Episode 3
#Kasandra
Harusnya tidak sulit
"Apa lukanya masih sakit?" tanya Leon sambil membimbing Kasandra ke mobil.
Setelah mendapatkan penanganan, Kasandra memaksa untuk segera pulang. Gadis itu benar-benar takut rumah sakit melebihi ketakutannya pada hantu.
"Setelah di jahit, sakitnya sudah jauh berkurang." bohong Kasandra.
"Tapi kenapa sejak tadi wajahmu terus meringis?"
Kasandra tersenyum kaku. "Itu..."
"Kau bohong? Sebaiknya kita kembali ke rumah sakit, Kasandra. Jika tidak dirawat dengan baik, lukanya bisa infeksi."
Leon tampak khawatir. Kasandra menggeleng cepat sambil buru-buru masuk ke mobil.
"Ini tidak seberapa. Ku mohon jangan berlebihan Leon."
"Tapi kau terluka karena ..."
"Itu pilihanku, aku terluka karena keinginanku sendiri. Jangan merasa bersalah untuk hal yang ku putuskan sendiri Leon." potong Kasandra.
"Aku harus bagaimana untuk membalas semua kebaikan yang sudah kau lakukan, Kasandra. Kau tidak memberiku kesempatan berterimakasih dengan benar." sesal Leon.
Kasandra tersenyum. "Aku senang bisa menolong. Jika kita terbiasa menolong orang, maka suatu hari pertolongan akan datang dengan sendirinya pada kita."
Leon meminta sopirnya mengantar Kasandra pulang. Sudah dua kali gadis itu menyelamatkan nyawanya. Sampai saat ini, Leon masih merahasiakan siapa dia agar bisa bergaul secara benar dengan Kasandra. Jika Leon mengaku sebagai CEO, maka Leon yakin, gadis itu tidak akan bersikap santai seperti sekarang saat bersamanya.
"Jadi ini rumahmu?" tanya Leon tidak percaya.
Kasandra mengangguk malu-malu.
"Lebih tepatnya, rumah ini ngontrak." jelas Kasandra.
Leon terperangah melihat rumah kecil yang ditempati Kasandra. Besarnya berkisar 4x6 meter dan terletak di perumahan kumuh. Tidak jauh lebih besar dari ruang ganti di kamar Leon.
"Maaf sudah merepotkan, Leon. Oh iya, mulai besok aku sudah tidak bekerja di kantor kalian lagi. Karena aku tidak lagi di sana, ku harap kau akan lebih hati-hati." ujar Kasandra dengan senyum kecilnya.
"Kau berhenti? Bukankah kau baru saja bekerja kemarin?" tanya Leon bingung.
"Aku dipecat dengan alasan yang tidak masuk akal. Cih entah bagaimana kau bisa begitu betah bekerja bersama CEO arogan itu. Oh iya apa kau mau masuk?" tanya Kasandra sambil membuka pintu.
"Ku rasa lain kali saja. Ngomong-ngomong soal pekerjaan, aku punya teman di bagian HRD. Kau bisa tetap bekerja tanpa harus bertemu Luiz. Apa kau mau?"
Kasandra tampak mengerutkan kening. "Luiz? Maksudmu pak Luiz?"
"Ah iya, maksudku pak Luiz." ujar Leon salah tingkah.
"Apa bisa? Secara langsung aku sudah di pecat oleh pak Luiz, beliau pasti sudah menghubungi bagian HRD."
"Pokoknya percaya saja padaku. Akan ku usahakan yang terbaik untuk membantumu. Jika kakimu sudah sembuh, bekerjalah seperti biasa. Untuk beberapa hari kedepan kau istirahat saja. Kali ini biarkan aku yang membantumu." jelas Leon.
Kasandra mengangguk. Jika Leon memang bisa membantu Kasandra tetap bekerja di Antonius Company, itu suatu keberuntungan bagi Kasandra. Bagaimanapun, Kasandra masih harus menyelidiki misteri kematian Karla.
***
"Kenapa kau yang bekerja disini? Siapa yang memberimu perintah?"
Luiz bertanya saat tidak melihat Kasandra di ruang kerjanya.
"Saya diperintahkan langsung oleh Bu Dania untuk membersihkan ruang kerja bapak." jelas Amira.
Amira adalah pegawai profesional di bidang kebersihan. Sudah sejak lama gadis itu mengincar ruang CEO. Hanya saja, Dania tidak pernah memberinya kesempatan karena Amira tipe wanita yang genit dan suka menggoda lawan jenis. Dania merasa Luiz memberhentikan Kasandra karena gadis itu kurang cakap. Untuk itulah, Dania menempatkan Amira sebagai pengganti Kasandra.
"Jika sudah selesai, kau boleh pergi." perintah Luiz dingin.
Amira tersenyum singkat sebelum akhirnya meninggalkan ruang kerja Luiz.
"Begini lebih baik. Kasandra adalah ancaman. Jika gadis itu tetap berada disini, cepat atau lambat, Kasandra bisa membawa Antonius Company ke ranah hukum." gumam Luiz pelan.
Tak berapa lama, Leon masuk menemui Luiz.
"Ku dengar kau memecat karyawan hanya dalam hitungan jam setelah dia bekerja. Ada apa?" tanya Leon penasaran.
"Sejak kapan kau begitu peduli pada karyawan? Bukankah kau hanya mengurus masalah saham dan tingkat penjualan?" sindir Luiz.
"Seolah-olah kau juga peduli pada karyawan. Aku tidak suka melihatmu melakukan itu. Kita merekrut pegawai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Kita juga mengontrak mereka hitam di atas putih..."
"Aku tau dan aku sangat paham masalah itu. Kau tidak perlu ikut campur untuk urusan yang tidak bisa kau selesaikan. Aku tidak menyukai Kasandra, apa alasan itu tidak cukup untuk membuatku memecatnya?" potong Luiz.
"Lakukan apa yang ingin kau lakukan Luiz, karena aku juga akan melakukan apa yang ingin kulakukan. Kalau aku tidak boleh ikut campur pada urusanmu, maka kau juga tidak berhak mencampuri urusanku." ujar Leon sembari meninggalkan Luiz.
"Cih aku tidak bisa tidak ikut campur urusanmu, Leon." geram Luiz kesal.
Sudah sejak lama hubungan Luiz dan Leon tidak akur. Meski tinggal serumah, keduanya bersikap seperti orang asing. Alasannya sangat sederhana, gadis yang disukai Luiz, ternyata lebih memilih Leon. Raisa, gadis berdarah India, yang kini tengah meniti karir sebagai desainer di Singapura. Mereka terjebak dalam cinta segitiga yang rumit. Untuk itulah Raisa melarikan diri ke Singapura. Gadis itu sengaja menjauh setelah tidak menemukan titik tengah untuk masalah yang sedang mereka hadapi.
***
Beberapa hari kemudian, Kasandra kembali bekerja seperti biasa. Sebelum mulai bekerja, terlebih dahulu gadis itu diminta menemui Dania. Raut wajah Dania tampak dingin dan tidak bersahabat. Kentara sekali kalau Dania tidak suka dengan keberadaan Kasandra.
"Aku tidak peduli hubunganmu dengan CEO di perusahaan ini. Yang pasti, aku tidak suka karyawan yang memanfaatkan situasi untuk sebuah pekerjaan. Jika kau tidak bekerja dengan baik setelah dijamin oleh seseorang, maka, siap-siap saja angkat kaki dari sini." jelas Dania ketus.
Kasandra mengangguk patuh. Gadis itu paham betul apa dan bagaimana dia bisa kembali bekerja. Jika dia tidak bisa menjaga diri dengan baik, bukan tidak mungkin orang yang sudah menolongnya juga ikut terseret.
"Sekarang kau boleh bekerja. Ingat, kau hanya harus berada di tempat dimana kau ditugaskan."
Lagi-lagi Kasandra mengangguk patuh sebelum akhirnya pamit menuju dapur, tempat dimana dia seharusnya berada. Setelah sampai di sana, perlakuan tidak menyenangkan kembali Kasandra alami. Kasandra mencoba tidak peduli dan bekerja sesuai arahan ketua regu mereka, Susi.
"Ku dengar kau masuk kesini tanpa melakukan tes seperti yang lainnya. Untuk itulah sebagian dari mereka membenci kehadiranmu." jelas Susi disela-sela pekerjaannya.
"Benarkah? Aku sendiri tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Ku pikir keberuntungan sedang berpihak padaku." ujar Kasandra.
"Keberuntungan apanya Kasandra? Mereka bilang kau dekat dengan salah satu CEO di perusahaan ini."
Kasandra mengernyit bingung. "Dekat dengan CEO? Yang ada, aku di pecat sehari setelah resmi bekerja. Untunglah ada orang baik yang membantuku bicara pada CEO."
"Orang baik? Ah sudahlah, yang penting sekarang kau harus bekerja dengan benar. Jika kau sudah bekerja dengan benar, maka orang-orang yang tidak menyukaimu akan berubah dengan sendirinya."
"Terimakasih sudah menerimaku dengan baik buk Susi..."
"Aku bukan atasan kalian hingga harus di panggil dengan hormat seperti itu. Panggil saja Mbak atau kakak, itu jauh lebih pantas." potong Susi.
Kasandra terkekeh pelan. Susi memang tipe wanita yang mengayomi. Tidak sulit bagi Kasandra bergaul dengan ketua regu mereka itu.
***
Selesai bekerja, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Kasandra bergegas meninggalkan kantor setelah Reno memaksa untuk menjemputnya.
Reno adalah sahabat baik Kasandra dan orang yang selalu membantu sejak gadis itu ditinggal oleh kedua orang tuanya. Rumah Reno memang tak begitu jauh dari kontrakan Kasandra. Dulunya mereka teman satu SMA. Hanya saja, sejak sama-sama bekerja, Reno dan Kasandra semakin jarang bertatap muka.
Reno melambaikan tangan dari atas motor agar Kasandra menyadari keberadaannya. Gadis itu tampak ngos-ngosan dengan keringat bercucuran. Tak ingin membuang waktu, Reno memasangkan helm Kasandra dan memintanya segera naik.
Saat itulah tak sengaja mata Kasandra menatap sosok Leon yang sedang berbicara dengan seseorang. Kasandra tampak Heran saat beberapa karyawan yang lewat, membungkuk ketika melewati laki-laki itu.
"Apa kau sudah menemukan petunjuk?" tanya Reno setelah diperjalanan.
"Belum. Aku bahkan tidak tau harus mulai dari mana. Menurutmu, apa yang bisa kulakukan untuk menyelidiki kasus ini?"
Reno tampak berpikir sejenak. "Sepertinya kita harus bertanya pada orang yang lebih ahli, Kasandra. Aku punya teman yang bisa membantumu."
"Benarkah?" tanya Kasandra antusias.
"Dia polisi yang bekerja di bagian kasus kriminal. Kita bisa meminta pendapatnya untuk mengungkap kasus Karla." jelas Reno.
Kasandra menghela napas lega. Orang amatir seperti mereka, tentulah tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Jika Reno punya teman polisi, sedikit banyak Kasandra punya seseorang yang bisa memberi solusi.
To be continue...