20

1147 Kata
Hideyoshi masih menggiring kudanya menuju tempat yang di maksud kelompok pencuri Kucing Hitam tadi. Ia kembali berharap di sana ada barang yang ia cari. Hentakan kencang kaki kuda tak Hideyoshi hiraukan, padahal itu daerah perkotaan yang ramai bukannya sebuah hutan atau padang. Ia melakukan hal itu agar cepat sampai di ujung kota sebelum malam tiba, karena akan tidak nyaman jika ia sampai di sana malam. Di saat Hideyoshi sibuk dengan kudanya, di sebuah atap rumah salah satu penduduk dua orang tengah mengamatinya. "Apa yang akan kita lakukan padanya, Ibhiki (i)?" tanya seorang pria dengan bekas goresan yang sudah mengering di salah satu pipinya. "Bukankah tuan Tomoya menyuruh selalu mengawasi Hideyoshi, makanya kita tak akan melepaskannya," ujar Ibhiki pada pria yang biasa di panggil Norariku. "Apa kita juga akan masuk dalam masalahnya?" tanya Norariku lagi. "Jika kita berniat masuk, bukankah dari awal. Lagi pula dia Mantan Bunshi terlatih, dia lebih pandai dari kita. Tuan Tomoya hanya menyuruh kita untuk membantunya jika dia dalam keadaan terdesak," papar Ibhiki. Mereka berdua adalah para bunsi dari Daimyo daerah Iwachi, yakni Tomoya Misimura no Shimazen. Setelah kepergian Hideyoshi menuju Edo, Tomoya memerintahkan Ibhiki dan Norariku. Tomoya mengatakan agar menjaganya selama masa perjalanan, Tomoya tak ingin terjadi hal-hal aneh pada Hideyoshi. Meskipun Hideyoshi sangat membencinya, tapi Tomoya tetap yakin bahwa setelah penyatuan nanti Hideyoshi akan mau menjadi Bunshinya. Karena Tomoya tahu betapa gigihnya Hideyoshi pada pendiriannya. Selama dalam perjalanan, Ibhiki dan Norariku hanya bisa mengawasi dari jauh, karena selama ini Hideyoshi bisa mengatasinya sendiri, seperti yang terjadi beberapa menit lalu. Saat Hideyoshi berurusan dengan kelompok Kucing Hitam, Ibhiki dan Norariku menguping dari samping dan sempat melihat bagaimana Hideyoshi menakut-nakuti mereka dengan begitu tenang. Kini mereka juga akan mengawasi Hideyoshi lagi, karena menurut rumor yang beredar kelompok Gagang Merah juga di pimpin Mantan Ronin yang ahli dalam pedang. Mungkin saja nanti Hideyoshi butuh bantuan keduanya, tapi sepertinya itu tak mungkin. Karena sudah jelas Hideyoshi lebih berpengalaman dari keduanya. Sementara itu Hideyoshi terus membawa kudanya kesalah satu kuilnya yang di maksud kelompok kucing hitam. Tak berapa lama akhirnya ia sampai di tempat tujuan. Hideyoshi turun dari kudanya, mengikat talinya di salah satu kayu yang di tancapkan di depan. Setelah itu ia melangkah kakinya masuk kedalam kuil. Di depan pintu kuil itu di sisi kanan dan kirinya ada dua patung Tanuki. Hideyoshi menghormat pada patung itu. Ia hampir tak yakin jika kumpulan penjahat ada di tempat seperti itu. "Apa mereka membohongiku?" tanya Hideyoshi pelan. Tapi, terus saja ia masuk lebih jauh kedalam. Saat berada di pintu masuk kedua, ada dua orang yang menjaga pintu itu. "Siapa kau?" tanya salah satu penjaga pintu itu sambil mengacungkan pedang yang bersarung. "Aku ingin mencari si pendekar gagang merah," ujar Hideyoshi pada keduanya. "Ada urusan apa kau mencari ketua kami?" tanya yang lainnya. "Aku ingin ia mengembalikan barang yang telah kalian curi dariku." "Kurang aja!" Setelah mengucapkan itu, keduanya menyerang Hideyoshi. Gerakan serangannya cukup terarah, beberapa kali hampir mengenai Hideyoshi. Hideyoshi mengindar dan mundur, bahkan ia tak sempat menarik pedangnya. Hideyoshi mundur ke belakang, ia sedikit terdesak. Sepertinya mereka pendekar terlatih. Saat hampir tersandung, Hideyoshi mengangkat kayu itu dengan kakinya. Lalu memukul keduanya bergantian. Tubuh keduanya terjatuh, membentur pintu masuk lalu membuatnya terbuka. Beberapa orang yang ada di sana kaget, lalu bersiap dengan pedang masing-masing. "Mana pendekar Gagang Merah!" Meskipun di kepung Hideyoshi masih bisa berteriak kencang. Lebih dari 15 orang itu masih mengepung Hideyoshi yang kini mengeluarkan pedangnya. "Hiaaa!" teriak satu demi satu orang-orang itu menyerang Hideyoshi. Dengan muda Hideyoshi mengenai anggota tubuh mereka, membuat sayatan tajam yang membekaskan darah. Mereka jatuh satu persatu hingga menyisakan lima orang. Mereka bergantian menyerang Hideyoshi, bahkan salah satunya berhasil mengenai lengan atas Hideyoshi dan perut depannya. Darah keluar dari bekas sayatan itu, namun karena kegigihannya Hideyoshi menyerang membabi-buta dan mengenai kelimanya. Saat kelimanya terjatuh, beberapa orang yang tak ikut mengepung tadi hanya bisa berjaga-jaga tanpa bisa melakukan apapun. "Cepat panggil ketua kalian! Atau jika tidak, aku akan menghabisi kalian semua!" Hideyoshi terus berteriak seperti orang kesetanan. Nampaknya teriakan Hideyoshi di dengar seseorang dari dalam, yang membuatnya keluar. Setelah keluar nampak laki-laki gundul tanpa rambut, dengan mata tertutup seolah ia tidur tapi nyatanya ia buta. Ia menggunakan baju coklat, dengan rantai panjang dari pinggang menuju punggungnya. Sepertinya rantai itu untuk mengaitkan senjata. "Tenang lah, apa yang kau mau?!" tanya laki-laki itu dengan sopan. "Aku ingin kau mengembalikan barangku yang sudah kelompokmu curi!" Hideyoshi masih menyeru. "Barang apa? Dan apa maksudmu dengan mencuri?" "Jangan berlagak bodoh, kau kan yang mencuri barang-barangku empat malam lalu di kedai sake dekat pintu masuk!" "Apa kalian mencuri di sana?!" tanya laki-laki itu sambil berteriak pada bawahannya. "Kami tidak mencurinya di sana," jawab salah satu bawahannya. "Kau dengar, bukan? Sekarang kau bisa pergi," ujar laki-laki buta berjuluk pendekar Gagang Merah. "Tidak mungkin, kumpulan pencuri di tempat kumuh tadi mengatakan bahwa kedai itu daerah kalian." Pendekar Gagang merah sepertinya paham maksud Hideyoshi, ia kemudian mengangguk-angguk. "Begini saja, kita akan berduel. Jika kau menang kau boleh mencari barangmu yang ada di daerah curian kami..." "Jika aku kalah?" sela Hideyoshi. "Jika kau kalah, aku minta salah satu bola mata dan sebelah tanganmu," pinta pendekar gagang merah. Hideyoshi berpikir sejenak, bagaimana jika ia kalah apa ia akan kehilangan tangan dan sebelah matanya. Tapi, apa ia akan kalah dengan laki-laki buta itu. "Baik. Aku setuju," Hideyoshi menyetujui duel itu. Pendekar gagang merah mengulas senyum kembali, lalu ia melepaskan pakaian atasnya dan memberikan pada bawahannya. Dengan gerakan cepat ia melompat. Kini berada di depan Hideyoshi dengan dua buah celurit yang berada di tangannya. Hideyoshi juga sudah bersiap dengan dua pedangnya. Saat ini Hideyoshi harus serius karena dari kuda-kudanya sepertinya pendekar gagang merah bukan hanya sebuah julukan. Pendekar gagang merah berlari mendekati Hideyoshi sambil mengayunkan senjatanya, berulang kali berbenturan dengan pedang Hideyoshi. Kemudian saat pendekar itu hampir mendaratkan celurit di kepala Hideyoshi lebih dulu menahan dengan pedang. Pendekar itu melihat celah di bawah namun saat hendak melancarkan serangan lain Hideyoshi menahannya. Pendekar itu mengulas senyum lagi, kemudian menendang luka di perut Hideyoshi membuatnya terpental ke belakang dan hampir saja terjauh. Hideyoshi merasakan ngilu di perut bekas sayatan pedang tadi, saat menahanya. Pendekar itu kembali menendang wajah Hideyoshi dan kini berhasil menjatuhkannya. Darah segar keluar dari ujung bibir dan hidung Hideyoshi. Pendekat itu melempatkan celuritnya yang berantai pada Hideyoshi dan mengenai tangan kanannya. Tangan kanan Hideyoshi mengeluarkan darah yang begitu banyak. "Sekarang aku akan minta mata dan tanganmu," ujar pendekar itu mendekati Hideyoshi. Namun, belum sempat melangkah lagi. Dari kejauhan terdengar suara langkah lari kuda. Saat mendekat hampir saja mengenai pendekar itu jika tak mundur kembali. Penunggang kuda itu meraih tubuh Hideyoshi, lalu memutar kembali kudanya. Membawa tubuh Hideyoshi pergi menjauh dari kuil itu. Penunggang kuda itu adalah Norariku, atas perintah Ibhiki ia membantu Hideyoshi yang kini tak sadarkan diri akibat kehabisan banyak darah. Norariku menuju rumah dokter, di sana sudah ada Ibhiki yang menunggu. Tak berapa lama saat sudah sampai keduanya menurunkan Hideyoshi, agar mendapat pengobatan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN