Episode 5

1261 Kata
Episode 5 #Kasandra Raisa kembali "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Luiz dingin. "Aku...aku..." Luiz menyeret Kasandra ke ruang kosong setelah gadis itu tak kunjung menemukan alasan. Bunyi suara pintu yang ditutup secara kasar, membuat Kasandra berteriak tertahan. "Bagaimana mungkin pegawai yang sudah ku pecat masih bisa bekerja?" teriak Luiz. Kasandra mundur beberapa langkah saat Luiz berkacak pinggang sambil berjalan mendekat. "Katakan padaku, siapa yang menyuruhmu berkeliaran disini?" tanya Luiz emosi. Diluar ruangan, Susi dan beberapa orang, berkerumun untuk mencuri dengar apa yang sedang terjadi. "Aku..." Kasandra tersendat menahan tangis. Sepertinya gadis itu ketakutan melihat reaksi Luiz. Dering ponsel Luiz, menyelamatkan Kasandra untuk beberapa waktu. "Ada apa?" tanya Luiz pada orang yang menelponnya. "Raisa sudah tiba? Baiklah aku akan menjemputnya." ujar Luiz. Setelah menelpon, Luiz kembali menatap tajam ke arah Kasandra. "Tinggalkan perusahaan ini sekarang juga. Aku tidak akan mengampunimu jika kau masih berada disini saat aku kembali." ancam Luiz sebelum berlalu. Kasandra menghela napas lega. Susi segera menghampirinya setelah Luiz pergi. "Kau tidak apa-apa?" tanya Susi. Kasandra menggeleng. "Aku baik-baik saja Mbak." "Jangan diambil hati. Kalau sedang marah, pak Luiz memang suka seperti itu." jelas Susi. "Kenapa kalian berkumpul disini? Cepat kembali bekerja!" Suara Leon yang menggelegar, seketika membubarkan beberapa orang yang masih penasaran pada kondisi Kasandra. Leon yang belum tau apa yang terjadi, menghampiri Kasandra dan Susi. "Tinggalkan kami berdua!" perintah Leon pada Susi. Susi mengangguk sopan sebelum berlalu dari hadapan Leon. Kasandra tampak meringis. Gadis itu segera membuang muka saat Leon menghampirinya. "Kasandra..." "Maaf pak Leon ada yang bisa saya bantu?" tanya Kasandra sambil membungkuk. "Jangan bersikap seperti ini Kasandra. Aku tidak bermaksud membohongimu." jelas Leon. "Jika tidak ada yang ingin bapak sampaikan, saya permisi dulu." Leon menahan tangan Kasandra saat gadis itu hendak pergi. Kasandra mematung di tempatnya berdiri. Sejak tadi Kasandra menahan diri agar tidak menangis. "Aku benar-benar tidak tau jika kau seorang CEO. Seharusnya sejak awal aku curiga. Seseorang tidak mungkin menargetkan petugas keamanan untuk mereka bunuh. Kecuali kau adalah orang yang sangat berpengaruh disini." ujar Kasandra. "Maaf karena merahasiakannya. Aku tidak ingin kau tunduk dan hormat padaku seperti yang lainnya. Aku ingin kita berteman layaknya orang biasa. Jika aku egois, maaf untuk hal itu." ucap Leon pelan. "Tapi karena hal itu, mereka menatapku rendah Leon. Mereka pikir aku ini simpanan CEO. Ah seharusnya sejak awal aku sadar kalau seorang petugas keamanan tidak mungkin bisa mempertahankan seseorang tetap bekerja tanpa perintah CEO. Aku yang bodoh." sesal Kasandra. "Akulah yang salah. Maaf Kasandra. Apa kita bisa berteman seperti dulu?" tanya Leon. Kasandra melepaskan tangannya yang sejak tadi masih digenggam Leon. Gadis itu menatap Leon dalam sebelum mengatakan sesuatu. "Aku tidak suka teman yang berbohong, Leon. Tapi karena kedepannya kita tidak akan bertemu lagi, maka tidak ada salahnya jika kita berteman." "Apa maksudmu?" "Seperti yang kau tau, aku kembali di pecat." ujar Kasandra miris. "Tidak seorangpun bisa memecat orang yang ku pekerjakan Kasandra. Tetaplah bekerja seperti biasa. Soal Luiz, aku yang akan bicara padanya." geram Leon. Kasandra tertawa pelan. "Aku sebenarnya sangat membutuhkan pekerjaan. Kau yang paling tau hal itu. Tapi jika Pak Luiz benar-benar tidak menyukaiku, apa mau dikata. Lagipula ini perusahaannya." "Apapun yang terjadi, aku tidak akan membiarkanmu pergi. Persetan dengan Luiz. Tetaplah bekerja seperti biasa, soal Luiz, aku yang akan menghadapinya." Kasandra tak menanggapi apa-apa. Gadis itu tidak ingin menjadi penyebab semakin buruknya hubungan Luiz dan Leon. Tapi Kasandra tetap harus bekerja disana demi membongkar kasus pembunuhan Karla. Saat tengah gamang, ponsel Leon berbunyi. Laki-laki itu tersenyum singkat saat tau siapa yang menghubungi. "Apa kau sudah kembali? Selamat datang Raisa." sambut Leon begitu panggilan terhubung. "Maaf aku tidak bisa menjemput. Kau sudah di rumah?" tanya Leon. Kasandra memperhatikan raut wajah Leon yang begitu bahagia. Laki-laki itu bahkan lupa kalau ada seseorang yang masih berdiri di hadapannya. "Jika Luiz sudah datang, itu jauh lebih baik. Kalian pasangan yang serasi." ujar Leon. Kali ini Kasandra menangkap kesedihan meski Leon mengucapkannya sambil tersenyum. Mungkin gosip yang Kasandra dengar tentang hubungan Luiz dan Leon bukan hanya sekedar gosip. Sepertinya itu kenyataan yang tidak berhasil Leon sembunyikan. Raut wajah sedih itu, dapat ditangkap dengan mudah oleh Kasandra. "Aku masih punya pekerjaan. Nanti ku hubungi lagi." Leon menutup telepon dan kembali menatap Kasandra. Sekali lagi laki-laki itu menegaskan kalau Kasandra tidak boleh pergi kecuali atas izinnya. Tak punya pilihan, Kasandra akhirnya mengangguk patuh. *** "Bagaimana kabarmu? Apa semua berjalan lancar?" tanya Luiz pada Raisa. Raisa menghela napas panjang. Sebenarnya, gadis itu berharap Leon lah yang menjemput. Tapi apa mau dikata, sejak dulu Leon selalu mengacuhkannya. "Semua berjalan baik. Aku berencana menetap kembali di Indonesia. Mama dan Papa sangat senang akan hal itu." "Aku juga senang, Raisa." ujar Luiz spontan. Raisa hanya tersenyum. Benak gadis itu masih terus memikirkan Leon. Saat sampai di bandara, Leon adalah orang pertama yang dia kabari. Sayangnya laki-laki itu tidak menjemput seperti apa yang Raisa harapkan. "Apa aku boleh mampir ke kantormu? Ku dengar kau menjadi sangat sukses setelah berkolaborasi dengan Leon." Luiz tampak diam. Sepertinya Luiz menyadari alasan apa yang membuat Raisa ingin mampir. "Apa kau tidak lelah? Lebih baik pulang dulu, Raisa. Besok-besok kau bisa datang jika punya waktu luang." tolak Luiz halus. Raisa memanyunkan bibir. Dia merindukan Leon, tapi Raisa tidak punya alasan untuk menemui laki-laki itu selain datang ke kantornya. "Apa kau menyimpan wanita cantik di kantormu? Sepertinya kau tidak suka jika aku datang." ujar Raisa. Luiz menghela napas berat. "Baiklah jika itu yang kau mau. Asal jangan merengek minta cepat pulang." Raisa langsung melayangkan kecupan singkat di pipi Luiz. Hati Luiz berbunga-bunga. Lama tak bertemu, Raisa terlihat semakin cantik dan bersinar. Wanita berdarah India Indonesia itu, memiliki hidung mancung dan kulit putih bersih. Rambutnya yang panjang bergelombang, menambah pesona kecantikan Raisa. Sepanjang perjalanan, Luiz terus menggenggam tangan Raisa. Raisa sebenarnya risih, tapi mengingat Luiz adalah sahabat baiknya, Raisa bisa memaklumi hal itu. Sesampainya di kantor, Luiz dan Raisa langsung menjadi pusat perhatian. Mereka pasangan serasi dan berkelas. Kehebohan yang di timbulkan pasangan itu, membuat Kasandra ikut menyelinap diantara rekan-rekan kerjanya. Kasandra nyaris tak berkedip saat melihat Raisa. Bukan hanya cantik, Raisa gadis yang benar-benar penuh pesona. Hanya saja, Kasandra menyayangkan jika wanita itu memilih Luiz untuk menjadi pasangannya. "Jadi apa yang ingin kau lihat?" tanya Luiz. "Tentu saja wanita yang coba kau sembunyikan." canda Raisa. Luiz tertawa. Di raihnya pundak Raisa dan membawa wanita itu lebih dekat ke arahnya. Saat melempar senyum ke pegawai yang berkerumun, mata Luiz menangkap sosok Kasandra yang mematung memperhatikan Raisa. Seketika Luiz kembali emosi. Luiz meminta salah seorang pegawai mengantar Raisa ke ruangnya. Sementara laki-laki itu membubarkan kerumunan dan meminta Kasandra menemuinya di ruang rapat. Nyali Kasandra kembali ciut. Semula, gadis itu hendak melarikan diri. Tapi setelah membulatkan tekad, Kasandra akhirnya menemui Luiz di ruangan yang dia maksud. "Kenapa kau masih belum pergi? Sudah ku katakan..." "Maaf pak, saya dipekerjakan oleh pak Leon. Pak Leon bilang hanya dia yang bisa memecat saya." potong Kasandra berani. "Leon? Kurang ajar! Apa kau sengaja meracuni pikirannya?" bentak Luiz. Kasandra mundur perlahan saat Luiz mulai mendekatinya. "Jangan berani-berani mendekati keluargaku! Wanita rendahan sepertimu bahkan tidak pantas berada di sekeliling kami." ujar Luiz dingin. "Saya tidak tertarik dan tidak berniat untuk dekat dengan keluarga anda, Pak. Jadi saya mohon, izinkan saya bekerja dengan tenang." balas Kasandra. "Kau benar-benar wanita yang punya nyali. Kita lihat saja sampai dimana kau bisa bertahan. Ingat Kasandra, kantor ini bukan hanya milik Leon." ancam Luiz. Kasandra semakin gugup. Tubuh gadis itu bergetar menahan tangis. Dengan seringai m***m, Luiz merapatkan diri ke arahnya. Saat Kasandra hampir berteriak, pintu terbuka dengan suara lantang. Leon datang. Laki-laki itu langsung menarik Luiz dan melayangkan pukulan ke wajahnya. To be continue...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN