Sesampainya di rumasakit Zivanya tidak bisa melihat papah. Jangankan bisa melihat sang papah, baru saja menapaki lorong rumasakit Zivanya sudah di hidangkan dengan tamparan dari Moza sang adik. Plak! Plak! Dua tamparan tidak bisa di elakan bersarang di pipi mulus dan basah karena air mata milik Zivanya. Sampai dia terhuyung ke belakang. Untungnya ada pilar yang menjaganya supaya tidak jatuh. "Ngapai lo datang kesini hah! Belum puas lo bikin papah sakit-sakitan karena tidak kenal lelah mencari keberadaan lo, dan setelah bertemu sekarang, jadi kaya gini! Ini gara-gara lo, papah masuk rumasakit dan hampir saja tidak, tidak tertolong. Puas lo puas!" Moza ingin melayangkan kembali tangannya namun belum juga sampai ada yang menahannya. "Apa yang kamu lakuain Marta!" Suara teriakan seorang la