bc

Cinta Dan Dilema

book_age16+
775
IKUTI
4.1K
BACA
possessive
goodgirl
powerful
inspirational
sweet
bxg
city
regency
enimies to lovers
photographer
like
intro-logo
Uraian

Nika Adlen adalah seorang gadis yang hobi dengan fotografi, dari kesenangannya inilah ia dipertemukan dengan sosok Jack Roshel untuk pertama kali. Jack adalah seorang pembalap motor yang namanya dikenal oleh seluruh dunia.

Tanpa disangka-sangka, ternyata Jack dan Nika memang sudah saling terhubung sejak dulu. Keluarga mereka saling sepakat untuk menyatukan keduanya dalam pernikahan.

Apakah hubungan Jack dan Nika bisa semulus aspal di lintasan, atau banyak kerikil terjal menghalangi?

*Ikuti kisah romansa mereka, n****+ ini berbeda dari kebanyakan karena pemeran utama berprofesi sebagai pembalap dan fotografer. Jangan lupa untuk tekan tanda Love sebagai penyemangat Author, terimakasih.

*Cover by : Canva

chap-preview
Pratinjau gratis
1 - Nika Adlen
Pagi ini awan terlihat sangat cerah dengan matahari yang bersinar malu-malu, ramainya kendaraan membuat lalu lintas jalanan sempat terhambat. Sebuah bus kota menepi pada pinggiran halte, tuga detik kemudian para penumpangnya mulai turun karena mereka telah sampai pada tempat tujuan. Tak terkecuali seorang gadis yang menggunakan setelan kemeja rapi dan celana formal, dilehernya tergantung kamera kesayangannya yang sudah menemaninya sejak beberapa waktu terakhir. Nika Adlen namanya, kemarin ia sempat mendapatkan tawaran dari salah satu perusahaan majalah untuk memotret sebuah ajang pertandingan balap motor, Nika yang menyanggupinya pun datang ke perusahaan tersebut untuk mengkonfirmasi bahwa dirinya bersedia menjalin kerja sama. Senyuman tak henti-hentinya memudar dari bibir tipis itu, rambutnya yang ia ikat tinggi-tinggi pun berterbangan terkena angin. Sesampainya ia di perusahaan majalah bernama La Viore, Nika menyiapkan identitas sebagai syarat masuk ke kantor itu. Benar saja, sebelum ia memasuki pintu masuk, sudah ada security yang menyapanya. "Selamat pagi, dengan siapa dan apa keperluannya?" Tanya security itu dengan nada ramah. "Selamat pagi." Nika memberikan identitas dan juga kertas yang berisi tawaran pekerjaan La Viore, security itu mengangguk mengerti setelah membacanya secara keseluruhan. "Nona Adlen, Anda sudah ditunggu oleh Manager Geo diruanggnya, mari akan saya antar." Ujar security tersebut. Nika mengikuti ke mana security itu membawanya, perusahaan majalah sebesar La Viore memang sangat terkenal di penjuru negeri ini. Karena hanya La Viore satu-satunya media gabungan yang menyuguhkan artikel-artikel dan berita terbaru, tak melulu soal fashion saja. La Viore juga menyajikan artikel seputar teknologi, olahraga dan juga banyak lainnya, hampir semua aktivitas dimuat oleh La Viore. "Sudah sampai, silahkan Anda masuk. Managaer Geo ada di dalam." "Baik, terimakasih." Tukas Nika pada security itu. Setelah melihat kepergian security, Nika mengambil napas dalam lalu menghembuskannya, sesekali gadis itu mengecek penampilannya apakah sudah rapi atau belum. Nika mengetuk pintu selama beberapa kali, saat itu juga sebuah suara mengizinkannya untuk masuk ke dalam. Di dalam sana sudah ada pria yang berposisi sebagai Manager, orang yang juga menghubunginya beberapa hari lalu. Melihat kedatangan Nika membuat Manager Geo langsung mendekatinya, Nika tersenyum ramah pada pria itu. "Oh hai, Nika Adlen ya? Mari duduk, sini-sini." Suara Manager Geo terdengar mendayu-dayu, Nika hanya bisa maklumi. Akhirnya gadis itu pun mendudukkan diri pada bangku yang berada tepat di depan bangku Manager Geo, jarak mereka hanya dipisahkan oleh meja kerja saja. Manager Geo menggunakan pakaian yang rapi, kemeja licin, celana formal berwarna abu-abu dan juga jas yang senada dengan warna kulitnya. Di saku kemeja Manager Geo ada sisir rambut yang terselip, memperlihatkan jika pria itu suka kerapihan dalam rambutnya. "Selamat pagi, Manager Geo. Saya Nika Adlen, orang yang Anda hubungi beberapa waktu lalu untuk menjalin kerja sama dalam bidang fotografi." Nika berujar dengan sopan, senyuman manis tak luntur dari bibir tipisnya. "Tentu saja, kau adalah orang yang handal dalam memotret gambar. Aku sudah melihat hasil fotografi yang kau unggah di akun sosial mediamu, kau berbakat, Beib." Ujar Manager Geo, tangannya turut melambai-lambai seiring dengan ia berkata-kata. Perusahaan La Viore adalah perusahaan yang besar, Nika merasa beruntung karena ditawari kerja sama oleh perusahaan ini. "Terimakasih atas pujian Anda, saya sangat senang saat Anda menawarkan kerjasama dengan saya."  "Sudah sepantasnya perusahaan ini merekrut orang-orang berbakat seperimu. Jadi, apakah kau bersedia menjalin kerjasama dengan kami?" Tanya Manager Geo, dimejanya tertera nama dan jabatan pria itu. Geovan Ronald, Manager Pemasaran. Nika memikirkan matang-matang sekali lagi, fotografi adalah bakat kesukaannya. Selama ini Nika sering berkelana ke hutan, pegunungan dan pantai untuk mengambil spot-spot foto yang indah, ada pula beberapa pasangan kekasih yang menyewa jasanya untuk melakukan sesi pre-wedding, hasil dari jepretannya ia unggah ke akun sosial media. Selain pandai dalam mengambil gambar, Nika juga tengah mengembangkan bakat mengeditnya. Tawaran kerja sama ini tidak datang dua kali, memotret ajang balap MotoRace adalah hal yang sangat luar biasa, karena tidak semua orang bisa melakukannya. Ini adalah langkah yang baik bagi untuk semakin mengasah kemampuannya, ia akan menyanggupinya. "Saya menerima tawaran Anda." Ujar Nika setelah ia berpikir cukup matang. Manager Geo tersenyum senang, ia suka sekali melihat semangat anak muda ini. "Baiklah, aku suka dengan semangatmu, adik kecil. Kau harus menandatangani kontrak kerja sama kita, aku akan memberikan fasilitas dan akomodasi selama kau berada di sirkuit itu." Manager Geo meraih beberapa lembar kertas dari dalam lacinya, lalu meletakkannya pada meja. "Bacalah dengan teliti sebelum menandatanganinya, jadi kita sama-sama saling transparan dan bekerja dengan jujur." Tambah Manager Geo. Meskipun penampilan pria itu terlihat kemayu, tapi Manager Geo adalah sosok yang profesional dalam pekerjaannya. Nika membaca kontrak kerja itu, memahaminya dengan detail. Jika dipikir-pikir, banyak keuntungan yang Nika dapat jika mendatanganinya. Poin-poin yang menguntungkan baginya antara lain adalah; biaya pesawat pulang-pergi, akomodasi, fasilitas hotel selama melakukan pekerjaannya, dan juga tiket MotoRace dari hari pertama sampai terakhir. Masalah gaji, Nika bisa melihat bahwa nominal yang ditawarkan cukup tinggi baginya. Lihat saja, La Viore memang sangat menghargai kerja para pekerjanya. Setelah memastikan bahwa kontrak kerja itu sesuai dengannya, Nika pun menandatanganinya dengan segera. "Terimakasih atas kerja sama ini, Nika Adlen, kau adalah fotografer yang mumpuni, aku yakin jika hasil potretmu pasti bagus. Selamat bergabung dengan kami! Dua minggu dari sekarang kau akan diberangkatkan, uang saku dan gaji dimuka akan dibayarkan tiga hari sebelum kepergianmu." Jelas Manager Geo. Nika sedikit menundukkan kepala lalu berkata, "Terimakasih, Manager Geo. Saya akan bekerja semaksimal mungkin." Mendapatkan tawaran pergi ke sirkuit yang sangat fenomenal dengan mengambil potret para pembalapnya adalah suatu hal yang sangat membanggakan tersendiri. Nika memang sangat menekuni dunia fotografi, tapi tak pernah ia sangka jika bakatnya akan membawanya menuju titik ini. Tak semua orang bisa mengambil potret langsung di sirkuit tersebut, hanya reporter, jurnalis dan beberapa orang lainnya yang memang dipercaya, hal ini memang dipengaruhi oleh keprivasian para pembalapnya. Setelah menyelesaikan administrasi lainnya, gadis itu pun undur diri. Sebenarnya hari ini ia masih memiliki jam kuliah siang hari, untuk itu sekarang Nika memilih langsung pergi menuju ke kampusnya. Ia kembali menaiki bus umum, duduk di samping jendela sembari mendengarkan musik dari earphone. Jari jemarinya sibuk menggeser aplikasi yang berada di dalam ponsel, ia tertarik mencari berita tentang MotoRace yang akan diadakan dua minggu ke depan. Sengaja Nika membuka aplikasi sosial media, mencari nama akun official MotoRace dan melihat-lihat postingannya. Lima postingan terbaru memberitakan tentang pengumuman kapan diadakannya MotoRace di Sirkuit Herez, ada pula potret beberapa pembalapnya yang sedang berada di atas motor kebanggaan mereka, Nika semakin tertarik dengan postingan di akun tersebut. Jarinya terus menggeser layar dan melihat satu per satu potret pembalap. Hingga ia menghentikan kegiatan tersebut karena merasa tertarik dengan postingan yang berisi gambar salah satu pembalap fenomenal tahun ini, Nika membaca postingan dengan seksama. "Jack Roshel?" gumamnya, ia seperti tidak asing dengan nama itu, tapi siapa dan di mana ia mengenalinya. Nika menggelengkan kepala pelan, mana mungkin ia mengenali pembalap yang sedang tersorot banyak media ini. Dikatakan bahwa musim ini nama Jack Roshel tengah melambung tinggi karena prestasinya yang belum pernah jatuh pada dua musim berturut-turut sebelumnya, ia juga dikenal sebagai pembalap yang paling disiplin soal waktu. Jika pembalap lain sering terlambat datang ke lintasan, maka Jack Roshel justru datang lebih awal untuk mempersiapkan segalanya. Selain itu, Jack Roshel juga dijuluki sebagai 'Super Power Racer' karena ia memiliki tenaga yang luar biasa kuat dibandingkan dengan yang lainnya. Fisik Jack Roshel seolah tidak mudah lelah, seakan-akan tubuh itu dirancang sedemikian rupa agar bisa kokoh dan kuat. Nika mendongakkan kepala, salah satu pembalap yang wajib masuk ke dalam sorotannya adalah Jack Roshel, Manager Geo memerintahkan ia untuk memprioritaskan Jack Roshel dibandingkan pembalap lain. Ia berharap agar Jack Roshel ini mampu memudahkan pekerjaannya, jika ia perhatikan dari postingan tadi, Jack cukup ramah terhadap awak media, semoga saja ia bisa mendapatkan potret pembalap fenomenal itu. Tak terasa waktu cepat berlalu, kini bus yang ditumpangi gadis itu sudah berhenti di halte yang tak jauh dari kampusnya. Nika melihat ke sekelilingnya, ada beberapa mahasiswa fakultas lain yang juga berada di bus ini, mereka menggunakan jas almamater yang sama seperti miliknya, hanya saja logo yang berada di bahu membedakan identitas program studi dan fakultas. Setelah menyelesaikan p********n melalui scan kode digital, Nika pun turun dari kendaraan tersebut. Ia merapikan penampilannya sekali lagi, baru setelahnya ia melangkahkan kaki menuju ke kampus negeri tersebut. Di sinilah ia belajar, mengambil program studi Bahasa dan fakultas Pendidikan. Nika bukan mahasiswi yang tersorot, bukan pula mahasiswi yang pendiam, ia netral dalam hal sosialisasi. Namun, sayang sekali kampus itu tidak menyediakan UKM bagi mahasiswa dan mahasiswi pecinta fotografi, Nika tidak bisa mengasah kemampuannya melalui kampus tersebut. Alhasi, di kampus ini ia tidak mengikuti kegiatan apapun, waktunya sibuk ia gunakan untuk memotret alam sekitar. Dari fotografi itulah Nika Adlen bisa membiayai kuliahnya sendiri dan sedikitnya mampu membantu orangtua. Ayahnya bekerja sebagai teknisi listrik disebuah rumah sakit, sedangkan sang ibu memiliki toko pakaian kecil-kecilan.  Gadis itu terus menyusuri lorong yang mengubungkannya pada ruang kelas, jika ditelik lebih dalam lagi, masih butuh setengah jam hingga perkuliahan dimulai, jadi ia tidak terlalu buru-buru. Sesampainya di depan ruangan tempat belajarnya, Nika pun langsung memasukinya. Benar saja, ruang kelas itu masih kosong karena para mahasiswa belum ada yang datang, Nika pun memilih bangku yang ada ditengah-tengah ruangan, ia akan menunggu sampai jam kuliah dimulai. Pintu kelas terbuka dengan lebar, ada seorang gadis manis berambut ikal sedang berjalan menuju kearah sang sahabat. “Hallo, selamat pagi, Nona Adlen.” ujarnya sambil berteriak-teriak dengan asal, ia senang melihat Nika yang datang lebih awal. “Pagi juga, Am.” Nika menjawab sapaan gadis itu, ia menghela napas kasar saat melihat sahabat satu-satunya selalu heboh ketika kelas sedang sepi seperti ini. Amarta Lesuona, sahabat Nika Adlen satu-satunya, gadis itu sangat ceria dan juga cerewet. Nika sering dipusingkan dengan suara nyaring milik gadis itu yang dapat mengganggu pendengaran orang-orang. “Tumben berangkat pagi?” Amarta bertanya sambal meletakkan tasnya pada meja, ia juga mendudukkan dirinya pada bangku. “Aku dari La Viore, lalu ke sini.” Jawab Nika apa adanya. Amarta mengerutkan keningnya, ia merasa tidak asing dengan nama La Viore. “La Viore? Tunggu dulu, bukankah itu perusahaan majalah?” Amarta mendongakkan kepalanya sambal berpikir. Nika menganggukkan kepalanya pelan. “Benar, perusahaan majalah yang menghasilkan banyak potret yang indah.” “Ada apa kau ke sana?” Amarta bertanya lagi. Nika mengulas senyumnya, jika sampai ia mengatakan hal yang sebenarnya pasti Amarta akan semakin berteriak dengan heboh. “Aku ditawari berkerja sama dengan mereka, mengambil foto para pembalap di Suarez nantinya.” Nika menjawab dengan nada berbinar. Seketika itu rahang Amarta hampir jatuh, ia menutup mulutnya tak percaya. “Kau serius? Wah, hebat-hebat.” Amarta berteriak lagi, ia bahkan sempat bertepuk tangan sampai keras. Nika meringis kecil, di saat itu pula ada beberapa mahasiswa yang masuk ke dalam kelas. Amarta langsung menghentikan teriakan hebohnya tatkala mendapati tatapan aneh dari mahasiswa-mahasiswa itu. “Kalem, Marta!” Nika terkekeh geli. “Serius, aku penasaran dengan ceritamu itu, ayolah katakan!” Amarta berekspresi memohon. “Nanti akan ku ceritakan dengan lengkap, kita tunggu sampai pulang kuliah saja.” jawab Nika. Ia tak mau menanggung resiko saat Amarta berteriak heboh lagi ketika sudah ada mahasiswa di dalam kelas, bisa-bisa ia malu sampai ke ubun-ubun. “Oke, baiklah!” Jawab Amarta. Keduanya pun duduk diam sambil menunggu dosen memasuki ruang kelas, Niak berharap agar pekerjaan ini kedepannya bisa berjalan dengan lancar. --- Cinta Dan Dilema ---

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Single Man vs Single Mom

read
106.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
201.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.0K
bc

My Secret Little Wife

read
115.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
218.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook