Azzura Abraham Althaf's Family
---**---
Mansion Abraham Althaf, New York, USA.,
Dapur.,
Pagi hari.,
“Hallo para Mr. Abraham Althaf!”
Suara nyaring itu lagi-lagi terdengar di gendang telinga mereka.
Semua menggeliat dalam tidurnya masing-masing.
..**..
Waktu silih berganti. Musim yang telah terlewati menjadi saksi bisu atas kehidupan orang-orang yang telah melaluinya.
Bagaikan waktu yang termakan oleh zaman. Waktu yang berputar tidak akan pernah kembali. Sama seperti kesempatan emas yang tidak akan pernah datang dua kali.
Kesempatan untuk memilih hidup bahagia atas takdir yang sudah ditetapkan dan direncanakan matang oleh Tuhan. Kebahagiaan atas takdir merupakan pilihan yang diinginkan oleh setiap orang.
Terutama takdir menjalani kehidupan rumah tangga dengan berbagai konflik di dalamnya. Tetapi atas kepercayaan kedua pasangan, maka apapun multikonflik yang terjadi, mereka pasti bisa melaluinya.
Kehidupan Zu dan Anta sudah melewati banyak halangan dan rintangan selama 26 tahun mereka menjalani kehidupan rumah tangga. Bukan dengan cara kekanakan, mereka mengatasi itu dengan cara yang dewasa.
Pesan dari almarhum keluarga mereka yang selalu mereka ingat, membuat Zu dan Anta menjadi pasangan yang saling memberi kepercayaan terhadap satu sama lain.
Yah! Beberapa anggota keluarga mereka sudah meninggal dunia.
Abraham Althaf yang saat itu berusia 78 tahun. Setelah 3 tahun Dyrga dan Dyrta merayakan hari ulang tahun mereka, Abraham Althaf, Grandpa nya mengalami sakit parah yang disebabkan karena faktor usia. Tidak lama dirawat secara intensif di salah satu Rumah Sakit ternama di New York, dia kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.
Sebelumnya Abraham sudah memberi beberapa pesan untuk cucu kesayangannya, Azzura Abraham Althaf untuk selalu menjaga harkat dan martabat keluarga Althaf. Serta tetap menjaga dan mengurus bisnis keluarga mereka yang sudah turun temurun dijalani dengan usaha yang halal.
Setelah 4 tahun meninggalnya Abraham Althaf, Uzma yang saat itu berusia 76 tahun juga menyusul Abraham ke syurga.
Awalnya keluarga besar Zu dan Anta sangat terpukul dengan kejadian duka cita berturut-turut itu. Apalagi setelah meninggalnya Uzma, nenek Anta Ish dan Lia juga ikut menyusul menghadap sang ilahi.
Keluarga tertua mereka yang tersisa hanyalah Badar Faris, kakek Anta, ayah kandung Ghaniah. Yang saat ini dia masih tetap sehat dan tinggal bersama Arsyad dan Ghaniah di mansion Zu yang terletak di Perumahan Cemara Hijau, Medan, Indonesia.
Juga bersama William dan Dila yang memilih untuk tinggal di Indonesia dan mengurus segudang bisnis abang ipar mereka, Zu. Dan mereka hanya kembali ke New York 1 atau 2 kali dalam setahun. Mengingat pekerjaan William yang sibuk, juga Dila yang sibuk mengurus dua anak perempuannya yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Sudah menjadi keputusan William untuk menetap di Indonesia dan menjadi Warga Negara Indonesia, mengingat banyaknya masalah yang telah dia hadapi saat hubungannya dengan Dila mengalami banyak lika-liku sebelum mereka benar-benar memutuskan untuk menikah.
Sedangkan Zharif dan Syarifah ?
Mereka memutuskan untuk tinggal di Dubai bersama dengan Fakra dan Asyafa. Mengingat Eazlin Fakra Al-Bakhri yang akrab disapa Zizil sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di mansionnya di Dubai, membuat Fakra dan Asyafa merasa kesepian.
Akhirnya Zharif dan Syarifah memutuskan untuk tinggal bersama dengan mereka di Dubai.
Mengingat banyaknya kehidupan lika-liku, suka dan duka yang dilewati bersama, membuat keluarga Abraham Althaf dan Nawwar Rizky menjadi keluarga yang harmonis dan dicap sebagai keluarga yang memprioritaskan kebahagiaan.
Mereka, keluarga Abraham Althaf dan Nawwar Rizky hanya menunggu kedatangan anak, menantu, cucu mereka saat mereka benar-benar tidak sibuk.
Mengingat perusahaan Abraham Althaf, Althafiance Corporation semakin berkembang pesat bahkan sudah membuat perusahaan baru yang saat ini sedang berada dalam puncak kejayaannya. Perusahaan itu bahkan sudah membuat anak cabang di beberapa Negara tertentu.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbitan n****+ dan pembuatan mobil Sport bermerk Althafa. Dua perusahaan itu berada dibawah naungan Althafiance Corporation yang masih tetap menjadi induk perusahaan yang menguasai kekayaan nomor 1 di USA.
Perusahaan baru Althafiance yang kini semakin berkembang pesat itu mendapat banyak tawaran kerja sama dari berbagai perusahaan asing ternama. Dan itu membuat sang Presiden Direktur pada masing-masing perusahaan menjadi super sibuk bahkan tidak sempat untuk mengurusi hal-hal sepele yang menurut mereka tidak penting untuk dipikirkan, salah satu contohnya adalah menikah.
Oh sungguh bukan tipe mereka untuk cepat-cepat menikah.
Apalagi dua dunia bisnis yang berbeda membuat dua Presiden Direktur itu memiliki latar belakang karakter yang berbeda pula.
Walau memiliki sifat yang hampir bertolak belakang dan sibuk dalam dunia bisnisnya, tidak membuat dua Presiden Direktur yang dicap sebagai Bos Tertampan oleh para pekerjanya itu menjadi pria yang tidak memperdulikan keluarganya.
Sungguh sangat berbeda saat ayah kandung mereka masih muda dulu, dua pria dewasa yang menggandrungi segudang bisnis kelas menengah ke atas itu masih tetap menuruti nasihat kedua orang tuanya, terutama ibu kandung mereka yang super duper cerewet dan bawel.
Bisa dipastikan, ketika berada diluar rumah dan mulai menjalankan jabatan mereka sebagai Presiden Direktur penerbitan n****+ dan pembuatan mobil Sport bermerk Althafa, mereka akan menjadi sosok pria dewasa yang memiliki aura sebagai Bos Tampan di perusahaan mereka masing-masing.
Tetapi ketika berada di mansion, membuat mereka menjadi sosok anak kecil manja yang masih disayang selayaknya anak kecil berusia 10 tahunan oleh ibu kandung mereka.
Walau dengan waktu yang super padat dengan jadwal bisnis mereka, tidak membuat mereka melupakan keluarga. Sesibuk apapun mereka, tetap mereka akan kembali ke mansion kecuali jika mereka tengah berada di luar kota untuk urusan bisnis atau berkunjung ke Indonesia dan Dubai.
Kebiasaan mereka itu sudah diatur sejak kecil oleh ibu mereka, sehingga mereka terbiasa pulang ke rumah walau dalam keadaan lelah sekalipun. Dan tidak terbiasa untuk tidur di penthouse walaupun masing-masing dari mereka punya itu.
Fokus pada bisnis mereka yang sedang berkembang pesat, membuat salah satu dari mereka menikmati waktu kesenangan mereka dengan cara yang berbeda.
Terlahir dengan kondisi kembar yang tidak identik, membuat dua pria dewasa itu memiliki karakter yang berbeda. Bahkan masing-masing dari mereka mendapat kemiripan dari kedua orang tua mereka, Azzura Abraham Althaf dan Adyanta Nawwar Rizky.
Pewarisan wajah tampan Zu sebagai ayah kandung mereka ternyata tetap diwarisi oleh kedua putranya itu.
Hal itu membuat mereka menjadi incaran para wanita cantik dan seksi, terutama wanita-wanita nakal yang hanya mengincar kekayaan dan ketenaran para pengusaha terkenal dan ternama seperti mereka, Adyrga Abraham Althaf dan Adyrta Abraham Althaf.
...
Terusik dengan suara melengking dari wanita yang usianya mencapai 52 tahun itu, membuat ketiga pria itu akhirnya memilih untuk segera turun dari ranjang mereka masing-masing.
...
Kamar Zu.,
”Oh Honey. Kau semakin menyebalkan saja.” Gumam pria itu pelan sambil mengerjap-ngerjapkan kedua matanya.
Langkah kakinya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya sebelum dia pergi ke dapur untuk menjumpai wanita yang sudah menjadi istrinya selama hampir 27 tahun lamanya.
...
Kamar Dyrga.,
”Iya Mom. Kau memang tidak ada duanya, Mom. Semakin cerewet saja.” Ucap pria itu dengan wajah datarnya, lalu turun dari king size nya.
Pria dewasa berwajah tampan, bulu-bulu halus tumbuh disekitar rahang tegasnya dan d**a bidang seksi yang menonjolkan tubuh atletisnya. Sorotan tajam kedua matanya yang mampu menghipnotis wanita manapun untuk mencari perhatian dari pria dengan sifatnya yang tsundere itu.
...
Kamar Dyrta.,
”Semakin menua kau semakin cantik saja Mom. Teruslah menjadi Mommy ku yang bawel.” Ucap pria itu dengan wajah sebal menyibak kasar selimut tebalnya, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk menggosok giginya.
Pria dewasa yang hobi memakai kalung di lehernya menambah kesan nakal di dalam diri pria itu. Wajah tampan dan so cute nya mampu membuat wanita manapun tergoda dengan ketampanannya yang haqiqi. Bahkan rela bertekuk lutut di hadapannya dan memberikan apapun yang pria itu inginkan.
...
Dapur.,
Wanita yang masih memakai apron di tubuhnya itu masih bisa mendengar suara-suara hinaan dari tiga pria yang sangat dia sayangi itu walau kedua tangannya sibuk menyiapkan piring-piring di atas meja makan.
Tanpa bantuan para pelayan, wanita yang akrab disapa Anta itu selalu menyiapkan sendiri menu makanan untuk keluarga kecilnya itu.
Mic kecil yang selalu tersedia di dekat ranjang tiga pria itu, membuatnya mendengar ucapan-ucapan pria itu yang dia tahu itu ditujukan padanya.
Mendengar ucapan tiga pria itu, membuat wanita yang kulitnya masih kencang di usianya yang sudah paruh baya itu lalu membuka suaranya lagi.
”Kalian bilang apa ? Coba katakan sekali lagi! Aku tidak akan beri kalian....” Ucap Anta yang masih berada di meja dapur, lalu disela cepat oleh pria yang kini tengah berjalan ke arahnya.
”Morning kiss, hmm ?”. Ucap pria itu dengan senyuman khas iblisnya yang tercetak di wajahnya yang masih terlihat beringas di usianya yang sudah menginjak 60 tahun itu.
Usia yang sudah tua, bahkan tidak membuat kulit mereka menjadi cepat mengeriput. Hal itu yang membuat para pekerja setia Zu dan kedua putranya itu semakin merasa takjub dengan keawet mudaan serta keharmonisan mereka berdua di usia mereka yang sudah senja.
Mendengar balasan ucapan dari pria itu, suaminya sendiri membuat Anta sedikit berwajah sebal tanpa memandang suaminya yang kini berjalan mendekatinya. Namun sedetik kemudian, senyuman cantik terukir di wajahnya yang masih kencang itu.
”Dasar!”. Ucap Anta singkat dengan wajah kembali jutek.
Zu semakin mendekati Anta dan memeluknya dari belakang.
Rambut istrinya yang digulung ke atas, membuat Zu semakin mudah untuk mencium parfum pagi yang selalu menjadi favoritnya itu.
”Pagi Honey”. Sapa Zu tepat ditelinga istrinya, Anta. Dia semakin memeluknya erat.
Dalam keadaan masih memeluk istrinya dari belakang, membuat seorang pria membuka suaranya.
”Cukup Dad. Sekarang giliran aku!”. Ucap pria itu sedikit membentak dengan wajah bangun tidurnya.
Mendengar ucapan putra keduanya, membuat Zu mulai berwajah sebal karena keromantisannya dengan istrinya selalu terganggu di pagi hari. Dia lalu berjalan menuju makan, dan duduk disana.
Pria itu, Dyrta lalu mendekati Mommy nya, Anta. Dia memeluknya dari belakang. Dengan tubuhnya yang sama tingginya dengan Daddy nya membuatnya sedikit merunduk. Dia mencium puncak kepala Mommy nya dan melingkarkan kedua lengan kekarnya pada pinggang ramping Mommy nya.
”Mom, semakin hari kau terlihat semakin cantik”. Ucap Dyrta merayu tepat di telinga Mommy nya.
Anta menghela panjang nafasnya, pasalnya dia selalu tahu teknik ketiga pria itu jika sudah membuat sebal dirinya.
”Duduk disana! Dan tidak perlu rayu Mommy!”. Ucap Anta dengan nada perintah.
Tetapi Dyrta tetap tidak bergeming dan masih tetap memeluknya hingga membuat Anta susah untuk bergerak.
Seorang pria lalu membuka suaranya. Pria tampan yang kini tengah berjalan ke dapur.
”Apa kau tidak dengar ? Mommy menyuruhmu duduk”. Ucap pria itu singkat.
Dengan wajah sebal, Dyrta lalu melepas pelukannya dan mencium singkat pipi Mommy nya yang masih dalam keadaan cemberut.
”Pagi Mom”. Ucapnya telat menyapa, lalu duduk di kursi meja makan.
Dyrga yang sudah berada di belakang Mommy nya lalu memeluknya dari belakang.
”Pagi my love”. Ucapnya lalu mencium singkat puncak kepala Mommy nya. Dan melingkarkan lengan kekarnya pada tubuh Mommy nya, Anta.
Anta mengulum senyumnya. Karena setiap pagi selalu mendapat perlakuan manis dari ketiga pria yang sangat dia sayangi itu.
Yah! Sudah menjadi ritual setiap pagi, jika mereka bertiga akan menyapa dirinya di dapur dengan kecupan singkat serta pelukan hangat yang menyapa tubuhnya yang masih terlihat ramping dan seksi.
”Hmm. Duduk manis disana. Sebentar lagi sarapan kalian segera siap”. Ucapnya dengan nada cuek.
Dyrga terkekeh pelan mendengar kejutekan Mommy nya jika mereka susah untuk dibangunkan pagi atau susah untuk dinasehati.
Mendengar ucapan Mommy nya, Dyrga pun menurut dan mengangguk iya. Dia juga ikut duduk bersama dengan mereka disana.
Sudah menjadi hal yang biasa bagi dua pria dewasa tampan dan satu pria yang usianya sudah senja itu, jika mendapat omelan pedas namun tetap terdengar manis di telinga mereka.
Anta meletakkan menu makanan favorit mereka bertiga di masing-masing piring mereka. Menyiapkan jus orange kesukaan mereka.
Setelahnya, dia lalu kembali duduk di kursinya dan mulai membuka suaranya.
”Oke selesai. Sekarang kita harus berdoa. Siapa yang memimpin”. Ucap Anta dengan nada biasa tanpa berbasa-basi.
Semua orang terdiam. Zu dengan wajah datarnya memandang lurus ke depan. Menautkan kedua tangannya diatas meja.
Dyrga hanya diam memandang ke arah piringnya. Sambil memainkan sendok dan garpunya seakan sedang menunggu sesuatu.
Sedangkan Dyrta memicingkan kedua matanya ke arah Mommy nya yang duduknya berseberangan dengan dirinya, seakan memberi isyarat bahwa Mommy nya melupakan ritual terakhir mereka sebelum makan.
Melihat respon diam ketiga pria yang sangat dia sayangi itu, membuat Anta mengernyitkan keningnya.
Dyrta, putra keduanya yang memicingkan kedua matanya ke arahnya membuatnya seketika teringat sesuatu.
”Oke.. oke.. Sorry Sorry.. Aku lupa”. Ucap Anta lalu segera beranjak dari duduknya. Dan segera berjalan mendekati suaminya, Zu.
Dia lalu mengecup bibirnya lama dan melumatnya pelan, lalu mengecup keningnya.
Setelah itu, dia berjalan mendekati putra pertamanya, Dyrga. Dia mencium kedua pipi putranya dan juga keningnya.
Dan yang terakhir adalah Dyrta. Dia juga mencium kedua pipinya dan keningnya.
Setelah itu Anta kembali duduk di posisinya semula.
Dyrga kemudian mulai membuka suaranya.
”Oke, pagi ini. Aku yang memimpin doa”. Ucap Dyrga lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa.
Mereka pun berdoa sebelum makan. Setelah itu mereka menikmati sarapan pagi mereka dengan candaan dan tawaan seperti biasanya. Berlomba memuji masakan yang dibuat oleh Nyonya Besar Abraham Althaf.
Dan begitulah keluarga mereka. Banyak sekali ritual yang sengaja Anta biasakan kepada keluarganya sejak dia menikah dan memiliki anak.
Hal ini dia lakukan agar keluarganya mengingat rumah dan terbiasa dengan hal-hal manis kecil yang dia lakukan setiap harinya. Terutama agar kedua putranya merindukan mansionnya dan merasa bahwa mansionnya adalah tempat utama yang paling nyaman dari pada tempat yang lain.
Sungguh Anta tidak ingin, bila kedua putranya bersifat seperti suaminya, Zu yang tidak pernah merindukan rumah dan keharmonisan sebuah keluarga saat suaminya masih muda dulu.
Dan kini Anta sudah mewujudkan keinginan almarhum neneknya, Uzma dan Ish. Menjaga keharmonisan keluarganya dan tetap membuat nyaman keluarganya bila berada di mansion.