4. Old Friend

1541 Kata
ZACH Mirzha, sahabatku sedari SMA langsung bangkit dari duduknya saat melihat Yuwan. "Gila Yu aku kangen banget sama kamu!" Seru Mirzha, ia memeluk Yuwan dan mengecup pipi kiri dan kanan gadis itu. Yuwan terlihat bengong, dan entah kenapa aku merasa risih melihat ini. Kurang suka aja aku liat orang mesra-mesraan di hadapanku. "Lo kenal dia Cha?" Tanyaku. Yaa Mirzha biasa kupanggil Ncha. "Yaps, dulu dari dia SD sampe SMP jadi tetangga gue. Eh pas SMA ini anak ngilang." Jawab Mirzha santai. "Kak Mirzha, lepasin!" Pinta Yuwan, ia sedikit mendorong tubuh Mirzha yang masih memeluknya. "Mas Zach, ini ponselnya. Saya langsung balik ya?" Katanya mengulurkan HP ku. "Wait! Baby girl!" Seru Mirzha. "Saya mau jemput Nana sama Nata, Mas Zach." Kata Yuwan, tidak menghiraukan ucapan Mirzha. "Yaudah lo boleh balik lagi." Kataku. Yuwan mengangguk dan berbalik meninggalkan ruang kerjaku. "Lo kenal dia Ncha?" Tanyaku saat Yuwan sudah menghilang. Aku duduk di single sofa yang ada di ruanganku sedangkan Mirzha sudah duduk di sofa panjang. "Yaps, gue udah bilang dia tetangga gue. Tapi dia ngilang gitu pas mau SMA. Pas gue kuliah laah yaa itungannya." Jelas Mirzha. "Tadi apa lo bilang? Dashkov? Leia bilang ke gue kalau nama dia Yuwan Liberty Aswan." Kataku. "Aswan nama belakang ibunya kalau gasalah, Dashkov nama bapaknya. Masih turunan Rusia gitu deh." Kata Mirzha. Bener deh, ada yang aneh sama Yuwan. Ganti nama belakang, sakit lama tapi gak inget sakit apa, mukanya punya dua sisi (sisi baik dan sisi bahaya). Aku bener-bener harus cari tau tentang dia. "Ko bisa dia yang nganterin HP lo? Awas yaa lo macem-macemin dia. Dia udah gue anggep adik!" Ancam Mirzha. "Dia kerja di rumah gue Ncha. Jadi babysitter." Kataku. "What the hell? Are you f*****g kidding me? A babysitter? That girl is so special, she's so nice, so smart, so ahhh f**k! Jangan becanda lo nyet!" Maki Mirzha. Ia terlihat kesal sekarang. Oke, apa yang gue tau dan dia gak tahu? Apa yang dia tau dan gue gak tahu? Sepertinya kita bisa saling sharing. "Apa yang lo tau tentang dia dan gue gak tahu?" Tanyaku. "Dia? Gue gak banyak tau soal dia. Yang jelas dia baik, pinter, rajin. Om Aro, kaya kontraktor gitu kerjanya, sukses banget deh." Jelas Mirzha. "Om Aro bapaknya?" Tanyaku. "Yaps? Why?" "Dia bilang bapaknya meninggal setahun lalu, apa 7 bulan gitu. Gue lupa." Kataku. Iya parah banget ingetanku padahal baru tadi pagi Yuwan cerita. "f**k! Terus tante Gendis?" "Siapa tuh?" Tanyaku. "Ibunya!" Seru Mirzha. "Udah meningal dari dia umur 18 tahun, apa 17 tahun ya?" Kataku tak yakin. "Njirrr dia sendiri dong! Dia di rumah lo?" Tanya Mirzha "Iyaa, tapi semalem sih pulang gitu kayanya dari pagi sampe malem gitu di rumah gue." Kataku. "Gue ikut ke rumah lo ya nanti!" Pinta Mirzha. Aku mengangguk. "Dari kapan dia di rumah lo?" Tanya Mirzha. "Gak tahu gue Nca, orang gue di Indo aja baru dua hari." Jawabku. "s**t! Dulu sih nyokap gue pernah denger gosip kalau Om Aro kena tipu gitu, tapi gak nyangka kalau udah meninggal sekarang." Kata Mirzha. "Lo tau? Gue ngerasa dia aneh. Dia bilang kalau dia pernah sakit. Tapi dia gak inget sakit apa. Mungkin gak sih?" Tanyaku. "Ya gak tahu juga yaa gue." Sahut Mirzha. Kami diam beberapa saat, udah lah ngapain juga aku kepikiran babysitter itu terus. Peduli amat yee! Tapi sial! Aku orangnya gampang penasaran, dan sepertinya Yuwan nyimpen rahasia gitu. "Udah punya pacar belum yaaa itu anak?" Tanya Mirzha tiba-tiba. "Mana gue tau!" Sahutku. "Kalau belum, gue deketin ah. Kalau udah, gue pepet terus biar putus sama cowoknya." "Sarap lo!" Seruku. "Gue tau dia dari kecil, anaknya baik, pinter, gitu-gitu dah. Cewek kaya gitu tuh yang kudu dijadiin istri." Kata Mirzha. "Istri????" Tanyaku tak percaya. "Yapss, gue mau sebelum kepala tiga udah nikah. Selama ini gue gak nemu cewek yang nge-click gitu sama gue. Mungkin waktunya gak tepat, cewek-cewek yang pernah gue tidurin juga gak tepat. Mungkin sekarang waktu yang pas dan cewek itu Yuwan." Jelas Mirzha panjang lebar. Gila! Cowok super absurd macem Mirzha ngomongin nikah dan istri. Gilaa! Gila! Gila! "Lo kesambet apaan Ncha?" Tanyaku. "Kesambet cintanya Yuwan." Jawabnya dengan suara menjijikan. "Najis lo!" Makiku. * Pukul 9 malam aku dan Mirzha sampai di rumahku. Suasana masih terang. "Eh Mirzha! Udah lama yaa gak mampir!" Seru Mama menyambut Mirzha, mengajak kami kumpul di ruang keluarga. "Iya tante kan kunyuk satu ini aja jarang banget di Indonesia!" Sahut Mirzha sambil duduk di sofa. "b******k lo!" Kataku seraya menjatuhkan pantatku di sofa samping mama. "Hushhh ah Zach!" Tegur Mama. "Yuwan ada Tante?" Tanya Mirzha. "Eh? Ko kamu tahu Yuwan?" Tanya Mama. "Dia temen kecil aku Tan." Jawab Mama. "Ohh Yuwan udah pulang tuh tadi, jam 7an semua udah beres mangkanya pulang." Jelas Mama. Aku melihat tampang Mirzha, ia sepertinya kecewa. "Ma, makan ma!" Seruku. "Oh laper ya? Yuk!" Ajak Mama. "Yoo Ncha!" Ajakku. Segera aku bangun dari sofa, berjalan menuju ruang makan. "Leia mana Ma?" Tanyaku. "Lagi suapin Papa di kamar." Jelas Mama. "Eh Om masih drop tante?" Tanya Mirzha. "Ya gitulah, umur." Jawab Mama singkat. Ya kondisi Papaku memburuk, diabetes, asam urat dan kolestrol. Bukan perpaduan yang baik. Jadi ya gini sekarang, aku mengurangi beban Papa dengan mengurus perusahaannya. Makan malam selesai, aku dan Mirzha duduk di taman samping di dekat kolam. Ngobrolin seputar gengan kami di Indonesia. "Lo beneran nih tinggal di sini sekarang? Sembuh emang lo?" Tanya Mirzha. "Jangan dibahas sekarang lah Ncha!" Seruku. Aku gak suka kalau orang-orang membahas lukaku. "You forget Jakarta to heal yourself, lo kabur dari sini ninggalin temen-temen lo, orang tua, keluarga lo. Semua lo lepas buat nyoba lupain dia. Jadi gue penasaran, hati lo tuh udah sembuh belum?" Tanyanya. "I'm fine." Kataku. "Good! Gue cuma berharap lo beneran baik-baik aja Zach! Lo baik. You deserve better than her." "Bisa berenti ngomongin itu? Apakek! Malem ini sendu amat!" Kataku. "Si Yuwan, kakak lo tau gak dia tinggal di mana?" Tanya Mirzha. Benar-benar mengalihkan topik pembicaraan tanpa ba-bi-bu. "Gue tau kok!" Kataku. "Anter gue yuk, sekarang. Mau gak lo?" Tanyanya. "Imbalan buat gue apa?" "Najis lo ke temen sendiri!" Bentaknya. "Cariin gue cewek buat malem ini, gimana?" Tanyaku. "Fine! Yuk gue pengen ketemu Yuwan lagi, mumpung belom malem banget!" Seru Mirzha. Dia sudah bangkit dan berjalan ke arah luar, aku mengikutinya. "Pake mobil lo yee?" Kataku. Mirzha mengangguk. Langsung saja aku duduk di jok penumpang. "Ke mana nih?" Tanya Mirzha. "Lo belok kanan ampe nemu ruko warna biru." Kataku, Mirzha mengangguk dan menjalankan mobilnya. Jalanan Jakarta malam ini sudah tak terlalu macet, namun masih ramai. Hampir tiga puluh menit kemudian kami sampai. "Serius lo dia tinggal di sini?" Tanya Mirzha saat kita sampai di pelataran kostan itu. "Yapsss!" Kataku. "Masuk aja apa gimana?" Tanya Mirzha. "Coba dulu aja, gue gak tahu sih." Usulku. "Yaudah, ayok temenin gue!" Serunya. "Lha kan lo janjiin cewek buat gue?" "Udah nanti kita ke club, cari cewek. Lo temenin gue dulu." Desaknya. Aku nurut aja, dan keluar dari mobil. Mengikuti Mirzha masuk ke ruko itu. Terlihat Mirzha sedang mengobrol dengan seseorang, kayanya dia resepsionis. Yaps, kostan ini canggih banget! Ada resepsionisnya. God! Ah tapi kayaknya sih penjaga kostan biasa dehh, hahhaha! "Ayok!" Ajak Mirzha. "Tau dia di mana?" "Bantu gue cari kamar nomer 331 di lantai 3." Kata Mirzha. Kami langsung menaiki tangga satu demi satu untuk sampai ke lantai tiga. Tak butuh waktu lama menemukan kamar yang dicari karena ini ruko dalemnya luas sumpah, banyak banget pintunya. "Ketok aja nih?" Tanya Mirzha. "Lo mau apa sih emang ketemu dia?" Tanyaku. "I Just miss her, wanna have a little chit-chat and stare at her." Jawabnya. "Sableng lo! Udah sana ketok aja." Kataku. Lalu Mirzha pun mengetuk pintunya. Hampir 2 menit di depan pintu akhirnya pintu itu terbuka juga. Yuwan yang hanya memakai baju tidur membukakan pintu.   Fuck! Kenapa ni cewek jadi keliatan cantik banget pake gaun tidur? Muka bantalnya bikin dia 100x lebih sexy. Gosh! "Kak Mirzha?" Yuwan kaget melihat Mirzha yang berdiri mendominasi pintu kostannya. "Boleh masuk? Aku sama Zach, Yu." Kata Mirzha. "Ini udah malem." Kata Yuwan dengan suara yang sangat lembut. Yaak, itu penolakan halus Ncha. Ayo kita balik! Gue udah gak tahan liat Yuwan kalau dandannya udah begitu. "Mau ngobrol doang bentar, please." Bukan Mirzha namanya kalau gak maksa. "Yaudah boleh." Kata Yuwan. Lalu Mirzha langsung masuk ke kostannya. "Mas Zach mau ikut masuk apa mau diem di luar?" Tanya Yuwan dengan suara indahnya karena aku tak bergerak sesentipun dari tempatku berdiri. Yaa, aku tersihir oleh wajahnya, tubuhnya, suaranya. Aku menyadarkan diriku, lalu masuk ke dalam kostannya. Kamarnya hanya satu ruangan, tapi lumayan luas, gak luas-luas amat sih sama kamar aku di rumah aja gedean kamar aku hahaha. Ada kasur putih ukuran sedang, sofa putih, meja kecil, lemari dan lain sebagainya. Ada pintu yang kuyakini itu adalah kamar mandi. Nyaman, bener-bener kaya flat. Bisa juga sih disebut apartment mini. "Duduk Mas, Kak!" Aku mengangguk, dan akupun duduk berbagi tempat dengan Mirzha sementara Yuwan duduk di kasurnya menghadap kami. "Maaf ya, tempatnya kecil. Gak siap buat ada yang namu. Apalagi semalem ini." Kata Yuwan. "Santai Yu, maaf ya ganggu malem-malem." Kata Mirzha. Aku menatap Yuwan, sumpah-sumpah-sumpah ini anak kenapa sexy banget kalau kaya gini. Gila kenapa gak dari awal aku liat dia kaya gini ya? Kenapa pertama liat dia aku malah mikir dia kaya bahaya. "Kenapa Kak Mirzha?" Tanya Yuwan. "Gak tahu sebenernya Yu, cuma mau ketemu aja." Jawab Mirzha. Aku melirik ke arah Mirzha, mempertanyakan kewarasan anak ini. Seriusan? Buset dah! Aku memandang Yuwan lagi, ia hanya menunduk, memandangi kuku-kuku di jari tangannya. Asli aku gak suka ada di situasi canggung kaya gini. "Kamu apa kabar Yu?" Tanya Mirzha. "Ya gini aja, kaya yang Kak Mirzha liat." "Zach cerita kalau Om Aro sama Tante Gendis udah gak ada, maaf ya aku baru tau." Kata Mirzha. Aku melirik Mirzha lagi. Yee aku kan gak cerita, Mirzhanya aja kepo. Lagian, ngapain sih ni anak kampret jadi sok imut gini? "Gak apa-apa Kak!" Sahut Yuwan singkat. Lalu hening lagi, aku tak melewatkan kesempatan untuk memandangi tubuh sexy milik Yuwan. Shit! Kayanya aku harus cari cara deh buat ngajak dia ke kasur. Tanpa Mirzha pastinya yeee!!! *** TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN