap masakan Debora putriku. (Iya nak, terima kasih putriku sayang. Yamie sungguh cita rasa yang enak sekali,) "Dankjewel mijn lieve dochter," ucap Tiara dengan senyuman. (Terima Kasih putriku sayang,) "Graag gedaan mama en papa," ucap Debora dengan senyuman. (Sama-sama Mama dan Papa,) "Mama en papa, de pap die ik maak is heel gezond, je kunt het ook eten voor het eten van Bayu's zus. Bayu vindt het vast leuk," ucap Debora dengan tersenyum. (Mama dan Papa bubur yang saya buat sangat sehat, bisa juga di makan untuk makanan adik Bayu. Pasti Bayu suka,) "Ja Deborah mijn lieve dochter, dank je zoon. Je bent een heel vriendelijke prinses," ucapku dengan tersenyum. (Iya Debora putriku sayang, terima kasih nak. Kamu memang putri yang sangat baik hati,) Setelah selesai kami makan sore, aku mengajak keluargaku untuk menonton TV. Aku sangat merindukan Indonesia pastinya, apalagi aku di Ukraina selama dua tahun. "lieve jij waarom?" tanya Tiara memecah lamunanku. (Sayang kamu kenapa?) "Ik ben oké schat," jawabku dengan sangat singkat. (Aku tidak apa-apa sayang,) "Je liegt schat, kom op schat, vertel de waarheid. Lieg nooit tegen elkaar," ucap Lydia dengan memanyunkan bibirnya. (Kamu bohong sayang, ayolah sayang katakan yang sejujurnya. Jangan ada dusta di antara kita,) "Morgen vertrek ik naar Oekraïne, we gaan uit elkaar, schat. Hoewel ik je zo erg mis," ungkapku dengan ekpresi penuh kesedihan. (Besok aku akan berangkan tugas ke Ukraina, kita akan berpisah sayang. Padahal aku sangat merindukanmu,) "Ja schat, wees een stoere soldaat, moge God je altijd beschermen. Ik hou heel veel van je, mijn ridder," ucap Tiara memberi penyemangat kepadaku. (Iya sayang jadilah Prajurit Tangguh, semoga kamu selalu di lindungi Tuhan. Aku sangat mencintaimu Kesatriaku,) Di sini ku menunggumu, duhai kesatriaku. Dalam malam sunyi sepi, tanpa dirimu. Gelisah hati ini, terkadang menghampiriku. Sumpah setia diriku, ku tunjukan padamu. Baktiku padamu adalah keharusanku, tugas mulia yang di embankan padamu. Laksana kalah dengan seiring doaku. Begitulah kira-kira lagu yang Tiara istriku nyanyikan sebagai penyemangatku. "Dank je lieverd, het lied dat je zingt is echt mooi. Het is een bemoedigend lied in mijn leven," ungkapku dengan senyuman yang menghiasi wajah tampanku. (Terima kasih sayang, lagu yang kamu nyanyikan sungguh indah. Sungguh lagu penyemangat di dalam hidupku,) "Je bent mijn ridder, ik hou van je schat. Ik hou heel veel van je, mijn man," ucap Tiara dengan senyuman. (Sama-sama kesatriaku, i love you sayang. Aku sangat menyayangimu suamiku,) Aku yang mulai mengantuk meminta istriku Tiara untuk segera masuk ke dalam kamar kami. Sementara Debora putriku sudah masuk ke dalam kamarnya. Aku yang sudah berada di kamar, kami sangat mengantuk. Tetapi aku harus terbangun sekitar jam dua belas malam. Karena aku dan Tiara harus menenangkan putra kami Bayu yang menangis dengan sangat kencang. Aku dan Tiara berusaha dengan ekstra, supaya Bayu berhenti menangis. Bayu yang menangis, kini sudah terdiam dan kembali tertidur. Aku terbangun sekitar jam empat pagi, setelah selesai mandi aku segera mengajak istriku Tiara untuk turun ke bawah. Aku dan Tiara kini tengah menikmati sarapan bersama anak-anak kami. Aku segera berpamitan kepada Tiara dan anak-anakku. "Honey, I have to go to work first. Deborah, please take care of Mama and sister." ucapku dengan tersenyum menatap ke arah Tiara dan Debora. Setibanya aku di Asrama, aku segera bersiap-siap menuju Bandara. Kami semua akan berada di Barak Indobat yang ada di Bogor. Setibanya di Bogor aku pelatihan selama seminggu, sebelum akhirnya kami di berangkatkan. Entah kenapa hatiku tidak tenang, seperti akan ada sesuatu yang akan terjadi. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN