DP 06. Benang-Benang Cinta

2279 Kata
Siberian Husky yang dimiliki Delisha sebelum bertemu Devdas adalah anjing yang ditemukan Delisha saat ia berada di Jerman. Jadi, dengan adanya intervensi Devdas pada Delisha masa kini, terjadi variasi yang mengubah hidup Delisha, seperti ia tidak pindah ke Jerman karena ia tidak mengalami intimidasi saat bersekolah SMA di USA. Tujuan utama Devdas adalah mencegah Delisha mengembangkan ilmu cakra dan ia bisa bersamanya tanpa menjadi pencetus terbukanya seluruh pintu cakra Delisha. Untuk tujuan pertama, hal itu terbantu oleh keakraban Delisha dengan ketiga anaknya. Hari-hari bersama mereka mengurangi friksi indera Delisha terhadap makhluk tak kasat mata atau energi negatif lainnya. Delisha mengalami hari-hari terbaiknya, begitu juga anak-anak itu. Hampir sebulan anak-anak bersekolah di sana. Hari libur menjadi tidak betah di rumah karena tidak ada alasan bagi Rani, Aaryan, dan Chander berkumpul bersama ibu mereka. Tanpa kehadiran anak-anak itu, Delisha juga kembali gelisah karena mengalami gangguan makhluk tak kasat mata. Di saat inilah, Devdas mengirimkan Siberian Husky hadiahnya. Suatu pagi Vijay datang ke flat Richard Lee membawa kandang travel piaraan. Gagangnya berhias pita pink dan kartu ucapan. Delisha dan Richard keheranan menyambut kedatangan pria itu dan kadonya. "Tuan saya baru kembali dari bepergian. Beliau sangat berterima kasih pada Nona Delisha karena menjadi teman akrab putra-putrinya, jadi Tuan saya ingin menghadiahkan sesuatu untuk Nona Delisha," kata Vijay. Richard melirik kandang piaraan itu dan ia tidak tertarik. "Tidak perlu repot-repot, Tuan Vijay. Bawa pulang saja hadiahnya. Keramahtamahan kami sudah merupakan bagian dari komitmen kami memperlakukan semua orang sama baiknya, tanpa membedakan ras, warna kulit, suku, maupun agama," tampik Richard. Vijay tersenyum bersikeras. "Tolong diterima saja, Sir. Menurut Tuan saya, Nona Delisha akan menyukai hadiah ini." Ia sorong kandang hewan ke hadapan Richard dan terdengar suara salakan yang sangat lucu. "Apakah itu anak anjing?" tanya Delisha penasaran, melongok mengintip kandang itu tanpa mengindahkan ayahnya. "Iya, Nyo ... eh, Nona. Jenis Siberian Husky," kata Vijay. Delisha membuka pintu kandang dan kepala mungil penuh bulu muncul, menyalak penuh semangat padanya. Delisha angkat anak aning itu sambil berseru takjub. "Wuaaah, lucunya...!" "Jika Nona menyukainya, anjing ini menjadi milik Anda, Nona," tambah Vijay. Delisha masih takjub. Ia melihat liontin koin bundar di kalung anak anjing itu lalu membaca huruf yang terukir di situ. "Forever, Miss D?" gumamnya. Ia lalu memeriksa kartu ucapan. "From ... Mister D?" Tulisan yang sama tertera di sisi lain liontin. Vijay tampak tersipu-sipu menjelaskan, "D maksudnya adalah bulan separuh. Juga panggilan yang lebih disukai Tuan saya jika ingin menyebut namanya." D ketemu D kan jadi komplit bulannya. Ehehehe ... begitu pikiran Devdas saat membuat kata-kata tersebut. Vijay jadi malu sendiri atas sikap mabuk kepayangnya Devdas. "Oh?" Delisha terkagum-kagum sekaligus keheranan. Richard merutuk dalam hati, tingkah Devdas sangat konyol dan kekanak-kanakan. Memangnya berapa usia pria itu? Seperti cinta monyet saja. Anjing berbulu tebal tampak membulat itu menyalak Delisha lalu terengah-engah dan lidah terjulur. Bola mata abu-abu perak berbinar-binar memantulkan bayangannya. Delisha terpesona. "Oooh, kamu sangat lucu!" Ia peluk dan ciumi anjing jantan itu. "Daddy, aku sangat menyukainya. Bolehkah aku memeliharanya? Aku sudah lama ingin punya Siberian Husky, Daddy. Aku yakin Mister D tahu hewan ini sangat sensitif terhadap makhluk tak kasat mata. Itu akan membantu menjagaku, Dad." "Bagaimana kau bisa tahu?" selidik Richard. "Begitu anjing ini tiba, energi tidak nyaman yang berada di sekeliling rumah kita menghilang, Dad," ujar Delisha menegaskan ditambah ia menempelkan wajah anak anjing itu ke pipinya, seperti berkomplot merayu Richard menggunakan sepasang mata memelas bergemintang. "Aku boleh 'kan memeliharanya, Dad? Please, Dad!" Richard mendesah menyerah. "Baiklah. Kau boleh memeliharanya." "Thank you, Daddy!" Delisha melompat-lompat bersama anjing itu dan berseru riang. "Yeaay! Aku namai kau Siberian. Selamat datang, Sibe. Selamat datang di dunia Delisha!" Delisha menurunkan anjing itu ke lantai dan Sibe langsung berlari mengitarinya sambil menyalak-nyalak. Delisha dan anjing itu langsung akrab, bermain kejar-kejaran dalam rumah. Vijay tersenyum haru melihatnya. Richard berkata pada Vijay dengan sikap dingin. "Sampaikan terima kasihku pada Mister D." Lalu ia menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Richard mengawasi dari balik jendela sampai pria itu pergi dari rumahnya. Terbesit dalam perasaannya bahwa hantaran anjing Siberian Husky itu bukan hanya sebagai piaraan biasa. Sesuatu berbau sangat licik. Kewaspadaan seorang ayah memang ada benarnya, walaupun Richard tidak bisa membuktikan. Anjing itu bukan sekadar anjing biasa. Devdas telah memberi Nigrum Mortem ke jaringan dalam kepala Siberian sehingga apa yang dilihat Siberian, ia bisa melihatnya juga. Di mansion mewahnya, Devdas Star Tailes tersenyum sendiri menerawang melihat calon kekasihnya tertawa riang dan bergulung-gulung memeluk anjingnya. Ia bergumam sendiri seperti orang gila. "Kau benar-benar menyukainya, Delisha-ji? Sayangku .... Seandainya aku bisa berubah bentuk menjadi anjing itu. Oh, ia makhluk yang sangat beruntung. Sialnya aku tidak mengecek ia ternyata anjing jantan. Hhhh ...!" Harus cemburu lagi si Devdas. Sialnya lagi, anjing itu juga ternyata menyukai Anthony. Ketika putra pertama Xander Xin itu datang berkunjung, Siberian mendekati ingin menarik perhatian pemuda itu. Anthony berjongkok mengelus surai Siberian. "Hei, ini piaraan yang sangat bagus. Kau bisa mulai belajar menjadi dokter hewan jika kau punya piaraan sendiri." "Uhm, dan anjing ini bisa menjadi mataku yang lain. Kau tahu, hewan punya penglihatan yang berbeda dari manusia dan mereka juga bagus mendeteksi bahaya, bahkan bisa dilatih menjadi anjing pendamping. Mereka juga lebih loyal daripada manusia," ujar Delisha. "Betul sekali, karena itu ayahku punya banyak German Shepherd di rumah. Padahal aku suka Siberian Husky. Mungkin aku juga harus memelihara satu." Anthony berdiri menegapkan tubuh tinggi semampainya. Perawakan pemuda berusia 17 tahun itu mengikuti sang ayah. Tinggi kurus, tetapi pundak lebar khas atlet renang dan pemain basket. Delisha mengangkat Siberian dan menggendong anjing itu sambil mereka berjalan masuk ke dalam rumah. "Apa yang membuatmu datang kemari, Anthony?" "Hanya kebetulan sedang ada waktu luang. Kau tahu aku lebih merindukanmu dibanding Xandreena. Aku tidak tahan bicara dengannya barang sebentar saja. Ia membenciku karena menurutnya ibuku lebih menyayangi aku dibanding dirinya." "Memangnya apa yang ingin kau bicarakan?" "Ayahku mengembangkan mesin pembaca gelombang otak. Mesin itu akan menampilkan secara audio visual apa yang dibayangkan manusia atau apa yang mereka lihat saat mereka bermimpi, karena itu proyeknya disebut Dream Catcher. Menurutku, soal mimpi dan gelombang otak, tidak ada yang lebih baik daripada orang yang punya kemampuan proyeksi astral. Jadi, aku pikir kau harus terlibat dalam eksperimen tersebut. Jika berhasil, itu akan menjadi terobosan besar. Kau bisa mengendalikan kemampuanmu seperti tombol on/off, bahkan memaksimalkan semua kemampuan kau miliki." Devdas, yang mendengarnya melalui telinga Siberian, sontak berdiri terperanjat. Hal yang direncanakan Anthony justru adalah hal yang harus dicegahnya. Devdas marah sehingga mempengaruhi Siberian menyalak keras dan gelisah. Delisha ingin menjawab Anthony, tetapi dibuat kerepotan oleh anjingnya. Siberian Husky itu melompat dari dekapannya lalu berlari. "Sibe!" Delisha panggil sambil mengejar anjing itu. Devdas menelepon Richard secepatnya. "Jauhkan Delisha dari Anthony Xin! Aku tidak sudi Delisha dijadikan bahan penelitian proyek kalian," geramnya. Richard Lee ada di kantor sekolah, keheranan pada suruhan Devdas. "Apa maksudmu?" "Proyek baru Xin's! Apa kalian sadar proyek itu berpeluang besar membuka cakra Delisha." [Ini yang membuat kemampuan Delisha yang waktu itu datang bersama Kimberly di Himalaya terbuka, sehingga Erion melihat cahaya Delisha.] "Jika kau ingin putrimu selamat, kau harus mencegah cakranya terbuka!" lanjut Devdas membentak ayah calon istrinya. Devdas merasa melakukan tindakan yang benar, akan tetapi Richard Lee punya pendapat berbeda. "Tetapi juga memberi kami kesempatan menutup cakra itu untuk selamanya dan itu jauh lebih baik daripada membuatnya buta seperti rencanamu!" Devdas terhenyak hingga lidahnya kelu. Itukah yang dikhawatirkan Richard? Bahwa aku berpikiran pendek ingin mencederai Delisha agar bisa memilikinya? "Kau harusnya tahu bahwa opsi itu tidak pernah jadi pilihanku," kata Devdas kemudian. "Dia sudah berkorban BANYAK, bagaimana bisa aku tega membuatnya berkorban lagi di kehidupan kali ini? Jangan salah memahamiku, Ayah. Sebesar apa pun hasratku ingin memiliki Delisha, aku tidak akan pernah membuat ibu anak-anakku tidak bisa menatap anak-anaknya lagi, apalagi sampai anak-anakku membenciku karena melukai ibu mereka. Turuti saja permintaanku. Jangan mengutak atik cakranya!" Perlu jeda sesaat sampai Richard menjawab. Ia pikir akan ada banyak peluang menemukan objek penelitian lain selain Delisha. "Baiklah," ujar Richard akhirnya menutup panggilan tersebut. Richard bergegas ke rumahnya menemui Anthony dan mengajak anak muda itu bicara privat dengannya di ruang kerja, sementara Delisha disibukkan mengurus Siberian. "Aku menarik Delisha dari proyek Dream Catcher, Anthony. Itu membahayakannya. Risikonya tidak sepadan dengan hidupnya sekarang. Aku sudah pernah kehilangan putriku sekali, aku tidak mau itu terjadi lagi." Anthony mangut-mangut. Ia bisa menerima alasan Richard, meskipun ia yakin mesin itu tidak akan membahayakan Delisha sama sekali, hampir seperti mesin MRI biasa. Ia sadar ia tidak boleh memaksa. "Baiklah, Uncle. Aku mengerti. Ini hanya ideku saja karena aku peduli pada Delisha dan kupikir ia layak dibina agar kemampuannya lebih berkembang." Richard juga berpikir demikian sebelumnya. Ia ingin Delisha mandiri, tidak terkekang oleh kelainannya, malah berkembang menjadi bakat ekstra yang tidak dimiliki manusia biasa. Anaknya bisa menjadi seseorang yang sangat kuat dan hebat. Namun, setelah mempertimbangkan rencana Devdas, bagaimana ia sebagai suami dan anak-anaknya menjaga Delisha, Richard jadi berpikir menikahkan Delisha dengan Devdas adalah solusi terbaik. Namun, jika Devdas juga memiliki kendala terbesar, bagaimana caranya menikahkan mereka? *** Seperti pungguk merindukan bulan, memandanginya tanpa bisa memilikinya menjadi siksaan terberat Devdas selama ia hidup. Melihat Delisha melalui mata Siberian memanjakannya dengan angan-angan memesrai Delisha. Ingin ia peram atau dikarbit agar Delisha cepat dewasa dan tidak di bawah umur lagi. Membawa hati yang galau, Devdas akan tutup penglihatannya dari Siberian. Ia pergi ke istana Erion. Di sana ia berpesta hingga mabuk sambil menikmati hiburan tarian dan nyanyian yang dilakukan oleh jasad Delisha dalam kuasa ajian animatronika Erion. Erion turut menonton pertunjukan itu di sisi aula yang lain dan prihatin merasakan keputusasaan Devdas. Mereka duduk di karpet empuk, bersandar pada bantal-bantal besar. Buah-buahan segar dan minuman memabukkan tersaji di sisi pundak mereka. Devdas akan mabuk berat dan menangis karena tak berdaya. Delisha akan menggodanya, tetapi ia tidak bisa menyalurkan hasratnya karena itu akan menghancurkan jasad Delisha. Jasad Delisha yang mengenakan aksesoris emas perak, berbalut kain sehelai nyaris transparan, menampilkan kemolekan tubuhnya, menari dan menyanyi persis ketika ia hidup sebagai Chandni. Setiap detail gerakan, bahkan sapuan helaian rambutnya yang tergerai, hingga suaranya sangat nyata dan memesona. Nyanyiannya menghanyutkan Devdas. Ia terpana memandangi dengan air mata berlinang. Sebuah lagu didendangkan Delisha, lembut, merdu mendayu-dayu. Moha Moha Ke… Dhaage… (2x) -Benang-benang cinta Hmm Mmm... Hmm Mmm... (x2) Yeh Moh Moh Ke Dhaage -Benang-benang cinta ini.. Teri Ungliyon Se Ja Uljhe -Terjerat di jemarimu Koi Toh Toh Na Laage -Aku tak bisa menemukan cara.. Kis Tarah Girha Ye Suljhe -Yang bisa melepas simpulnya Hai Rom Rom Ik Taara… (x2) -Setiap sel tubuhku seperti bintang Jo Baadalon Mein Se Guzre… -Yang melintasi awan Tu Hoga Zara Paagal, Tune Mujhko Hai Chuna (x2) -Kau pasti sedikit gila karena memilihku Kaise Tune Ankahaa, Tune Ankahaa Sab Suna -Bagaimana bisa kau dengar kata-kata yang tak pernah kuucapkan Tu Hoga Zara Paagal, Tune Mujhko Hai Chuna -Kau pasti sedikit gila karena memilihku Tu Din Sa Hai, Main Raat -Kau seperti siang, dan aku malam Aana Dono Mill Jaayein Shaamon Ki Tarah… -Jadi mari kita bertemu layaknya sebuah senja Yeh Moh Moh Ke Dhaage -Benang-benang cinta ini.. Teri Ungliyon Se Ja Uljhe -Terjerat di jemarimu Koi Toh Toh Na Laage -Aku tak bisa menemukan cara.. Kis Tarah Girha Ye Suljhe -Yang bisa melepas simpulnya Selesai nyanyian itu, Delisha mengerling Devdas dan melempar senyum manisnya. Devdas nyaris meledak lagi tangisnya seperti biasa saat Delisha undur diri. Namun, kali ini ia berdiri meskipun tatapannya nanar, ia melangkah meskipun tertatih. Erion bergegas ke sisi Devdas dan membantunya berjalan agar tidak jatuh tersungkur. "Devdas, duduklah dulu," ujar Erion, tetapi Devdas malah menepis tangannya, melepaskan diri. Erion menegurnya. "Memangnya kau mau pergi ke mana dalam keadaan seperti ini?" Devdas mengumpulkan kesadarannya lalu berusaha melangkah lebih mantap. Jika sebelumnya ia bersedih, kali ini ia tiba-tiba menemukan semangat baru dan bergumam gelagapan. "Aku rasa ... aku tahu caranya menemui kekasihku, Erion. Ya, aku tahu cara menemuinya. Aku tahu!" Erion yang tak habis pikir pada kegilaan Devdas mendesah saja dan membiarkan Devdas meninggakan istananya. Devdas terbang secepat mungkin menuju kediamannya di Chicago. Ia ingin memberitahu anak-anaknya terlebih dahulu. Ia tiba di mansion saat hari siang terang benderang. Rani dan si kembar sedang berbincang-bincang di dapur. Devdas bergerak secepat kilat memasuki rumahnya dan menghampiri Rani. Anak gadisnya termangap karena terkejut. Ia guncang pundak Rani dan mengatakan, "Jaan, aku tahu sekarang caranya bertemu ibumu!" Respons Rani malah tergagap tegang. "Pa-Papa ... yakin? Terdengar langkah berlari kecil dan salakan anjing mendekat. Aaryan dan Chander secepat kilat memberangus ayah mereka dari hadapan Rani. Rani terperangah melihat ayahnya diperlakukan seperti itu. Sedetik kemudian ia berusaha tersenyum sewajar mungkin karena Delisha masuk ke dapur diiringi Siberian. "Ini, Rani. Aku menemukan sereal yang kita butuhkan untuk membuat Coco cruch cocochips," kata Delisha sambil mengangkat kotak sereal Coco Crunch dari dalam dus belanjaan. Rani mematung karena ayah mereka masih ada di ruangan itu dan Delisha juga ada. "Ada apa?" tanya Delisha, bingung melihat Rani setegang itu. Delisha merasakan ada perubahan hawa di ruangan itu sehingga melirik ke sekitarnya. "Apakah ada ...." Aaryan dan Chander melompat dari balik pantri seraya bersuara mengejutkan Delisha. "Baaa!" Delisha terjengkit sedikit, lalu mencibir kedua bocah itu. "Apa yang kalian lakukan? Kalian tidak membuatku terkejut sama sekali." "Oh ya? Bah, sayang sekali. Padahal kami ingin mengerjaimu," kata Aaryan dan Chander berlagak kecewa, padahal mereka memberi kesempatan ayah mereka pergi. Ayah mereka tiba-tiba saja menghilang entah ke mana dan itu membuat mereka heran. Delisha menaruh dus belanjaan di meja pantri lalu ia memandang berkeliling. Ia bergumam gelisah. "Apakah kalian merasakannya? Aku rasa ada seseorang di sekitar kita." Rani dan si kembar diam tidak berani bereaksi. Delisha melirik ke sudut-sudut dapur lalu karena tidak melihat siapa pun ia mulai membaui udara dan mencondongkan wajahnya. "Aku bisa mencium baunya. Ia di dekat sini!" Tidak disadari Delisha, ia berhadapan dengan d**a Devdas Star Tailes dan sedang mengendus aroma cologne pria itu. *** Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN