Bab 6. Kembali Melayani Singa Arogan

1131 Kata
Arabella berusaha bangun. Dia lalu mengambil bubur yang ada di atas meja. Setelah membaca doa Arabella perlahan memakan bubur itu. Rasanya hambar, tapi memang seperti itu bukan? Kalau sedang sakit, makanan enak apa pun akan terasa hambar. Arabella memaksa makan demi untuk sembuh dan menghargai orang yang sudah masak untuknya. Kini bubur tersebut telah habis. Arabella kemudian meminum obat yang telah disiapkan. Dia meraba dahinya sendiri, masih terasa panas. Arabella kemudian berbaring kembali. Walau kamar ini kecil tapi terasa nyaman. Setidaknya Arabella bisa beristirahat, tidak mendengar suara suaminya yang cerewet dan pemarah. Mami mertua juga sepertinya memberi waktu pada Arabella untuk beristirahat. Haruskah dia bersyukur untuk itu? Dia tahu sang Mami mertua tidak ingin tersangkut masalah hukum dan merusak nama baik keluarga. Sudahlah dia tidak peduli, bagaimanapun dia tetap bersyukur karena Tuhan sudah memberi waktu untuk istirahat. Dunia terasa damai. Mata Arabella perlahan terasa mengantuk. Dia memejamkan mata, beberapa detik kemudian istri dari Kenzo itu sudah terlelap mengukir mimpi. Diam-diam seorang pelayan mengintip di balik pintu. Saat melihat Arabella yang sudah tertidur, pelayan tersebut membuka pintu pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara. Dia lalu masuk ke kamar. Dengan hati-hati, pelayan tersebut membereskan bekas bubur yang dihabiskan oleh Arabella, berusaha agar tidak menimbulkan suara yang akan membangunkan nyonya-nya itu. Pelayan itu menatap iba pada Arabella. Setidaknya di kamar ini, Arabella bisa beristirahat, tidak diganggu oleh suaminya yang pemarah. Setelah semua rapi dia lalu keluar. *** Arabella sudah bangun dan sedang menatap jendela kamarnya. Cahaya pagi begitu indah, sinarnya memancarkan kehangatan. Suara burung terdengar merdu. Sayang, dia masih berbaring di atas tempat tidur. Suhu badannya sudah turun, tinggal rasa pusing dan linu di seluruh tubuh. Obat yang diberikan oleh pelayan hanya obat warung biasa untuk penurun panas, tetapi dia bersyukur karena panasnya sudah turun. Selama dia berada di kamar ini, Arabella baru diberi makan dua kali sejak sore kemarin. Untuk pagi ini dia belum diberi makan. Arabella bangun dari tempat tidurnya, dia ingin ke kamar mandi. Sesuatu mendesak ingin keluar. Perempuan malang itu berjalan tertatih. Dia di kamar mandi selama sepuluh menit. Setelah selesai Arabella keluar dari kamar mandi. Kakinya lalu melangkah menuju jendela. Pemandangan taman di luar sangat indah. Berbeda dengan kehidupan di dalam rumah yang dia jalani sangat pahit. Arabella merenungkan semua kesalahannya. Dulu dia sangat bebas, arogan, juga kasar, entah berapa banyak orang yang dia sakiti. Berulang kali juga dia melukai perasaan orang tuanya. Yang terjadi sekarang ini mungkin adalah doa dari orang-orang yang dia sakiti lalu mengutuknya. Kini dia sungguh menyesal. Jika dia bertemu dengan orang-orang itu, Arabella akan meminta maaf dengan tulus. Terutama pada kedua orang tuanya. Pada merekalah Arabella paling banyak berbuat salah. Sering berbohong, tidak menuruti perkataan mereka, mau menang sendiri. Terakhir yang paling fatal adalah kasus kecelakaan itu. Arabella telah melanggar larangan papanya, dan langsung kena karma. "Ma, Pa, maafkan Bella," monolognya. "Bella janji akan berubah, Bella akan membuat papa dan mama bangga pada Bella." Bella menghapus air mata yang menetes di pipi. "Ya Allah, ampunilah seluruh dosaku. Kuatkan aku menjalani takdir-Mu. Bimbinglah aku ke jalan-Mu. Sembuhkan suamiku. Semoga suami dan seluruh keluarganya mau memaafkan aku, dan menerimaku. Jika suamiku memang tidak bisa sembuh aku bersedia menemani dan berbakti padanya seumur hidupku. Aku hanya ingin menikah satu kali, ya Allah kabulkanlah doaku, amin." Arabella berdoa dalam hati. Suara pintu yang diketuk dari luar membuyarkan lamunan Arabella. Dia melihat ke arah pintu yang perlahan terbuka. Tampaklah seorang pelayan masuk sambil tersenyum. "Nyonya muda, apa kabar? Alhamdulillah Nyonya terlihat lebih baik," ucap pelayan itu tulus. Dia lalu meletakkan nampan berisi beberapa makanan, di atas meja. "Silakan sarapan, Nyonya. Maaf kalau sarapannya kesiangan." Arabella menatap jam dinding yang menunjukkan pukul setengah delapan pagi, belum terlalu siang. Dulu mungkin dia akan ngamuk dan marah-marah jika sesuatu tak berjalan sesuai keinginannya. Namun, sekarang berbeda. Arabella tersenyum lalu melangkah pelan menuju tempat tidur. "Ini belum terlalu siang. Terima kasih, Mbak, mau mengantar makanan untuk saya. Terima kasih juga, Mbak sudah merawat saya." Arabella duduk di tepi tempat tidur dekat meja. "Sama-sama, Nyonya muda. Kalau begitu saya tinggal dulu, Nyonya. Masih banyak pekerjaan." Pelayan tersebut pamit pada Arabella dan keluar. Arabella lantas mengambil sepiring nasi, serta lauk pauknya. Dia menikmati sarapan yang sedikit telat. Terlintas dalam benak Arabella, bagaimana kabar suaminya? Siapa yang melayani dia makan? Siapa yang mengurusnya? Arabella menjadi khawatir. Sebentar lagi, tunggu sebentar lagi, hingga dia pulih. Arabella akan kembali merawat sang suami. Dia sedang memulihkan tenaganya sejenak. Jam terus berputar, seharian ini Arabella hanya tidur, makan dan minum obat. Lama-lama dia juga merasa bosan. Walau beberapa lukanya masih terasa perih, tetapi dia sudah merasa lebih baik. *** Suara pintu yang terbuka sangat kencang membangunkan Arabella yang sedang tidur. "Bangun, kamu!" Suara itu, suara yang sudah dua hari ini tidak didengarnya. Kini kembali terngiang. "Ara! Bangun!" teriak Agnes. Arabella yang masih setengah mengantuk langsung terbelalak. Ini bukan mimpi ternyata, orangnya ada di hadapan dia. "Iya, Mi." Arabella langsung duduk, membuat kepalanya sedikit pusing. "Sudah cukup istirahatnya. Sekarang kembali ke kamar dan urus Kenzo!" Teriakan dari mami mertuanya membuat kepalanya sakit. "Iya, Mi." Arabella menunduk seraya menghela napas panjang. "Welcome to the hell, Bella," ucap Bella dalam hati. "Dasar lemah, cepat ke kamar. Jangan malas-malasan!" Agnes keluar dari kamar tersebut. Sudah cukup dia memberi istirahat pada wanita yang enggan dia sebut menantu itu. Dia sengaja memisahkan Arabella dengan Kenzo agar anaknya tidak selalu menyuruh Arabella. Bukan karena dia kasihan, tetapi karena takut sakit Arabella bertambah parah dan nanti keluarga mereka akan terkena kasus. Dua hari rasanya cukup memberi waktu untuk istirahat dan pulih seperti sedia kala. Kenzo sudah merengek agar Arabella kembali tidur di kamarnya. Bagi Kenzo maminya terlalu baik, memberikan waktu istirahat pada wanita sial itu. Arabella berjalan pelan. Dia bahkan belum sarapan, kini sudah harus ke kamarnya. Harusnya tadi dia makan dulu. Arabella yakin, setelah dia masuk kamar, pasti Kenzo akan menyuruh ini dan itu. Membuat Arabella sibuk tanpa ada waktu untuk istirahat. Arabella berdiri di depan pintu. Dia menatap pintu tersebut sambil berpikir apa yang akan terjadi saat dia membukanya? "Bismillah," ucapnya lalu membuka pintu. "Bagus! Kamu baru datang! Sudah bosan kamu merawat saya? Lain kali, kalau kamu sakit, atau terluka apa pun jangan pernah pindah kamar, ngerti kamu!" Belum juga Arabella masuk sudah disemprot oleh sang suami. Arabella sudah terbiasa, hatinya sudah kebal. Daripada memikirkan perkataan sang suami, lebih baik dia langsung bekerja. Arabella melihat nasi dan lauk pauk di meja. Dia lalu menghampiri meja tersebut. Kenzo sepertinya belum makan, karena itu dia marah-marah. Arabella memasukkan beberapa lauk ke dalam piring untuk teman nasi. Dia lalu mendekati sang suami untuk menyuapinya. "Mau apa kamu?" tanya Kenzo. "Menyuapi kamu makan," jawab Arabella. "Aku sudah makan. Itu buat kamu, makan cepat! jika kau tidak bertenaga bagaimana kau akan melayaniku?" Kenzo bukan peduli pada istrinya, tetapi dia sudah menyiapkan hukuman buat sang istri dan untuk itu diperlukan tenaga yang kuat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN