CHAPTER: 2
Kenapa kita selalu
Bertemu?
Vaada & Arkan
Aykac, Aga, dan Dev marah saat mengetahui Vaada hampir diperkosa.
"Aga, Dev tangkap Diego dan bawa ke markas kalau sudah menyangkut Vaada tak ada penjara hanya ada kematian,” ucap Aykac tajam sedangkan Dev dan Aga mengangguk patuh lalu langsung keluar dari tempat kerja sang ayah.
"Mungkin sudah saatnya aku melepas Vaada agar ada yang selalu bersama putri kecilku karena Ku rasa tuhan akan segera memanggilku,” ucap Aykac menatap foto Vaada yang sedang tersenyum.
"Mr. Damian aku menyetujui perjodohan Arkan dan Vaada.”
Vaada & Arkan
Vaada menatap kosong pemandangan taman indah yang menemaninya selama tiga puluh tahun lewat balkon kamarnya.
Sudah seminggu semenjak kejadian Diego dan Vaada tak pernah bertemu Arkan lagi pria itu seakan ditelan bumi membuat Vaada bingung, apa Arkan masih marah?.
"Kau menyukai Arkan,” ucap Dev mengagetkan Vaada membuat Vaada kesal dan menatap tajam Dev.
"Tidak,” ucap Vaada singkat, jelas dan padat membuat Dev menghela nafas lelah.
"Matamu berkata lain Vaada,” ucap Dev ikut duduk di samping sang adik.
"Memangnya mataku berkata apa?.”
"Matamu seakan mengatakan bahwa kau ingin Arkan di sini menemanimu.”
"Apa kau peramal?,” Tanya Vaada.
"Bukan, memangnya kenapa?.”
"Jadi jangan sok tahu,” ucap Vaada membuat Dev menyentil kening sang adik membuat Vaada mengeluh sakit.
"Aku tak suka Arkan Vaada.”
"Berarti kau normal.”
"Sialan,” umpat Dev sedangkan Vaada hanya tersenyum.
Vaada & Arkan
Arkan sibuk merokok di balkon kamar hotel milik keluarga Dewantara.
"Sayang,” ucap jalang yang baru saja ia tiduri dan Arkan lupa namanya.
"Uangmu ada di atas meja ambil dan keluar dari sini karena aku muak melihat wajah menjijikkanmu,” ucap Arkan tak peduli wanita itu marah lagi pula kalau wanita itu marah uang bayaran tetap saja diambil, murahan.
Satu.......
Dua........
Tiga........
"LEPAS APA YANG KALIAN LAKUKAN LEPASKAN AKU ARKAN TOLONG,” teriak jalang murahan itu membuat telinga Arkan panas mendengarnya.
"Tuan Arkan jalang ini di Apakan?,” Tanya salah satu bodyguard Arkan menatap tubuh seksi dibalut gaun mini jalang bosnya itu.
"Kalian bebas menggilirnya setelah kalian puas lempar dia ke tengah jalanan dan jangan pakaikan dia pakaian, ingat itu!,” Ucap Arkan memakai jaketnya lalu keluar dari kamar hotel itu tepat pintu tertutup Arkan dapat mendengar desahan jalang murahan itu.
Tadi berteriak minta tolong sekarang mendesah dasar murahan.
~Vaada & Arkan~
Arkan sedang asyik makan steaknya di restoran bintang lima tapi itu hanya sebentar sebelum.....
"BRAKKK.”
Arkan mengelus pelipisnya lelah, cobaan apalagi ini tuhan.
Bahkan Arkan mengingat Tuhan hanya saat berhadapan dengan jalangnya saja.
"Arkan aku minta tanggung jawab kamu, aku hamil anak kamu buah cinta aku,” ucap Devia, jalang lain Arkan.
"Ini cek Lo guna in buat anak Lo jangan datang lagi ke hidup Gue lagi,” ucap Arkan menyerahkan cek dengan jumlah besar bahkan sangat besar.
"Aku maunya kamu tanggung jawab anak ini butuh ayah,” pinta Devia memelas.
"Tapi sayang Gue engga butuh anak,” balas Arkan keluar dari ruangan itu namun tangannya dicekal oleh Devia membuat langkah kakinya berhenti.
"Aku mohon Arkan kamu harus tanggung jawab kalau engga aku bakal melaporkan kamu ke polisi atas kasus pelecehan.”
Mendengar kata pelecehan Arkan jadi ingat Vaada, bagaimana keadaan Vaada sekarang?, Apa kondisi Vaada sudah membaik?.
"Gue engga peduli Lo mau melaporkan Gue atau mau melakukan apa pun,” ucap Arkan pergi meninggalkan Devia tak peduli Devia yang melongo tak percaya.
Arkan kaget melihat Vaada dan Aga ada di depan pintu restoran.
Entah kenapa Arkan takut Vaada salah paham akan apa yang Vaada lihat dan dengar.
"Aga pulang yuk Gue engga mood makan,” ucap Vaada menarik tangan aga keluar restoran.
"Gue pergi dulu ya i***t,” pamit aga.
"Sialan,” umpat Arkan menatap punggung Vaada yang semakin menjauh.
Vaada b**o Lo capek-capek in lacak lokasi Arkan cuma buat bilang maka sih malah pergi karena Arkan hamil in anak orang, memang kenapa kalau Arkan punya anak?, ingat Vaada Arkan itu Playboy engga cukup satu cewek dalam hidupnya ~pergulatan batin Vaada.
~Vaada & Arkan~
Vaada hanya diam menatap pria tampan yang sekarang duduk di depannya dengan enteng nya tak peduli tatapan tajam pemilik perusahaan ini.
"Kamu mau apa kesini?", Tanya vaada menatap tajam Arkan.
"Gue mau buat jas dan gue pengen Lo yang buat langsung berapa pun gue bayar", sombong Arkan menatap vaada.
"Saya tidak bisa jadi silahkan keluar dari kantor saya"
"Kamu harus mau karena kalau kamu tidak mau saya akan menarik saham di perusahaan kamu ini", ancam Arkan.
Arkan sangat tidak professional mencampur masalah pribadi ke kerjaan membuat vaada muak.
"Oke saya akan membuatkan anda jas tinggal kirim ukuran dan bahan serta warna yang anda ingin kan sekarang silahkan keluar dari ruangan saya tuan Arkan dewantara yang terhormat", usir vaada halus namun Arkan mempunyai wajah yang sangat tebal sehingga tak punya rasa malu sudah diusir masih disini.
"Gue mau nya Lo yang ngukur sendiri sekarang", ucap Arkan membuat vaada kesal setengah mati.
Vaada mengambil alat ukur dan mengukur tubuh atletis Arkan.
Vaada mulai mengukur lebar d**a bidang Arkan membuat jarak diantara mereka menipis.
Vaada ingin menulis ukuran d**a Arkan namun pria itu malah menarik pinggang nya agar mendekat membuat hidung kedua nya menempel sedangkan vaada berusaha berontak karena takut melihat wajah m***m namun tampan itu.
"Lo udah pernah ciuman?", Tanya Arkan menatap manik indah campuran biru laut dan hitam legam itu.
"Arkan jauh-jauh Arkan ih", ronta vaada berusaha melepaskan diri namun tak bisa.
"Jawab pyaar ka vaada Wilson, Lo pernah ciuman disini", ucap Arkan mengelus bibir tipis ranum milik vaada membuat vaada makin takut.
Vaada menggeleng membuat senyum devil terbit di bibir arkan.
"Biarin gue jadi yang pertama vaada", ucap Arkan sedangkan vaada tak mengerti apa maksud pria itu namun selanjutnya Arkan mencium bibir vaada menghisap nya dengan lembut.
Vaada berusaha berontak melepaskan ciuman mereka namun Arkan tak berhenti.
"Arkan mphhhh Ar.....kan le...pas", ucap vaada kehabisan nafas karena ini yang pertama untuk nya.
Arkan pun melepaskan ciuman nya dan menatap manik indah vaada.
Vaada menatap marah Arkan bahkan Arkan sudah siap ditampar oleh vaada namun semua nya sirna saat melihat gadis cantik itu menangis.
"Apa gue kelihatan kaya jalang murahan?, Apa gue pernah ngerayu Lo? Hiks hiks"
"Apa gue pernah kasih izin ke Lo buat sentuh gue"
"PERNAH GA ARKAN DEWANTARA?", Teriak vaada menunjuk arkan.
"Saya engga pernah ngasih izin kamu buat sentuh saya, tapi kenapa kamu selalu menyentuh saya seenak nya saya bukan JALANG kamu yang bisa kamu sentuh kapan pun dan dimana pun", ucap vaada tajam.
"Saya berdoa pada Tuhan kau akan menemukan orang yang dapat merubah perilaku binatang mu itu", ucap vaada lalu berlalu pergi meninggalkan Arkan yang terdiam.
"Oh ya satu lagi saya berdoa pada Tuhan semoga ini pertemuan terakhir saya dan anda dan saya tidak peduli lagi kalau anda akan menarik saham dari perusahaan saya karena ayah saya bahkan bisa memberi beribu perusahaan seperti ini pada saya kalau saya minta", ucap vaada lalu berlalu pergi.
Apa gue sebrengsek itu di mata vaada sampai vaada terus memandang gue sebelah mata?