Episode 4

1291 Kata
Episode 4 #Kasandra Mimpi buruk Sesuai janji, Reno akhirnya mengajak Kasandra menemui sahabatnya. Sudah seminggu gadis itu bekerja di perusahaan Antonius. Sejauh ini, belum ada jejak pasti dan hal-hal yang mencurigakan. Tapi Kasandra bukanlah gadis yang gampang menyerah. Untuk itu, Kasandra sangat antusias saat Reno mengajaknya bertemu Zidan, polisi yang bekerja di bagian kriminalitas. "Hai aku Kasandra." ujar Kasandra ramah sambil mengulurkan tangan. Zidan menyambut uluran tangan Kasandra tak kalah ramah. Reno memesan beberapa cemilan untuk menemani mereka mengobrol. Suasana kafe terbilang cukup sepi di jam-jam malam seperti ini. Kasandra tidak punya pilihan setelah tak menemukan waktu yang tepat untuk bisa bertemu Zidan. "Jadi apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Zidan setelah cukup lama basa-basi. Secara singkat, Kasandra menjelaskan apa yang dialami adiknya. Kasandra juga menunjukkan satu-satunya bukti yang dia punya melalui foto di ponselnya. Bukti asli sudah Kasandra serahkan pada polisi. Sayangnya, polisi menolak untuk menyelidiki lebih lanjut. "Perusahaan itu bukan perusahaan yang bisa disentuh dengan mudah, Kasandra. Kau harus berhati-hati. Jika gegabah sedikit saja, kau bisa berakhir di kantor polisi." jelas Zidan. "Aku tau dan aku sangat paham akan hal itu. Tapi aku tidak bisa diam saja. Karla di perkosa sebelum akhirnya di buang di pinggir jalan. Menurutmu apa itu masuk akal saat polisi tidak melakukan apa-apa untuk menyelidikinya?" ujar Kasandra emosi. "Sudah ku bilang, ini tidak semudah yang kau pikirkan Kasandra. Perusahaan Antonius adalah perusahaan yang tidak bisa disentuh hukum. Jika kau tidak punya bukti yang kuat, kau bisa celaka tanpa ada yang menyadarinya." tambah Zidan. Kasandra mematung. Air muka gadis itu berubah pias saat menatap ke satu arah. Pandangannya tertuju pada seorang pria yang baru keluar dari mobil. Buru-buru Kasandra menyembunyikan wajahnya di balik buku menu. "Kau kenapa?" tanya Reno. "Tepat di belakangmu, CEO Antonius Company baru saja masuk ke dalam kafe." jelas Kasandra. Setelah Luiz tidak terlihat, Kasandra meletakkan buku menu kembali. "Kenapa kau harus sembunyi? Kalian tidak sedang di kantor, Kasandra." ujar Reno. "Dia tidak menyukaiku, pun aku tidak sudi melihat wajahnya." Zidan tertawa pelan. "Karena kau tidak menyukai perusahaannya, bukan berarti kau juga harus membenci pemiliknya." Kasandra membuang muka. Sepertinya gadis itu malas jika harus membahas tentang Luiz yang dianggapnya sangat menyebalkan. "Soal kasus yang sedang kau hadapi, aku tidak bisa memberi banyak saran. Tapi ada satu hal yang perlu kau ketahui. Perusahaan Antonius memiliki kertas yang berbeda-beda untuk mempermudah proses pendokumentasian. Kau bisa cari tau, siapa saja orang-orang yang kemungkinan menggunakan kertas ini." jelas Zidan. "Bagaimana kau bisa mengetahuinya?" tanya Kasandra penasaran. "Kami pernah mengusut kasus penipuan dan pemerasan yang terjadi di perusahaan itu beberapa tahun lalu. Ku rasa kau bisa memulai pencarian dari sana. Tapi ingat Kasandra, jangan gegabah. Jika salah sedikit saja, kau bisa dalam masalah." tambah Zidan. "Aku tau. Terima kasih untuk informasi yang sudah kau berikan, Zidan. Lain kali, jika butuh bantuan, aku akan menghubungimu lagi." Zidan mengangguk ramah sebelum akhirnya pamit lebih dulu. Hari memang sudah sangat larut. Pun Kasandra dan Reno, bergegas untuk pulang. Saat ingin membayar, saat itulah mata Kasandra menangkap sesuatu yang ganjil. Buru-buru gadis itu keluar dan meminta Reno pulang duluan. Awalnya Reno menolak karena menghawatirkan keselamatan Kasandra. Tapi Kasandra meyakinkan kalau dia pasti baik-baik saja. Sepeninggal Reno, Kasandra kembali masuk ke dalam kafe dan memilih tempat duduk di dekat Luiz tanpa disadari oleh laki-laki itu. Kasandra tidak bermaksud menguping, tapi saat melihat Luiz menyerahkan amplop tebal pada dua orang berbaju hitam dihadapannya, Kasandra merasa itu sesuatu yang perlu dia cari tau. "Ingat! Aku tidak suka melihat kegagalan!" perintah Luiz. "Baik bos." ucap dua orang di hadapannya. Kasandra merasa kesal karena tidak bisa mendengar apa yang diperintahkan Luiz. Buru-buru gadis itu pergi sebelum Luiz menyadari keberadaannya. Entah mengapa, Kasandra merasa, Luiz mengetahui sesuatu yang ingin dia ketahui. *** Keesokan harinya Kasandra bekerja seperti biasa. Sampai saat ini, Luiz belum mengetahui kalau Kasandra masih bekerja di perusahaannya. Selain itu, Kasandra juga tidak pernah bertemu Leon. Gadis itu cukup penasaran kenapa beberapa rekan kerjanya, membungkuk saat bertemu Leon. "Kau