Bab 11

1042 Kata
Kinara mengepalkan jarinya. Dia berhitung dalam hati. Hitungan ketiga … Kinara menghantamkan kepalan tangannya ke dinding kamar mandi. Alih-alih dinding menjadi retak seperti yang Kinara harapkan, tangannya justru cenat-cenut. Kinara menahan rasa sakit luar biasa. Permukaan tangannya bagian atas memerah. “Jangan macem-macem, Ra. Lo belum tau kekuatan lo itu apaan,” jerit Adelina setelah mendengar ringisan Kinara dari dalam kamar mandi. Dia sedang melanjutkan membaca novelnya tadi pagi. Setelah sarapan sampai menjelang siang ini, Kinara terus melakukan hal-hal yang aneh. Melompat dengan kedua tangan mengarah ke depan, seperti posisi ultramen terbang. Meninju dinding berulang kali. Menyiramkan air satu gayung ke langit-langit, lalu bertingkah seolah bisa mengendalikan air. Merobek kertas siapa tahu kekuatannya bisa memulihkan benda yang sudah rusak. Adelina hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya. Ponsel Adelina bergetar. Pesan masuk dari Bu Bertha. “Dari mana Bu Bertha dapet nomor gue?” gumam Adelina tidak senang. Meski kebenaran telah sampai di telinganya bahwa Bu Bertha dan orang tua mereka ternyata bersahabat, tetap saja Adelina tidak bisa langsung suka pada Bu Bertha. Pukul 17.00. Berkumpul di halaman belakang rumah saya. Adelina menghela napas. Kenapa harus sore ini? Padahal dia sudah merencanakan akan pulang satu jam lagi ke rumahnya untuk melanjutkan menonton drama korea favoritnya sampai malam. Terganggu lagi jadinya. Kinara keluar dari kamar mandi. Adelina terkekeh melihat wajah Kinara. Bagian mata sebelah kiri Kinara membiru. “Lo memang gak kenal kapok, ya.” *** Pukul 17.00. Semua sudah berkumpul di halaman belakang rumah Bu Bertha. Ini adalah kali pertama bagi Adelina, Arjuna, Anggara, dan Kinara mengunjungi rumah Bu Bertha. Selain terkenal kejam terhadap para murid, Bu Bertha juga menjaga privasinya. Tidak ada satu murid bahkan guru sekali pun yang tahu di mana rumah Bu Bertha. Kalau bagi Adelina itu lebih baik. Bua tapa juga mengetahui lokasi perempuan pemarah itu? Lalu, siapa pula yang mau berkunjung ke rumahnya? Melihat wajahnya saja sudah membuat mood jadi jelek seharian. Tapi berbeda dengan Arjuna dan Kinara. Dua murid teladan SMA Rajawali ini malah merasa senang akhirnya bisa berkunjung ke rumah Bu Bertha. Itu yang mereka inginkan sejak menjadi murid SMA Rajawali. Berkunjung ke rumah Bu Bertha. Rumah Bu Bertha sendiri bisa dibilang unik. Jarang ada yang mempunyai rumah semacam ini. Tipe rumahnya seperti rumah-rumah sederhana di benua eropa dilengkapi dengan cerobong asap. Bagian dindingnya tidak diplester. Halaman depannya dipenuhi berbagai jenis bunga. Sudah seperti taman mini ala rumahan. Maksudnya bukan taman mini ibukota ya teman-teman. Untuk halaman belakangnya sendiri dua kali lipat luasnya dari halaman depan. Arjuna menaksir ini serempat dari lapangan sepak bola. Halaman belakang juga sama seperti halaman depan, ditanami rumput taman. Ada tiga pohon apel ditanam terpencar. Tiga-tiganya berbuah. Anggara sudah tidak sabar untuk memanjat, memetik apel. Di bawah pohon apel ada ayunan yang terbuat dari ban mobil bekas. Pemandangan halaman belakang ini cukup mengasyikkan. Bisa menjadi lokasi buat piknik di siang hari. “Selamat sore, anak-anak!” sapa Bu Bertha ramah. Dia membawa nampan berisi jus apel dan kue pai. “Silakan dinikmati terlebih dahulu. Kalian akan mendapat pelajaran di hari pertama ini. Mulai sekarang dan seterusnya, kalian akan mendapat kelas khusus.” Adelina mendesah kesal. Apa lagi ini? Kelas khusus? Itu artinya selepas pulang sekolah Adelina tidak bisa menonton drama favoritnya? Lima belas menit kemudian, mereka selesai dengan jus apel dan kue pai. Waktunya untuk kelas pertama. “Hari ini Ibu akan membuka kunci kekuatan kalian lebih dulu. Biasanya, saat dalam posisi terdesak, orang-orang yang memiliki kekuatan super akan melepaskan kekuatan tersebut tanpa disadari. Namun hal itu tidak terjadi pada kalian. Kenapa? Karena kami para orang tua sepakat untuk mengunci kekuatan kalian. Untuk saat ini, Bumi akan menjadi tempat tinggal kita hingga seterusnya. Tidak ada yang tahu apakah kita akan pindah ke tempat asal atau tempat lainnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merahasiakan tentang jati diri kita sebisa mungkin. “Negeri Voresham membutuhkan kita sekarang. Seminggu dari sekarang kalian akan ikut kami ke sana dan sekaligus menjadi awal bagi kalian untuk memulai petualangan sebagai pemiliki kekuatan.” Kinara paling antusias mendengarkan penjelasan Bu Bertha. Dia sudah tidak sabar ingin segera mengetahui apa kekuatannya. Adelina justru tidak senang dengan kenyataan ini. Jika mereka seminggu lagi akan pergi ke Negeri Voresham, artinya mereka akan latihan habis-habisan. Lalu bagaimana dengan para oppa-oppa koreanya? Adelina akan kehilangan waktu untuk menatap wajah-wajah tampan itu. Anggara juga tidak kalah antusias. Namun bukan soal pergi ke Negeri Voresham untuk memulai pertualangan pertama, melainkan Anggara sedang berharap semoga kekuatannya adalah bisa memikat hati wanita dengan mudah. “Bukankah waktu seminggu itu terlalu cepat untuk kami latihan, Bu?” Arjuna bertanya. “Melatih kekuatan bukan sepakat seperti membalikkan telapak tangan, bukan? Apa yang akan terjadi kalau kami tidak bisa menguasi kekuatan kami dengan maksimal? Bukannya itu akan menjadi bahaya bagi kami, dan juga menjadi kelemahan bagi kalian para orang tua karena membawa kami?” “Pertanyaan bagus! Negeri Voresham harus segera diselamatkan, itu benar. Akan tetapi kami harus menyiapkan strategi terlebih dahulu. Sampai di sana, kalian akan ditempatkan di suatu tempat yang aman. Di sana kalian akan bertemu dengan Harguri. Dia akan melatih kalian. Setelah kalian dirasa cukup mampu untuk menggunakan kekuatan kalian, barulah kalian bisa bebas menggunakan kekuatan yang kalian miliki.” Arjuna mengangguk paham. Begitu ternyata. Mereka ikut ke Negeri Voresham tidak untuk langsung bertarung, melainkan untuk mendapat pengajaran yang lebih baik lagi. Kenapa para orang tua tidak langsung pergi saja sekarang? Bukannya Buku Darma ada pada mereka? Jawabannya, karena mereka sekarang sudah tinggal di bumi dan menjalani kehidupan bagaimana layaknya manusia di planet ini, mereka tentu harus mengikuti prosedur yang ada. Maksudnya, mereka punya pekerjaan. Tidak mungkin bagi para orang tua untuk pergi begitu saja meninggalkan pekerjaan mereka tanpa alasan yang jelas. Mungkin sebagian orang akan tidak acuh, atau bahkan tidak peduli sama sekali. Tapi tetap saja, tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada orang yang mencari tahu ke mana perginya para orang tua. Oleh karena itu mereka harus mengarang alasan agar bisa pergi. Untuk mereka berempat, status mereka juga sebagai murid SMA Rajawali. Mereka harus mengurus izin ke sekolah. Kalau mereka pergi begitu saja tanpa surat izin, lalu urusan di Negeri Voresham telah selesai, mereka tidak bisa kembali ke sekolah begitu saja. Atau setidaknya mereka harus mengurus surat pindah sekalian. “Baiklah. Ibu rasa cukup sampai di sini acara pembukaannya. Bersiaplah. Pertunjukan akan segera dimulai.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN