“Entah lah, itu urusan Nyai. Jangan pikirkan itu,” larang Sugih sambil merogoh kantongnya untuk mengambil uang. “Belilah ayam buat dibakar dan buat sesajen. Aku mau ke pasar kecamatan dulu beli bahan sesajen buat nanti malam. Sekaligus ambil barang belanjaan sorenya.” Sugih terlihat sangat bersemangat. Pasalnya dia sudah mendapatkan mangsa sesuai dengan yang Nyai inginkan. Itu berarti kedainya akan semakin ramai dan kekayaan yang dia miliki akan berlipat ganda lagi. “Aku ditinggal sendiri?” tanya Mirna ragu. Jujur, ketakutan masih menyelimuti Mirna kala dia sendirian di dalam rumah. “Iya, Nyai tidak akan mengganggumu. Hanya ingat, Mir. Pantang bagimu mendekati kamar Nyai apa pun yang terjadi,” pesan Sugih. Namun, tetap tidak membuat Mirna tenang meskipun dia mengangguk dan tidak ada nia