Setelah menghabiskan banyak waktu di pesawat, akhirnya Nika sampai di rumah sakit yang menjadi tempat bekerja sekaligus dirawatnya sang ayah. Tangan kirinya menyeret koper di sepanjang koridor rumah sakit, sementara tangan kanannya memegang ponsel yang menampilkan layar chatting bersama sang adik. Redo memberitahu lokasi kamar ayah mereka berada, dan Nika pun menyusuri lorong demi lorong untuk menemukan ruang inap ayahnya. “Ruang Teratai A2,” gumamnya dengan diri sendiri. Matanya terus meneliti setiap huruf dan angka yang ada di lorong sayap kiri itu, tak mau terlewat barang satu kalimat pun. Hingga kakinya membawa ia pada sebuah ruangan paling ujing, di sana tertera nama Teratai A2. Ia mengintip dari celah kaca pintu, memang benar di sana ada adiknya yang tengah berjaga. Nika masuk