***
University of Dubai, Dubai, Uni Emirat Arab.,
Kantin.,
Pagi hari.,
Ayra meletakkan kasar ponselnya diatas meja. Dia melipat kedua tangannya disana, dan menjatuhkan kepalanya pada kedua lipatan tangannya.
”Kenapa selalu begini. Hidupku, tidak pernah bebas!” Gumam Ayra pelan dengan wajah masih berada di posisi yang sama.
Baru saja dia mengeluhkan tentang nasibnya. Tiba-tiba seseorang menyentuh tangannya dengan benda panas.
”Aaahhhkk panasss!!!”
***
Mansion Al-Bakhri, Dubai, Uni Emirat Arab.,
Kamar Garza dan Zizil.,
Pagi hari.,
Seorang wanita tengah merapikan rambutnya dengan sisir yang saat ini tengah dia pegang. Memainkannya pada helaian-helaian rambutnya yang berwarna hitam kepirangan.
Saat dirinya fokus pada cermin rias besar yang ada di hadapannya, tanpa dia sadari sosok pria tengah menatapnya lekat. Pria itu berjalan mendekatinya.
Karena sudah berjarak dekat, pria itu meraba b****g sintal wanita itu hingga sang empunya terkejut.
“Ehhh…” Pekik wanita itu, Eazlin Axaorcha. Wanita yang akrab disapa Zizil itu kemudian menghela panjang nafasnya, kala melihat pria itu dari balik cermin.
Dia kembali membuka suaranya.
“Terlalu terbiasa mengejutkan aku! Dasar!” Desis Zizil dengan wajah tidak sukanya.
Pria yang kini tengah memeluknya dari belakang itu hanya bisa tertawa kekeh. Sudah menjadi hal biasa baginya mendengar kalimat kasar dari istri yang sangat dia sayangi itu.
Karena sejak awal dia mengenal istrinya, istrinya memang sudah terbiasa bersikap cuek dan dingin terhadapnya. Tapi siapa sangka, sosok player seperti Garza bisa menaklukan hati dingin istrinya dalam jangka waktu sampai tiga tahun.
Gazra Axaorcha, pria yang terkenal player itu memang terlihat mudah untuk menaklukan hati wanita manapun yang dia inginkan. Namun ketika bertemu dengan sosok Eazlin Fakra Al-Bakhri, membuat Garza gencar mengincarnya. Karena wanita yang akrab disapa Zizil itu ternyata tidak memiliki rasa ketertarikan terhadap ketampanan Garza.
Yah! Begitu lah perjalanan cinta mereka. Sangat keras dan berliku. Tetapi siapa sangka, seorang Pengusaha yang terkenal player dikalangan dunia bisnis mampu menembus tembok dingin seorang Zizil yang terkenal sangat membenci kaum pria saat itu.
Zizil membiarkan suaminya menikmati gerakannya yang meraba-raba anggota tubuhnya. Dia tetap merapikan rambutnya. Membiarkan suaminya terus menjalarkan tangannya pada perut ratanya.
Garza, dia mencium leher istrinya dari belakang. Memeluk Zizil posesif. Mengelus-elus perut rata yang beberapa tahun lalu sempat membuncit karena sedang mengandung darah dagingnya. Hasil buah cinta mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan.
Dia bergumam pelan dalam gerakannya sendiri di tubuh seksi yang sepenuhnya sudah menjadi miliknya itu.
“Eazlin.” Gumam Garza lalu mengeluarkan ujung lidahnya. Bermain di leher kiri istrinya yang sudah terbebas dari helaian-helaian rambut berwarna hitam kepirangan milik istrinya.
“Hmm…” Dehem Zizil yang bersikap cuek dan santai. Dan masih sibuk mengikat rambutnya menjulang ke atas dengan penjepit rambut berwarna grey berhiaskan beberapa berlian murni disana.
Yah! Garza memanggil istrinya dengan panggilan nama. Karena itu adalah panggilan sayang Garza kepada istri satu-satunya itu.
Mengingat semua orang akrab memanggil istrinya dengan panggilan Zizil. Dan melupakan nama asli istrinya, Eazlin Fakra Al-Bakhri.
Garza tetap melanjutkan aktivitasnya, walau mendapat sikap cuek dari istrinya. Karena dia tahu dan paham bagaimana istri tercintanya itu.
Teknik untuk membuatnya mengeluarkan suara seksinya. Dia mulai menaikkan kedua tangannya ke atas. Dan menumpukkannya pada kedua gundukan yang montok itu. Dia meremasnya pelan, dengan mulutnya mencecap dan menghisap leher istrinya.
“Hhmmm… Garza…” Desah Zizil mulai terlepas dari mulutnya. Mulai menghela panjang nafasnya.
Garza tetap tenang. Dan masih terus meremasnya pelan. Dia akan tetap seperti ini, sampai istrinya menunjukkan sifat asli di depannya.
“Garza… Oouugghhh…” Desah Zizil mulai medongakkan kepalanya ke atas. Memiringkan kepalanya ke arah kanan, memberi akses untuk suaminya agar mudah bermain di leher jenjangnya.
“Kau sangat nikmat, Eazlin.” Gumam Garza mulai mengeraskan rahangnya. Dan semakin meremas kuat gundukan kenyal itu. Dia menggigit kecil leher istrinya.
“Aaaahh Garza…” Desah Zizil mengangkat tangan kirinya, meremas-remas rambut suaminya, Garza.
Garza semakin menggeram, sigap dia mengangkat dress sebatat lutut istrinya. Dan mulai menyusupkan kedua tangannya ke dalam sana.
Menyibak bra pembungkus dua gundukan kenyal itu. Dan mulai memilin benda bulat kecil berwarna coklat kemerahan disana dengan kedua jemarinya, hingga sang empunya menggelinjang.
“Garza… Ooouugghh God!” Desah Zizil memundurkan tubuhnya ke belakang, namun Garza menahan kakinya.
Dia membiarkan istrinya terus menikmati foreplay nya, hingga istrinya benar-benar meminta. Yah! Garza tetap akan bersikap sama.
Dirinya tidak akan melakukan penyatuan mereka, dan tetap memberikan foreplay istimewa untuk istrinya. Sampai istrinya benar-benar tidak tahan, memohon, dan memintanya langsung padanya. Karena itu adalah suatu kebanggaan tersendiri untuk seorang mantan player seperti Garza Axaorcha.
“Apa ini sangat nikmat, Eazlin…” Gumam Garza sambil menggertakan rahangnya. Menarik-narik dua putting di dalam sana. Dengan giginya masih menggigit kecil leher istrinya. sesekali dia menghisapnya kuat.
“Aaaahhh Garza, please…” Desah Zizil mulai memohon pada suaminya.
Garza mulai mencetak smirk di wajah tampannya yang terlihat iblis itu. Dan masih terus memainkan kegiatannya di tubuh istrinya.
Zizil, dirinya mulai kerasukan. Hawa panas sudah menyelimuti tubuhnya sedari tadi. Bahkan dirinya mulai merasakan basah di area kewanitaannya. Miliknya sudah berdenyut, seakan minta untuk segera dirasuki oleh sang pemilik.
“Garza, ku mohon…” Desah Zizil mulai menggerakkan kedua tangannya membuka celana dalam miliknya dan membuka dressnya, hingga menampakkan tubuhnya yang hanya mengenakan bra berwarna abu-abu terang.
Garza menganga dan terdiam melihat respon istrinya yang mulai agresif. Dia tersenyum sinis melihat Zizil, istrinya yang sudah berada di ambang gairah seperti ini.
“Kau sangat manis, Eazlin.” Ucapnya lalu membuka kaitan bra istrinya dari belakang. Dan melempar sembarang bra itu.
Zizil mulai menungging, dan menumpukan kedua tangannya pada meja rias yang ada di hadapannya saat ini.
“Lakukan! Aku sudah tidak tahan! Aaaahh…” Geram Zizil dengan kedua mata mulai terpejam.
Garza mengikuti arahan dari istrinya itu.
“Tunggu sebentar lagi, Baby!” Geram Garza lalu berjongkok tepat di hadapan milik istrinya yang sudah terlihat basah.
Dia mengangkat tangan kanannya, dan mulai meraba milik istrinya dengan jari tengahnya. Tangan kirinya meraba sensual b****g mulus dan sintal istrinya itu.
“Oouughh ini sudah basah, Eazlin!” Geram Garza, perlahan mulai memasukkan jemari tengahnya ke dalam sana.
“Aaaahhhh Garza…” Desah Zizil menundukkan kepalanya. Seraya menikmati sentuhan nikmat dan sakit miliknya yang mulai dipermainkan oleh suaminya, Garza.
Garza memaju mundurkan miliknya di dalam sana. Sesekali dia mencium b****g istrinya yang selalu wangi itu.
“Kau merawatnya dengan sangat baik, Eazlin. Aku suka ini.” Geram Garza masih mengeraskan rahangnya. Dan tetap memainkan jemarinya di dalam sana. Mengaduk-ngaduk milik istrinya yang terasa hangat di jemari tengahnya.
“Aaaahh Garza… Oouuughhh…” Desah Zizil yang menjadi pancingan gairah untuk suaminya, Garza.
Garza, dia melepas jemarinya dari sana. Dan memposisikan wajahnya tepat di hadapan istrinya.
Plaakk!!
Plaakk!!
Dia memukul b****g istrinya dengan kasar, hingga sang empunya memekik nikmat.
“Oouughh Garza… Please…” Desah Zizil kembali memohon.
Kedua tangan kekar itu mulai membuka lebar daerah yang sudah basah itu. tangan kanannya mulai mengangkat paha kanan istrinya ke atas. Dia menahannya dengan tenaganya yang kuat. Mulai menghisap milik istrinya yang sudah sangat basah itu.
“Ssssrrrrppptttt… Hhhmm Ini… sssrrrpptttt manis… sssssrrrrpptttt Baby!” Garza menikmati hisapan cairan yang selalu menggoda dirinya untuk meminumnya sampai habis.
“Aaaahh aaahhh aaahhhhh…” Desah Zizil mulai memundurkan bokongnya ke belakang, seraya ingin mendapatkan kenikmatan lebih saat lidah suaminya mulai bermain di dalam sana.
Garza tentu saja mengerti jika istrinya sudah mencapai pada puncaknya. Namun begini lah Garza, dia selalu ingin bermain dengan istrinya dan membuat istrinya benar-benar bersikap agresif.
“Kau menyukainya, Eazlin…” Ucap Garza menghentikan kegiatannya. Dia mulai beranjak dari posisi duduknya. Dia berdiri, lalu membalik tubuh polos sang istri.
“Hhhhh hhhhh hhhhh hhhh…” Nafas Zizil tersengal. Dan dia menegukkan salivanya dengan susah payah saat melihat suaminya melempar tatapan iblis ke arahnya.
Zizil menggelengkan pelan kepalanya, seraya memohon dengan wajah memelasnya. Dia mulai mengangkat kedua tangannya, membuka kemeja kancing jas mahal suaminya.
Garza ? Dia tentu saja dengan senang hati menerima perlakuan dari istri tercintanya. Membiarkan istrinya melakukan kegiatannya dengan tergesa-gesa, Garza memainkan kedua tangannya meremas-remas kasar bahkan memukul kedua b****g sintal itu.
Plakk!!
Plakk!!
“Hhhh hhhhh hhhhhh…” Zizil dengan terburu-buru membuka semua pakaian lengkap suaminya yang seharusnya pergi ke kantor untuk menghadiri rapat pentingnya.
Dia membuka suaranya.
“Bagaimana dengan rapat mu, Sayang ?” Tanya Zizil dengan nafas tersengal, dan terburu-buru. Lalu melepas kasar dasi yang melingkar indah di kerah kemeja abu-abu suaminya.
Garza tertawa sinis dengan rahangnya yang masih mengeras sedari tadi.
“Jangan pikirkan itu. Kita bereskan dulu keinginan mu, Baby.” Geram Garza merundukkan tubuhnya, mencium puncak kepala istrinya, Zizil yang sedikit lebih pendek darinya.
Zizil sudah tidak sabar ingin melakukannya. Hingga dia membuka kemeja suaminya dengan sangat kasar.
Garza terkekeh, karena ini yang dia inginkan. Keagresifan istrinya, yang menambah gairah mereka dalam bercinta.
“Jangan terburu-buru, Baby. Tenang lah, aku akan memuaskan mu lebih dari biasanya.” Ucap Garza membuka resleting celana abu-abu panjangnya, seraya membantu istrinya untuk membuat polos tubuhnya.
Garza semakin menggeram dengan keadaan tubuh mereka yang sama-sama polos. Tanpa aba-aba dia langsung mengangkat tubuh istrinya ala bridal, dan membawanya menuju ranjang mereka.
Dia meletakkan lembut tubuh istrinya diatas sana.
“Kau ingin bermain diatas, Baby ?” Tanya Garza menyibak rambut halus yang menghalangi wajah cantik istrinya yang sudah dipenuhi oleh kabut gairah itu.
Zizil mengangguk iya dengan wajah memelasnya.
Garza tersenyum. Keinginan istrinya selalu menjadi tujuan utamanya.
“Baiklah. Ayo, Baby. Kau sudah sangat tersiksa.” Ucap Garza menegakkan tubuh istrinya.
Zizil membuka suaranya.
“Cepat, Sayang.” Ucap Zizil dengan suara paraunya.
“Okay, Baby.”
Garza menyandarkan punggungnya pada pembatas king size mereka. Dan mulai menuntun istrinya untuk duduk diatasnya.
Zizil mulai menaikkan bokongnya ke atas, sementara Garza mengurut pelan juniornya yang panjang dan besar, terlihat urat besar disana.
“Sayang…” Rengek Zizil yang sudah tidak sabar untuk segera dirasuki oleh suaminya.
Garza terkekeh pelan. Lalu kedua tangan kanannya mulai menurunkan pinggul istrinya seraya menyuruh istrinya untuk perlahan menduduki juniornya.
“Aaaahhhhh…”
“Ssssssshhhhhhhaaaaa…”
Zizil mulai tersengal. Kedua tangannya mengalung pada leher telanjang suaminya. Dia menganga dengan senyuman terangkai di kedua sudut bibirnya.
Garza menyatukan kening mereka, seakan menyelami perasaan bahagia dan nikmat yang mereka rasakan saat ini. Dia mengelus lembut punggung telanjang sang istri.
“Kau masih sempit, Eazlin.” Ucap Garza mengecup sekilas bibir istrinya yang sungguh terlihat menggoda dalam pandangannya.
Zizil tersenyum mendengar pujian dari suaminya, mengenai kesempitan miliknya yang masih terjaga. Tentu saja dia selalu merawatnya. Bahkan Zizil selalu berkonsultasi dengan dokter yang ahli di bidang area kewanitaan agar miliknya tetap sempit, kesat, dan wangi.
Mendengar kalimat pujian dari suaminya, membuat Zizil mulai menggerakkan pinggulnya ke atas. Dia mulai menaik turunkan bokongnya disana.
“Aaaahhhh… Ggggrrrrhhhmmm…” Desah Garza mulai memejamkan kedua matanya, dan mulutnya mulai menganga merasakan miliknya yang dijepit dan dipijat oleh gerakan lembut milik istrinya.
Kedua tangan Graza masih setia mengelus punggung istrinya. Dia bergumam pelan.
“Ini sangat nikmat, Eazlin. Kau pintar sekali.” Gumamnya pelan dengan kedua mata masih terpejam.
Zizil, melihat respon nikmat dari wajah suaminya, dia sungguh puas. Dia semakin menekannya ke dalam, dan sedikit menghentakkannya kasar hingga sang empunya mendesah dan menggeram.
“Aaarrgghhh ssssshhhhhhtttt oouughhhh come on, Baby!” Garza menggertakan rahangnya dan membuka pejaman kedua matanya.
Istrinya yang masih menaik-turunkan b****g hangatnya, sudah memejamkan kedua matanya menikmati permainannya sendiri.
“Aaaahh aaahhhh aaaahhh aaahhhhh aahhh aahhhhh…” Desah Zizil mengelus-elus pundak suaminya.
Garza menatap istrinya dengan tatapan buas. Sungguh kecantikan istrinya semakin bertambah saat berada diatasnya, pikirnya.
“Kau semakin lihai, Baby. Aaaaahhh ssshhhhh aaahhhh aaahhhh aaahhh. Jika lelah aaahh aaahhh aaahhh. Katakan, Baby.” Ucap Garza menggeram mulai memukul pelan b****g istrinya.
Zizil hanya mengangguk iya sebagai jawaban. Dia sungguh masih menikmati permainannya sendiri.
Suara cairan itu semakin terdengar di telinga mereka, kala Zizil mulai mencapai o*****e pertamanya. Dan dia semakin memperlambat gerakannya.
“Hhmmm oouughhhh Garza… Aaahhkk aaahhhkkkkk aaaahhhhkkkk…” Desah Zizil menekan miliknya semakin dalam, membiarkan junior suaminya menyentuh ujung rahimnya.
“Yaaasss, Baby. Good job. Ooouuggghhh sssshhhhhh aaaahhhhh…” Desah Garza mengelus pelan b****g istrinya dengan kedua tangannya.
Zizil mulai menaruh kepalanya pada bahu kanan suaminya. Membiarkan wajahnya menghadap ceruk leher yang sudah penuh dengan peluh keringat disana.
Menghirup aroma maskulin suaminya yang sungguh memabukkan dirinya setiap hari. Menjadikannya sebagai candu sebelum dan sesudah bangun tidurnya.
Nafasnya yang masih terengah, memaksa Zizil untuk tetap pada posisi ternyamannya saat ini. Dia sendiri pun mengerti, jika suaminya pasti sudah menahan rasa itu saat itu.
Garza masih mengelus pelan punggung polos istrinya. Sesekali dia merapikan rambut panjang istrinya yang sudah tidak rapi lagi.
“Lelah ?” Tanya Garza yang masih membiarkan istrinya memakai bahu kekarnya.
Zizil hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Sejujurnya, dia sendiri pun sudah merasa lelah. Tetapi entah kenapa, dirinya masih belum puas jika suaminya belum mengukungnya dari atas.
Karena jika suaminya sudah menggenjotnya lama. Perasaan melambung tinggi itu terasa jauh lebih nikmat dari pada dirinya yang bermain diatas suaminya.
“Lagi Sayang.” Jawab Zizil dengan suara seraknya. Dia lalu menegakkan kepalanya kembali melihat suaminya.
Dia melempar senyuman hangatnya, dan direspon kecupan singkat oleh Garza. Saat Garza hendak mengubah posisi mereka dan membaringkan tubuh istrinya di ranjang, Zizil membuka suaranya.
“Sayang.” Ucap Zizil lembut memanggil suaminya mesra.
“Ada apa ?” Jawab Garza menyatukan kening mereka, mengelus pelan punggung polos istrinya.
“Kau yakin dengan perjanjian yang kalian buat ?” Tanya Zizil kepada suaminya perihal permohonan kerja sama perusahaan ternama di Dubai dengan perusahaan mereka yang memiliki campur tangan Dyrga, adik sepupunya.
Mendengar pertanyaan istrinya, Garza mengernyitkan keningnya. Dia kembali membuka suaranya.
“Kenapa kau bertanya seperti itu, Eazlin ?” Tanya Garza balik dan memanggil istrinya dengan nama aslinya sebagai panggilan sayangnya.
Zizil menghela panjang nafasnya. Dan kembali membuka suaranya.
“Aku tahu, kalau pria itu Mr. Black ?” Ucap Zizil seraya bertanya dengan wajah khawatirnya.
Garza menghela panjang nafasnya mendengar kalimat istrinya barusan. Dia tahu kalau istrinya pasti sangat mengkhawatirkan dirinya dan juga perusahaan mereka jika sudah menjalani perjanjian bisnis dengan pria berinisial Mr. Black.
Pria kejam yang tidak pandang bulu untuk menjatuhkan lawan mainnya dengan cara menarik saham menggunakan teknik liciknya. Dan tidak akan pernah puas, sebelum apa yang menjadi keinginannya terkabulkan.
“Eazlin, dengarkan aku Baby. Semua akan baik-baik saja. Dia, tidak seperti dulu lagi. Dan perjanjian ini, dia juga yang menawarkannya pada kami. Jadi saham tidak akan pernah terbagi dua sampai kapan pun. Apapun cara yang dia lakukan, tidak akan pernah mempan untuk menguasai saham kita.” Ucap Garza mendetail seraya membuat rasa percaya istrinya, Zizil.
Zizil mengangguk iya walau masih memasang wajah khawatirnya. Dia kembali mengeratkan pelukannya pada leher suaminya.
Mereka saling bertatapan intens.
“Sayang…” Ucap Zizil lalu memajukan wajahnya, dan mengecup bibir seksi suaminya.
Garza dengan senang hati menerimanya. Dan membalasnya dengan hisapan penuh nikmat.
“Kita lanjutkan lagi ?” Tanya Garza seraya meminta persetujuan dari istri tercintanya, dan direspon anggukan kepala oleh Zizil seraya setuju.
Dalam ciuman panas mereka, Garza menyempatkan bibirnya untuk mengulum senyumannya. Dia menopang tubuh istrinya dan mengubah posisi tubuh mereka.
Membaringkan tubuh istrinya. Dia mulai mengurut pelan juniornya yang sudah semakin mengeras, tanpa melepas ciuman mereka.
Kedua tangan kekar itu mulai mengangkat kedua paha istrinya, dan menopangnya pada bahu kekarnya.
“Aaahhhkk…” Pekik Zizil seketika melepas ciuman mereka, kala suaminya menyentak tubuhnya ke depan. Hingga bokongnya sedikit terangkat ke atas.
Garza mulai menunjukkan smirknya.
“Kau siap Eazlin ?” Tanya suaminya mengurut miliknya yang besar dan panjang itu tepat di hadapan Zizil yang sudah menganga melihatnya.
Zizil hanya mengangguk iya, dan mulai memejamkan kedua matanya kala milik besar suaminya mulai masuk ke dalam miliknya yang sempit.
“Oooouuughhh sssshhhhhhhh…” Desah Zizil mulai meremas-remas sprei berbahan sutra itu.
Tanpa menunggu lama, Garza mulai menggerakkannya perlahan.
Dan mereka mulai melakukan penyatuan yang sempurna dengan posisi favorit seorang Garza Axaorcha. Dimana dirinya yang berkuasa atas tubuh seksi istrinya yang selalu mampu mengelabui pikiran kotornya.
***
University of Dubai, Dubai, Uni Emirat Arab.,
Kantin.,
Pagi hari.,
Dia menatap tajam ke arah seseorang yang sudah membuat kulitnya terasa panas. Kemudian dia mendesis pelan.
“Kalau bukan temanku. Sudah habis kau!” Desis Ayra pelan, lalu membuang wajahnya ke depan.
Orang itu menyodorkan pesanannya dan juga minuman favoritnya, coklat s**u hangat.
“Nih! Coklat susunya hangat. Tidak panas. Jadi kau tidak perlu berlebihan.” Ketus Elina sambil duduk tepat di hadapan Ayra.
Ayra masih memasang wajah cueknya. Sambil membuka bungkusan yang dia pesan kepada Elina.
Elina kembali membuka suaranya.
“Penjual tadi bilang, rasa pedas tapi tidak pakai saus. Dia tidak menjualnya.” Ucap Elina polos lalu membuka bungkusan kebab miliknya.
Ayra menatap Elina sekilas, lalu beralih pada kebab yang dia suka.
“Lucu sekali dia. Aku merasa, kita perlu beri kritikan pada penjual itu. Kalau ada yang menginginkan pedas, dan tidak mau pakai saus, bagaimana coba ? Seperti aku contohnya.” Ucap Ayra lalu memakan kebabnya.
Elina hanya mengendikkan bahunya seraya mengatakan tidak tahu sebagai jawaban. Dia juga memakan makanannya dengan lahap.
Mereka berdua menikmati sarapan pagi mereka dengan jajanan yang ada di kantin Universitas Dubai. Dan tanpa memikirkan jam yang berlalu, karena jadwal kuliah mereka hari ini sudah kosong.
…
Saat ini mereka tengah berjalan menuju madin yang berada di aula tengah Universitas Dubai. Dan tiba-tiba Elina merasa sesak di bagian perutnya.
“Ayra, kamu duluan kesana ya. Aku mau ke toilet sebentar.” Ucap Elina seraya terburu-buru berlalu pergi meninggalkan Ayra disana tanpa menunggu jawaban dari Ayra.
Ayra memasang wajah cemberutnya dan menghela panjang nafasnya.
“Hmm… Dasar!” Ucapnya lalu berjalan menuju madin yang sudah berjarak dua meter darinya.
Namun saat dirinya melangkahkan kakinya menuju madin disana, penglihatannya teralihkan dengan beberapa orang penting kampusnya yang masuk ke dalam ruangan Rektor Utama.
Seketika dirinya merasa penasaran dengan siapa tamu istimewa yang akan menjadi pembicara mereka saat seminar nanti. Dan entah keberanian dari mana, Ayra melangkahkan kakinya menuju ruangan itu.
“Melihat sebentar saja kan tidak masalah.” Gumam Ayra pelan dalam langkah kakinya.
Saat dirinya sudah berada tepat di depan pintu besar itu, dia menghentikan langkah kakinya.
“Yah! Tidak bisa kelihatan kalau begini. Kain jendela ditutup. Pintu ditutup.” Gumamnya pelan sambil memegang ransel kecilnya. Wajahnya melihat jendela hitam besar itu, dengan gerakan celingak-celinguk.
Tetapi sedetik kemudian, Ayra memajukan langkah kakinya. Dia sedikit mendekatkan telinganya ke pintu itu.
“Bisa terdengar tidak ya.” Gumamnya pelan menempelkan telinganya pada pintu besar ruangan Rektor Utama itu. Dan memegang knop pintu seraya menahan tubuhnya.
Saat dirinya tengah fokus mendengar suara samar-samar dari dalam ruangan, tiba-tiba suara seseorang membuatnya terkejut.
“Hey!” Sapa orang itu menepuk pelan pundaknya.
Ayra terkesiap dan tanpa sengaja dia menarik knop pintu dan mendorongnya kuat.
Brrraaaakkkkkk!!!
Pintu terdobrak dan terbuka lebar.
Buugghhh!!
“Aaaww!!” Pekik Ayra tersungkur ke lantai. Dia mendongakkan kepalanya ke atas.
Dua pasang netra itu saling bertemu dan bertatapan. Sepasang netra tajam menatapnya lekat.
Deg!