CHAPTER: 1
Apa di dunia ini
Tak ada pria lain
Selain dia!
Vaada & Arkan
Hari ini adalah hari ter sial yang pernah Vaada alami dalam hidup.
Ban mobil bocor.
Diganggu preman.
Satu bis dengan Arkan.
Dan satu ruangan dengan Arkan!.
Vaada berusaha tetap tenang dan memulai presentasi dengan tenang membuat para investor menatap kagum padanya tetapi berbeda dengan pria tampan di sampingnya yang menatap m***m tubuhnya membuat Vaada ingin menampar wajah m***m itu.
Ide jahil pun terlintas di otak Arkan saat Vaada sudah duduk.
Vaada yang tadinya fokus pada direktur yang sedang presentasi terkecoh saat merasakan sesuatu mengelus pahanya dan saat ia melihat ke bawah ia melihat tangan Arkan mengelus pahanya membuat Vaada marah dan mengentakkan tangan Arkan kasar.
Tangan Arkan makin gencar meskipun Vaada sudah berusaha menghentikannya.
Arkan terus aja mengelus lembut paha Vaada yang dibalut rok selutut berwarna hitam membuat Arkan ingin menangis namun tak bisa hingga akhirnya meeting ini telah selesai, semua sudah keluar menyisahkan Arkan dan Vaada berdua di dalam ruang meeting ini.
Vaada berdiri mengepalkan kedua tangannya dengan kuat hingga punggung tangannya yang putih menjadi merah dan tangan Vaada melayang di pipi Arkan dengan kerasnya hingga menimbulkan bekas merah di pipi arkan.
"PRAKKK"
"b******k, b******n, BASTARD, PENJAHAT KELAMIN, ORANG GILA, JERK, HIKS,” umpat dan tangis Vaada menatap tajam Arkan yang syok melihat reaksi Vaada apalagi melihat Vaada menangis deras untuk ruang meeting ini kedap suara.
"Kau kira kau siapa b******n berani sekali kau melecehkanku, apa karena kau telah menolongku dari preman itu kau jadi besar kepala dan mengira aku mau jadi PELACURMU ha,” teriak Vaada menunjuk Arkan dengan amarah meluap-luap.
Demi tuhan Arkan tak menganggap Vaada seperti itu, apa sebegitu berharganya harga diri Vaada sampai mengumpatnya.
"Aku..... Aku tidak...."
"TUTUP MULUT KOTOR MU b******n, AKU BAHKAN JIJIK DENGAN MU DAN PERILAKU MU YANG SEPERTI BINATANG MELIHAT BETINA KAU LANGSUNG MENYERANG. BERAPA WANITA YANG KAU LECEHKAN HA?!,” Teriak Vaada membuat Arkan geram.
Arkan mengaku ia adalah penganut s*x bebas namun ia menggunakan pengaman dan selalu mengecek terlebih dahulu kesehatan teman tidurnya sebelum melakukan s*x karena ia tidak ingin tertular penyakit kelamin apa pun.
Arkan memang salah dengan melecehkan Vaada namun Vaada tak berhak menghinanya.
"PRAKKK.”
Arkan menampar keras Vaada membuat Vaada makin menangis karena belum ada yang berani menamparnya bahkan Daddy dan Mommynya tak pernah menamparnya, tapi Arkan menamparnya setelah melecehkannya.
"Aku mungkin penganut s*x bebas namun kau bukan siapa-siapa sehingga bisa menghinaku Pyaar Ka Vaada Wilson tadinya aku menyesal melecehkan gadis baik-baik sepertimu namun semuanya lenyap seketika saat melihat sisi aroganmu, aku berdoa pada Tuhan semoga ada pria yang melecehkanmu seperti diriku agar kau tahu rasanya dihina,” ucap Arkan menatap tajam Arkan dan meninggalkan Vaada yang menangis karena pelecehan dan tamparan Arkan.
"Mommy Vaada kangen Mommy, Vaada mau ikut Mommy hiks,” tangis Vaada.
~Vaada & Arkan~
Vaada memasuki lift ingin pulang, saat ini ia sedang kacau dan tak mampu berpikir lagi.
Vaada merasakan ada tangan yang memeluk perutnya dan saat ia menengok ia melihat model busana perusahaannya.
"Lepaskan tangan Anda sir,” ucap Vaada menatap tajam Diego.
"Ayolah Vaada aku sudah lama menyatakan perasaanku padamu namun kau terus saja menolak setidaknya berikan tubuhmu padaku sayang,” ucap Diego mencium harum rambut Vaada.
“PLAKKK.”
"Beraninya kau Diego aku akan melaporkanmu pada pihak berwajib.”
"Laporkan saja tapi sebelum aku dipenjara aku ingin menikmati tubuh indahmu yang selalu jadi fantasiku cantik,” ucap Diego menyudutkan Vaada ke sudut ruangan.
Diego berusaha mencium bibir Vaada namun Vaada terus saja berontak sehingga Diego hanya mencium leher Vaada.
"Diego lepas aku mohon hiks,” tangis Vaada berusaha meronta minta dilepaskan.
Pintu lift pun berbunyi dan masuklah Arkan ke dalam lift.
Arkan kaget saat melihat Vaada dan Diego dan terlihat jelas Diego memaksa Vaada membuat Arkan geram namun ia berusaha untuk tidak peduli dan tetap masuk.
"Keberuntungan berpihak padaku cantik,” ucap Diego tersenyum jahat melihat Arkan diam tak menolong Vaada.
"Diego lepaskan aku tolong hiks,” tangis Vaada apalagi saat Arkan hanya diam memunggungi mereka, rasanya Vaada ingin sekali meminta tolong pada Arkan namun melihat Arkan hanya diam tak ada niat menolong membuat ego Vaada menolak meminta tolong.
Diego melumat telinga Vaada dengan s*****l membuat Vaada menangis, bila ia sampai kehilangan kehormatannya maka ia lebih baik mati.
Vaada tak bisa bergerak karena Diego menggenggam kuat tangannya ke atasnya.
Diego menghisap leher Vaada meninggalkan bekas keunguan membuat Vaada makin menangis keras.
Diego makin berani karena Arkan diam saja bahkan Diego berani menarik Resleting gaun Vaada.
"ARKAN TOLONG HIKS,” Tangis Vaada menyerah meminta tolong Arkan karena kehormatannya lebih penting dari egonya sekarang harapannya hanya Arkan seorang.
Vaada hanya berharap Arkan mau menolongnya, tapi nihil pria itu hanya diam sampai Diego berhasil menarik Resleting gaun Vaada dan mengelus punggungnya membuat Vaada menangis ketakutan.
"BUGHHH.”
"BUGHHH.”
“BUGGGHHH.”
"b******k LO BANGUN LO b*****t JANGAN BERANI NYA SAMA CEWEK BANCI,” Teriak Arkan pada Diego yang sudah babak belur dengan darah mengalir deras namun Arkan tak peduli karena yang sekarang berada di otaknya adalah menghabisi Diego yang sudah berani menyentuh Vaada.
"BUGGGHHH.”
"BUGGGHHH.”
Arkan terus memukul Diego membuat Vaada makin menangis.
Sekejam inikah dunia yang sebenarnya, dunia yang belum pernah Vaada lihat selama tiga puluh tahun hidupnya karena Daddy, Mommy, Aga, Dev, Uncle Antonio, Aunty Vevita, dan Uncle Dante selalu bersamanya dan melindunginya tak pernah membiarkannya sendiri.
"Mommy hiks Vaada takut Mommy tolong Vaada,” tangis Vaada keras membuat Arkan sadar bahwa sekarang Vaada lebih penting daripada membunuh pria itu.
"Ini belum selesai Gue bakal bunuh Lo ingat itu,” ancam Arkan menendang tubuh sekarat Diego.
Diego pun langsung lari ketakutan.
"Vaada Gue di sini ada Gue hei tenang,” ucap Arkan berusaha menyentuh Vaada namun gadis cantik itu beringsut mundur karena trauma akan p*********n Diego beberapa menit lalu.
"MUNDUR JAUH-JAUH DARI VAADA, VAADA BENCI PRIA VAADA BENCI HIKS,” teriak Vaada histeris bercampur tangisan membuat Arkan merasa bersalah karena lebih mementingkan egonya daripada menolong Vaada dari Diego.
"Mommy Vaada takut hiks,” tangis Vaada membuat Arkan langsung memeluk tubuh rapuh itu yang terus berontak ketakutan berusaha melepaskan diri dari Arkan membuat Arkan makin bersalah.
Arkan tak tahu bahwa dampak dari kejadian itu akan berpengaruh besar untuk Vaada.
"Gue di sini tenang engga ada yang bisa menyentuh Lo tanpa seizin Gue, Gue di sini tenang,” ucap Arkan mengelus rambut bergelombang pirang milik Vaada dengan lembut berusaha menenangkan Vaada.
"Mommy Vaada kangen,” lirih Vaada lalu tertidur karena lelah dengan begitu banyaknya kejadian hari ini.
"Lo lemah tapi berusaha kuat.”
"Lo cengeng tapi berusaha tegar,” ucap Arkan mencium bekas air mata Vaada dengan lembut lalu menggendong Vaada ke mobil sport Lamborghini keluaran terbarunya.
Arkan menelepon orang kepercayaannya.
"Penjarakan Diego, model busana V'd Fashion,” perintah Arkan lalu mematikan teleponnya sepihak.