sudah dengar kabarnya? Mereka bilang, wanita yang membuat CEO kita tidak akur, akan kembali ke Indonesia." ujar weni berbisik-bisik. Kasandra mencuri dengar saat mendapati rekan kerjanya bergosip tentang Luiz. Apapun yang menyangkut Luiz, Kasandra tertarik untuk mencari tau. "Kalau tidak salah, gadis itu bernama Raisa." Mita menimpali. "Andai aku yang disukai pak Luiz. Dia begitu tampan dan bikin mabuk kepayang." ujar Weni. "Kalian di gaji untuk bekerja atau bergosip?" tanya Susi galak sambil berkacak pinggang. Seketika kerumunan menjadi bubar. Kasandra pura-pura tidak peduli walau sejak tadi memasang telinga. "Kau sudah selesai?" tanya Susi pada Kasandra. Gadis itu menoleh sekilas sambil memperlihatkan cucian piring yang masih menumpuk. "Selesaikan pekerjaanmu. Setelah itu temui aku di ruang ganti." perintah Susi. "Baik Mbak." jawab Kasandra sopan. Kasandra bergegas menyelesaikan pekerjaannya agar Susi tidak menunggu lama. Benak gadis itu mulai memikirkan kemungkinan yang bersarang di kepalanya. "Mereka bilang seorang gadis sudah membuat CEO perusahaan ini tidak akur, dengan siapa? Atau jangan-jangan CEO Antonius ada dua?" gumam Kasandra pelan. Kasandra menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan menemui Susi di ruang ganti. Susi sudah siap dengan baju kerja berwarna berbeda saat Kasandra muncul. "Bukankah itu seragam OG? Kenapa Mbak Susi memakainya?" tanya Kasandra bingung. "Dua OG kita ditugaskan menyusun arsip bagian gudang perusahaan. Jadi untuk sementara kita yang menggantikan tugas mereka. Ganti bajumu dengan baju ini Kasandra." perintah Susi sambil menyerahkan baju seragam. Kasandra tampak gelagapan. Jika berkeliaran di dalam gedung, ada kemungkinan gadis itu bertemu Luiz. "Tunggu apa lagi? Kita harus buru-buru sebelum mereka selesai makan siang." bentak Susi. Mau tidak mau Kasandra akhirnya menurut. Buru-buru gadis itu mengganti baju dan mengikuti langkah Susi. Pekerjaan mereka sebenarnya cukup sederhana. Mereka hanya perlu mengumpulkan piring dan cangkir kotor yang di pakai beberapa pegawai saat sedang bekerja. Untunglah suasana kantor sangat sepi. Banyak karyawan yang memilih makan di luar gedung. Saat melewati bagian pemasaran, Kasandra tertegun melihat ruangan khusus yang di atasnya bertuliskan kata CEO. Ruangan itu tembus pandang. Dari luar, Kasandra bisa melihat Leon yang tengah serius membaca beberapa berkas. Wajah gadis itu berubah pucat. Entah ada angin apa, Leon ikut menoleh ke arah Kasandra. Saat pandangan mereka bertemu, Kasandra buru-buru membuang muka dan berlalu dari ruang kerja Leon. Susi yang sejak tadi memperhatikan, tampak aneh dengan sikap Kasandra. "Kenapa terburu-buru Kasandra? Kita belum membersihkan ruang CEO." teriak Susi. Kasandra terpaksa berhenti. Alih-alih ikut masuk, Kasandra hanya mematung di luar ruangan. Leon tampak salah tingkah. Ingin menjelaskan, tapi sepertinya bukan waktu yang tepat. Setelah Susi selesai, Kasandra segera menyeret Susi pergi. "Jadi pak Leon itu CEO juga Mbak?" tanya Kasandra memastikan. "Kau ini kenapa? Jadi sampai sekarang kau belum tau? Ku pikir selama ini kau mengetahuinya. Bukankah kau bisa kembali bekerja atas jaminan pak Leon?" tanya Susi bingung. Kasandra menggeleng. "Yang aku tau, pak Leon itu petugas keamanan." "Apa petugas keamanan bisa mengubah perintah pak Luiz? Jangan tersinggung Kasandra. Semua orang tidak menyukaimu karena menganggap kau dan pak Leon ada apa-apanya. Kami juga tau kau dipecat oleh pak Luiz di hari pertamamu bekerja. Kami pikir pak Luiz pasti membencimu karena berani menggoda pak Leon. Siapa sangka kau justru tidak tau siapa pak Leon sebenarnya. Pantas saja kau masih bisa bersikap biasa." jelas Susi. Kasandra melongo. Gadis itu masih tidak percaya jika Leon yang dua kali dia selamatkan, adalah orang yang sangat berpengaruh di perusahaan Antonius. "Jangan bengong! Kita masih harus menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Sebentar lagi mereka kembali. Sebagian dari karyawan, tidak suka melihat OG berkeliaran saat mereka sedang bekerja." perintah Susi. Kasandra mengangguk patuh. Setelah menyelesaikan seluruh pekerjaan, Susi mengajak Kasandra turun ke lantai bawah. Saat itulah mereka berpapasan dengan Luiz. Kasandra yang terlalu banyak melamun, tidak menyadari jika Luiz menghentikan langkahnya. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Luiz dingin. Kasandra mematung. Wajahnya tampak pucat saat melihat tatapan Luiz yang menusuk. Tubuh gadis itu gemetar. Tiba-tiba Kasandra kehilangan keberanian untuk bicara. To be continue...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN