CHAPTER: 3

1291 Kata
CHAPTER: 3 Apa aku terlalu Kasar pada nya? Vaada & Arkan Vaada berjalan sambil menenteng belanjaan yang baru ia beli dari supermarket, vaada berjalan kaki dari mansion ke supermarket karena jarak rumah dan supermarket dekat tak perlu pembantu selagi bisa. Vaada terus berjalan santai sambil membawa belanjaan nya namun langkah nya terhenti saat melihat pria yang selalu melecehkan nya berciuman dengan wanita yang mengaku hamil di restoran kemarin membuat vaada ingin muntah saja. Vaada memilih menyebrangi jalan daripada melewati kedua insan dimabuk nafsu itu sampai lupa bahwa ini tempat umum seperti binatang saja. Vaada menyebrang namun pandangan terfokus pada Arkan dan Devia tanpa sadar ada motor sport dengan kecepatan tinggi menuju kearah nya. "VAADA", teriak Arkan saat melihat motor sport menuju ke arah vaada namun wanita itu hanya diam menatap nya membuat Arkan berlari ke arah vaada tak meninggalkan Devia yang malu karena ditinggal demi wanita lain. "BRAKKK" "Awwwhhh", ringis kesakitan Arkan karena kaki nya keserempet motor tersebut bahkan kaki nya berdarah membuat vaada khawatir. Vaada berusaha memegang kaki Arkan ingin melihat kondisi Arkan namun pria tampan itu malah menjauhkan kaki nya dan menatap tajam vaada. "Jangan sentuh saya nanti anda akan kotor bila menyentuh binatang kaya saya", ucap Arkan menatap tajam vaada sedangkan vaada hanya menatap sendu Arkan. "Arkan saya cuma mau lihat luka kamu parah atau engga", ucap vaada berusaha menggapai kaki Arkan lagi namun pria itu malah berdiri. "Gue engga perlu bantuan lo", ucap Arkan berusaha berjalan walaupun kaki nya sakit dan berdarah namun ia tak mau dikasihani orang lain apalagi vaada. Vaada hanya diam menatap punggung kokoh Arkan yang menjauh memasuki mobil sport mewah nya dengan tertatih namun lamunan vaada buyar saat mendengar suara mobil Arkan yang menjauh. "Arkan Arkan Arkan", teriak vaada namun mobil itu tetap melaju dengan cepat tak peduli teriakan vaada. "Apa aku sekasar itu pada Arkan sampai dia marah?" Vaada & Arkan Vaada memasuki lift dengan santai sambil memikirkan Arkan yang sudah dua Minggu tak terlihat pada saat meeting penting perusahaan nya membuat vaada cemas. "Apa Arkan masih marah?, Apa kaki Arkan masih sakit?", Tanya batin vaada. "Ting" Suara lift terbuka membuyarkan lamunan vaada akan Arkan namun selanjutnya ia terkejut melihat Arkan di depan nya dengan tongkat bantu di kedua sisi tangan nya membuat vaada yakin kondisi Arkan belum pulih betul. "Arkan saya mau bi.......", Ucapan vaada terhenti saat Arkan malah pergi bukan masuk ke dalam lift membuat vaada cepat-cepat keluar lift dan mengejar Arkan. Baru saja Arkan mau menaiki tangga darurat namun vaada mencekal pergelangan tangan nya. "Jangan naik tangga kaki kamu pasti masih sakit nanti makin parah", ucap vaada khawatir namun Arkan menatap tajam diri nya. "Saya engga butuh dikasihani", ucap Arkan mulai menaiki tangga tak peduli rasa sakit di kaki nya. "Arkan arkan", panggil vaada menaiki tangga membuat Arkan berhenti dan balik badan namun vaada malah menabrak dad bidang nya dan oleng. Arkan yang melihat itu langsung sigap menarik tangan vaada ke dalam pelukan nya, menarik pinggang vaada hingga jarak diantara mereka menghilang. Manik campuran vaada bertemu dengan manik mata tajam Arkan kedua nya manatap seakan ingin mengatakan sesuatu namun hanya dapat dikatakan lewat mata. "Maaf", ucap vaada tersadar melepaskan pelukan arkan. "Arkan saya yakin kaki kamu masih sakit kalau emang kamu engga mau satu lift dengan saya biar saya aja yang naik tangga ini kamu naik lift aja", pinta vaada dengan wajah memelas karena ia takut kondisi kaki Arkan akan memburuk bila naik tangga karena ruang meeting terletak di lantai empat puluh dan sekarang lantai dua puluh masih dua puluh lantai lagi. Arkan menuruni tangga dan masuk ke dalam lift tanpa sepatah kata pun membuat vaada sedih. Vaada & Arkan Vaada berdiri di depan ruangan Arkan sambil menggenggam erat undangan pernikahan mewah di tangan nya. Undangan pernikahan vaada dengan pria yang vaada tak kenal hanya tau nama panggilan nya saja dewa setelah nya vaada tak mengetahui nya dan ayah nya menyuruh nya memberi undangan ini pada Arkan namun vaada takut Arkan malah mengusir nya dari gedung pencakar langit ini karena Arkan masih marah sama vaada. "Ngapain Lo kesini?", Tanya Arkan yang baru datang dari meeting penting perusahaan nya. Vaada kaget saat melihat Arkan yang menatap nya sinis. "Saya mau ngasih undangan ini ke kamu", ucap vaada memberi undangan pernikahan nya dan Arkan menerimanya nya tanpa sepatah kata pun membuat vaada terus memperhatikan sikap Arkan namun biasa saja. "Ngapain masih disini engga pulang?" "Ini mau pulang jangan lupa datang ya besok pernikahan nya", ucap vaada berusaha menutupi malu nya yang malah bengong. Arkan memasuki ruang kerja nya dan melempar apapun yang ada di sekitar nya untuk melampiaskan amarahnya saat melihat undangan pernikahan vaada. "Vaada cuma milik gue engga ada yang boleh milikin vaada kecuali gue", teriak Arkan merobek nama dewa di undangan itu memisahkan nya dengan nama vaada lalu membakar nya sampai hangus. Arkan menarik kain hitam di dinding dan terpampang lah lukisan wanita cantik tanpa busana, wanita yang beberapa Minggu ini menjadi fantasi liar sexs Arkan, siapa lagi kalau bukan berlian Wilson yaitu pyaar ka vaada Wilson namun sebentar lagi ia akan mewujudkan fantasi itu menjadi kenyataan nya. Vaada akan menjadi milik nya walaupun ia harus memakai cara kotor sekalipun, apapun akan Arkan lakukan demi bisa memiliki vaada seutuhnya. "Malam ini gue akan buat fantasi gue akan vaada menjadi kenyataan", ucap Arkan tersenyum licik menatap lukisan karya pelukis ternama dunia. Vaada & Arkan Vaada berjalan ke arah parkiran yang sepi dan mencekam karena sekarang sudah tengah malam hanya tersisa beberapa kendaraan karyawan yang lembut sama seperti vaada. Vaada baru saja ingin membuka pintu mobil nya namun terhenti saat ada yang membekap nya dengan sapu tangan yang sudah dicampur obat bius membuat vaada terus meronta dan berusaha teriak apalagi saat menyadari yang membekap nya adalah pria karena vaada bisa merasakan otot-otot pada tubuh pria itu membuat vaada makin ketakutan. "Le....leaps mphhhh lepas......tolong mmpppphhhh", ronta dan teriak vaada namun tak ada yang mendengar nya. "Lepas.....mphhhh to...tolong", lirih vaada lalu semua nya gelap ia terjatuh di pelukan Arkan. "Lo milik gue pyaar ka vaada Wilson", ucap Arkan tersenyum licik menatap wajah cantik vaada. Vaada & Arkan Vaada terbangun dari tidur pulas nya namun saat terbangun badan nya sakit dan remuk terlebih lagi bagian bawah nya yang sakit membuat vaada mengingat kejadian penculikan kemarin. "Apa yang terjadi", tanya batin vaada khawatir. Namun semua nya terjawab saat ia melihat darah di sprai putih itu dan tubuh tanpa busana nya yang terdapat banyak bercak keunguan membuat vaada menangis karena tak bisa menjaga kehormatan nya sebagai wanita. "Engga mungkin engga mungkin, ya tuhan ini tidak mungkin terjadi hiks hiks", tangis vaada menarik selimut menutupi tubuh polos nya. "b******k b******n BASTARD binatang", umpat vaada mengumpat pria yang kabur setelah mengambil harga diri vaada membuat vaada sakit. "Mommy vaada mau mati aja hiks hiks Daddy pasti malu punya putri yang kotor kaya vaada hiks hiks" "Vaada engga mau hidup vaada mau mati aja vaada mau hidup sama mommy aja hiks hiks" Tangisan dan keinginan untuk bunuh diri menghilang saat vaada mendengar bunyi handphone milik nya berbunyi. Vaada mengangkat telepon dari aga dengan tangan bergetar. "Halo" "Vaada daddy masuk rumah sakit kondisi Daddy drop cepat ke rumah sakit Daddy panggil nama kamu terus CEPETAN", uacp aga khawatir di seberang sana membuat vaada jadi takut terjadi sesuatu pada sang ayah. "Iya kak vaada ke sana secepatnya" "Tuttttt" Vaada memasuki kamar mandi dan bersiap-siap pergi meninggalkan apartemen. Biarkan hari ini hanya tuhan,vaada, dan lelaki b******k itu yang mengetahui nya karena vaada tak mau kondisi ayah nya memburuk dan banyak pikiran karena kejadian ini. Penderitaan vaada hari ini akan vaada simpan sendiri termasuk kesedihan dan kesakitan yang ia alami biarkan ia saja yang sedih. Vaada melihat note di pintu apartemen membuat nya kesal dan jijik serta muak. "Kau milik ku vaada dan aku lah pria pertama dan terakhir yang boleh menyentuh mu"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN