"Alhamdulillah," ucap Arabella pelan, dia baru saja selesai sarapan.
"Sudah, makannya? Lama sekali kau makan! Sekarang cepat bereskan bekas makanmu lalu bersihkan kamar ini!" Suara Kenzo menggelegar menganggu Arabella yang sedang menunggu nasinya dicerna oleh perut.
"Baik." Arabella langsung mengerjakannya.
Dia tak ingin buang tenaga untuk berdebat lagi. Semakin banyak dibantah, sang Singa akan semakin banyak mengaum. Lebih baik dia mengalah demi kedamaian.
Arabella membawa semua bekas makannya ke dapur. Tidak lupa dia mengambil peralatan kebersihan di gudang. Langkahnya pasti dan tegas menuju kamar. Arabella membuka pintu kamar lalu masuk sambil membawa vakum cleaner dan alat pel.
"Aku ingin ke taman." Mendengar itu, Arabella segera menyimpan alat-alat yang dia pegang lalu mendekati Kenzo.
Arabella membantu Kenzo pindah ke kursi roda. Setelah itu, Arabella mendorong kursi roda itu ke taman. "Aku mau, seprei, sarung bantal, selimut dan semuanya diganti yang baru. Semua harus bersih jangan ada debu setitik pun!" ucap Kenzo tegas.
"Iya." Hanya dijawab singkat oleh Arabella.
Sejujurnya Kenzo tak suka melihat sikap istrinya sekarang ini. Sangat penurut dan tidak banyak bicara. Dia serasa menindas kaum lemah, jadi tidak ada tantangan, kurang seru.
Harusnya Arabella melawannya seperti biasa. Memberikan tatapan tajam, dengan begitu, dia tidak perlu merasa tidak enak saat dia terus memberi hukuman untuk melampiaskan balas dendamnya pada wanita pembawa sial itu.
"Jangan lama-lama. Oh ya, jangan lupa buatkan aku minuman dulu dan bawakan cemilan untuk menemaniku di sini." Kenzo menambah lagi pekerjaan untuk istrinya.
"Baik," ucap Arabella lalu pergi.
Kenzo terus menatap punggung Arabella yang kian menjauh, hingga hilang di balik tembok. "Kau pikir dengan begitu, aku akan merasa iba. Kau salah, aku akan semakin keras padamu!" monolog Kenzo dengan tangan kanan yang mengepal.
Sepuluh menit kemudian Arabella sudah kembali ke taman seraya membawa makanan serta segelas minuman di atas nampan. Dia meletakkan nampan tersebut di atas meja samping kursi roda Kenzo. "Ada lagi?" tanya Arabella.
"Cepat bereskan kamarnya!" ucap Kenzo kesal.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Arabella segera pergi ke kamar mereka. Dia mulai membuka seprei, lalu sarung bantal dan selimut, tidak lupa juga sarung guling. Tirai pun ikut di lepas.
Semua kain yang kotor Itu ditumpuk jadi satu di sudut ruangan. Arabella mengambil gantinya di dalam lemari. Sebelum memasang seprei dia membersihkan semua permukaan meja dan lemari.
Arabella membawa kain kotor itu ke tempat cuci baju di belakang. Dia kemudian kembali ke kamar lalu membersihkan lantai dengan vakum cleaner. Barulah setelah semua bersih, Arabella memasang seprei, dan semua temannya. Terakhir dia memasang tirai.
Di rumahnya dulu, Arabella tidak pernah mengerjakan hal seperti ini. Dia hanya tinggal menyuruh saja pada asisten rumah tangganya. Kini dia justru mengerjakan semua hal yang dulu dia suruh pada asisten rumah tangganya.
Dunia memang berputar, siapa yang tahu apa yang terjadi satu menit kemudian? Arabella penasaran jika orang tuanya tahu dia melakukan hal-hal seperti ini apakah mereka akan bangga padanya atau justru sedih?
Semoga saja mereka tidak tahu. Arabella tidak ingin membuat mereka kembali sedih. Dia sudah berjanji akan berubah dan membuat orang tuanya bangga.
Akhirnya semua pekerjaannya beres, dia telah selesai mengerjakan selama satu jam. Arabella pergi ke dapur untuk menyimpan alat-alat kebersihan. Dia lalu bergegas ke taman sebelum si Singa kembali mengaum.
"Sudah? Lelet banget, sih! Aku sudah jenuh. Bawa aku ke kamar!"
Arabella menghela napas, tidak bisakah suaminya ini berkata dengan lembut. Kenapa harus selalu pakai urat? Pantas saja wajahnya kaku, uratnya tegang semua.
Arabella mendorong kursi roda yang diduduki oleh Kenzo, menuju kamar mereka. Dia lalu membantu Kenzo pindah ke tempat tidur. "Bersihkan semua sepatuku, lalu taruh lagi yang rapi. Tidak pernah dipakai bukan berarti tidak dibersihkan. Kau juga! Tidak pernah dipakai bukan berarti kau tidak berdandan. Setidaknya berpenampilan rapi tidak seperti pembantu, kucel, kusam dan menyedihkan. Kau membuat keluarga ini malu dengan berpenampilan seperti itu!"
Pernyataan Kenzo sangat menusuk. Dia disamakan dengan sepatu. Suaminya bilang apa tadi? Seperti pembantu? Memang dia pembantu di rumah ini bukan? Bahkan lebih rendah dibanding semua pembantu di rumah ini.
Statusnya saja menantu tapi ternyata dianggap babu. Arabella hanya bisa menerima semua dengan pasrah. "Iya," balas Arabella singkat.
Dia kemudian melangkah menuju lemari sepatu Kenzo. Wow, Arabella jarang masuk ruangan ini. Ternyata isinya amazing. Banyak sekali sepatu Kenzo.
Anehnya semua sepatu berwarna hitam. Cocok dengan karakter Kenzo, suram dan seram. Siapa yang lebih menyedihkan?
Membersihkan hampir 60 pasang sepatu membutuhkan waktu dua jam. Kapan dia bisa beristirahat? Rasanya ingin dia berbaring meluruskan tulang punggung. Arabella mengintip ke arah luar.
Situasi aman, dia lalu merebahkan dirinya di lantai. Ah, rasanya begitu nyaman. Meskipun bukan kasur yang empuk, yang penting dia bisa rebahan. Sementara itu, Kenzo merasa kesal karena istrinya belum juga keluar dari ruangan tempat dia menyimpan sepatu.
Kenzo sudah menyiapkan pekerjaan lain untuk Arabella. Seperti janjinya, dia tidak akan membiarkan istrinya itu istirahat. Arabella sudah istirahat dua hari.
"Ara!" Kenzo berteriak memanggil nama pendek Arabella.
Wanita yang dipanggil Ara tersebut masih saja berbaring di lantai. Matanya terpejam, dia tidak terganggu sama sekali dengan teriakan suaminya. Rupanya Arabella tertidur.
"Ara!" Suara teriakan itu terus terdengar. Kenzo memanggil-manggil nama istrinya yang tak kunjung datang.
Andai dia bisa jalan, pasti sudah dia hampiri sang istri. Sebenarnya apa yang sedang isterinya lakukan? Tidurkah? Atau sengaja membuatnya kesal dengan tidak menjawab panggilannya.
Kenzo berpikir bagaimana cara memanggil Arabella? Dia sudah lelah terus berteriak, tetapi sia-sia. Kenzo melihat sebuah vas bunga yang terbuat dari keramik yang kebetulan letaknya di meja samping tempat tidur. Kenzo lalu mengambil vas bunga tersebut.
Dia melemparnya ke tembok dekat pintu masuk ruangan sepatu. Suara nyaring dari benturan keramik dan dinding membuat Arabella terbangun. Dia langsung membuka mata setelah sadar kalau dia tertidur, Arabella langsung bangun berdiri.
Dia berlari ke arah suara. Arabella berdiri terpaku menatap kekacauan di depannya. puing-puing pecahan Vas berserakan di lantai bersama bunga-bunga dan sedikit air.
Dia lalu melihat ke arah sang suami yang sedang menatapnya tajam. Wajahnya terlihat merah karena kesal. Arabella meneguk ludahnya dengan susah payah, si Singa jantan akan mengamuk.
"Kamu tuli! Aku memanggil kamu dari tadi. Kamu malah enak-enakan tidur!" Teriak Kenzo dengan mata yang menyorot tajam.
Arabella menggelengkan kepala. "Aku tidak tidur. Aku sedang membersihkan sepatumu." Dia tidak mau mengaku, bisa-bisa nanti kena hukuman yang lebih parah.
"Kau pikir aku bodoh! kau tidak akan dapat makan siang. Sekarang buatkan aku minuman s**u coklat hangat!"
"Baik." Arabella pasrah dengan hukumannya. Dia berjalan keluar dari kamar.
"Tunggu!" Baru saja beberapa langkah, Kenzo sudah menyuruh berhenti. Arabella pun berhenti lalu berbalik menghadap Kenzo.
"Kamu, nggak bersihin itu?" tanya Kenzo sambil menunjuk ke arah puing-puing pecahan vas Bunga.
Netra Arabella melihat puing-puing tersebut. "Aku mau membersihkannya, mau ambil alat-alatnya dulu di dapur."
Arabella lantas beranjak pergi dari kamar Kenzo. Kenzo tersenyum miring. istrinya itu terlihat kesal. Rasanya puas sekali melihatnya marah tapi tak bisa melampiaskannya. "Ini belum seberapa, istriku